Identifikasi Masalah Potensi dan Masalah

75 media dalam pembelajaran sehingga siswa kurang memahami materi yang disampaikan. Oleh sebab itu, peneliti akan memaksimalkan potensi yang ada yaitu dengan membuat media pembelajaran IPA yang memanfaatkan bahan dari lingkungan sekitar. Selanjutnya, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner analisis kebutuhan untuk mengetahui kebutuhan guru dan siswa terhadap media pembelajaran. Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada guru dan siswa dan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat desain media pembelajaran guna mengatasi masalah yang terjadi. Berikut ini merupakan penjabaran dari subbab identifikasi masalah dan analisis kebutuhan.

4.1.1.1 Identifikasi Masalah

Peneliti mengidentifikasi permasalahan di lapangan terkait dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa serta ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran di kelas. Identifikasi masalah dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Hasil dari observasi dan wawancara kemudian dikaji dengan menggunakan triangulasi data. 1 Observasi Observasi dilaksanakan pada pembelajaran IPA di kelas V. Aspek yang diobservasi pada pembelajaran IPA kelas V yaitu kesulitan belajar yang dialami siswa, cara mengajar guru, ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran di kelas. Kisi-kisi pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 3.1 halaman 56. Sebelum digunakan, pedoman observasi terlebih dahulu divalidasi oleh dua validator, validator satu yaitu ahli pembelajaran IPA dan validator dua yaitu ahli pembelajaran Montessori. Uji validitas pada pedoman observasi yaitu validitas 76 konstruk. Berikut ini merupakan hasil validasi terhadap pedoman observasi yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli Validator No. Item Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 1 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 Rerata 32 4 Berdasarkan hasil validasi pedoman observasi oleh ahli pada tabel 4.1 di atas, didapatkan rerata skor sebesar 4. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 71, rerata tersebut memiliki skor lebih dari 2,50 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pedoman observasi valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi pedoman observasi oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 1.1 halaman 146. Para ahli tidak memberikan komentar apapun terhadap pedoman observasi sehingga peneliti tidak perlu melakukan revisi. Peneliti kemudian melakukan observasi pada pembelajaran IPA kelas V di SD Kanisius Jetisdepok dengan menggunakan pedoman observasi yang telah divalidasi. Observasi dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2016. Lembar hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 1.2 halaman 150 atau pada tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran IPA Objek yang diamati Jawaban Catatan Ada media pembelajaran IPA yang diletakkan di kelas. Tidak Tidak terdapat media pembelajaran. Media layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Tidak Tidak terdapat media pembelajaran. Guru menggunakan media untuk menjelaskan materi pembelajaran IPA. Tidak Guru tidak menggunakan media pembelajaran. Guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Guru menggunakan pedoman berupa buku cetak dan meminta siswa untuk membaca secara bergantian. Kemudian, guru mendiktekan materi dan siswa mencatatnya di buku tulis. Guru menguasai cara menggunakan media Tidak Guru tidak menggunakan media pembelajaran. 77 pembelajaran. Guru menjelaskan cara penggunaan media pembelajaran IPA kepada siswa. Tidak Guru tidak menggunakan media pembelajaran. Siswa dapat menggunakan media pembelajaran secara mandiri. Tidak Siswa tidak menggunakan media pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan mencatatnya di buku tulis. Siswa mengalami kesulitan ketika mengikuti pembelajaran IPA di kelas. Ya Banyak siswa yang diam dan tidak bisa menjawab ketika diberi pertanyaan oleh guru. Siswa mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal IPA. Ya Ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan ketika diberi soal oleh guru. Beberapa siswa tersebut belum selesai mengerjakan soal yang diberikan sementara waktu pembelajaran sudah selesai. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran IPA masih terbatas. Peneliti juga melihat bahwa tidak ada media pembelajaran IPA yang diletakkan di kelas. Guru juga tidak menggunakan media dalam pembelajaran. Guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dari awal sampai akhir pembelajaran. Selain itu, guru juga hanya menggunakan pedoman berupa buku cetak dan meminta satu persatu siswa untuk membacanya secara bergantian. Kemudian, guru menjelaskan dan mendiktekan materi, sementara siswa mencatatnya di buku tulis. Hal lain yang dapat dilihat pada saat observasi yaitu mengenai kesulitan yang dialami siswa ketika mengikuti pembelajaran IPA. Banyak siswa yang diam dan tidak dapat menjawab ketika diberi pertanyaan oleh guru. Selain itu, ada juga beberapa siswa yang mengalami kesulitan ketika diberi soal oleh guru. Beberapa siswa tersebut belum selesai mengerjakan soal yang diberikan sementara waktu pembelajaran sudah selesai. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan ketika mengikuti pembelajaran dan mengerjakan soal IPA yang diberikan oleh guru. 78 2 Wawancara Wawancara ditujukan kepada beberapa narasumber yaitu kepala sekolah, guru kelas V, dan lima siswa kelas V. Sebelum digunakan untuk wawancara, pedoman wawancara terlebih dahulu divalidasi oleh tiga validator, validator satu yaitu ahli pembelajaran IPA, validator dua yaitu ahli pembelajaran Montessori, dan validator tiga yaitu guru. Uji validitas pada pedoman wawancara yaitu validitas konstruk. Wawancara yang pertama ditujukan kepada kepala sekolah. Rencana wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 3.2 halaman 57. Pedoman wawancara dengan kepala sekolah divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli pembelajaran Montessori. Hasil validasi pedoman wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah Validator No. Item Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 63 3,94 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 63 3,94 Rerata 63 3,94 Berdasarkan hasil validasi pedoman wawancara kepala sekolah oleh ahli pada tabel 4.3 di atas, didapatkan rerata skor sebesar 3,94. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 71, rerata tersebut memiliki skor lebih dari 2,50 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pedoman wawancara valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi pedoman wawancara kepala sekolah oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 1.3 halaman 151. Para ahli juga memberikan komentar terhadap pedoman wawancara kepala sekolah yang dapat dilihat pada tabel 4.4. 79 Tabel 4.4 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah No. Item Sebelum perbaikan Komentar ahli Setelah perbaikan 6 Apakah media pembelajaran yang sudah ada disimpan dan dirawat dengan baik? Tambahkan pertanyaan “bagaimana penyimpanan dan perawatannya?” Peneliti memutuskan untuk menambahkan pertanyaan menjadi “apakah media pembelajaran yang sudah ada disimpan dan dirawat dengan baik? bagaimana penyimpanan dan perawatannya?” Komentar dari para ahli tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk melakukan revisi pedoman wawancara sebelum digunakan. Setelah pedoman wawancara selesai direvisi, peneliti melakukan wawancara dengan Kepala SD Kanisius Jetisdepok. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2016. Transkrip wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada lampiran 1.4 halaman 157. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan kepala sekolah yang dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah Topik Pertanyaan No. Item Hasil Wawancara Informasi berkaitan dengan sekolah 1, 2, 3 dan 4 Prestasi yang diraih dalam bidang akademik yaitu kelas III mendapat rangking tiga lomba SD model di kabupaten sementara prestasi yang diraih dalam bidang non akademik yaitu lomba BKSN CCA, mewarnai, dan melukis mendapat juara di tingkat kecamatan dan kabupaten. Untuk hasil UN mata pelajaran IPA yang diraih siswa selama lima tahun terakhir yaitu sebagai berikut: untuk tahun kemarin ada satu anak yang mendapat nilai seratus, tetapi untuk yang tiga tahun kemarin tidak ada yang mendapat nilai seratus. Hasil nilai UN IPA sejajar jika dibandingkan dengan nilai mata pelajaran lain, hanya saja untuk mata pelajaran IPA dan Matematikan memang dirasa cukup sulit. Ketersediaan media pembelajaran di sekolah 5, 6, 7, 8, dan 9 Media pembelajaran yang sudah tersedia di sekolah yaitu kit IPA seperti rangkaian listrik. Media pembelajaran tersebut diletakkan dan di simpan di ruang guru. Sekolah memperoleh media pembelajaran dari hibah dan belum ada yang membuat sendiri. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pengadaan media pembelajaran yaitu yang harus menunjang untuk pembelajaran. Jadi, disesuaikan dengan kebutuhan dan mata pelajaran apa saja yang perlu menggunakan media pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran IPA 10, 11, 12, 13, dan 14 Penggunaan media pembelajaran untuk pembelajaran IPA masih sangat terbatas padahal materi kelas V banyak yang dapat dipelajari dengan menggunakan media pembelajaran. 80 Jumlahnya pun juga masih terbatas karena belum dapat memenuhi untuk seluruh siswa. Penggunaan media pembelajaran dapat membuat siswa antusias dan senang untuk belajar. Selain itu, siswa juga akan menjadi lebih paham. Jadi, alangkah baiknya kalau pembelajaran IPA itu menggunakan media pembelajaran. Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan media pembelajaran 15 dan 16 Penelitian terkait dengan media pembelajaran pernah dilakukan di SD Kanisius Jetisdepok. Penelitian tersebut dari mahasiswa Universitas Sanata Dharma program studi Matematika. Penelitian yang dilakukan yaitu tentang penggunaan media pembelajaran untuk materi pecahan. Jadi, belum ada penelitian yang berkaitan dengan mata pelajaran IPA. Wawancara yang kedua ditujukan kepada guru kelas V. Rencana wawancara dengan guru dapat dilihat pada tabel 3.3 halaman 58. Pedoman wawancara guru juga telah divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli pembelajaran Montessori. Hasil validasi pedoman wawancara dengan guru dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru Valid ator No. Item Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 71 3,94 2 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 69 3,83 Rerata 70 3,89 Berdasarkan hasil validasi pedoman wawancara guru oleh ahli pada tabel 4.6 di atas, didapatkan rerata skor sebesar 3,89. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 71, rerata tersebut memiliki skor lebih dari 2,50 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pedoman wawancara valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi pedoman wawancara guru oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 1.5 halaman 161. Para ahli juga memberikan komentar terhadap pedoman wawancara guru yang dapat dilihat pada tabel 4.7. 81 Tabel 4.7 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Guru No. Item Sebelum perbaikan Komentar ahli Setelah perbaikan 5 Apakah BapakIbu sering menggunakan media dalam pembelajaran IPA? Apa alasannya? Kata “apakah” lebih baik diganti menjadi “seberapa seringintensitasnya” Peneliti memutuskan untuk mengganti kalimat menjadi “seberapa sering BapakIbu menggunakan media dalam pembelajaran IPA? Apa ala sannya?” Komentar dari para ahli tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk melakukan revisi pedoman wawancara sebelum digunakan. Setelah pedoman wawancara selesai direvisi, peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas V SD Kanisius Jetisdepok. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2016. Transkrip wawancara dengan guru dapat dilihat pada lampiran 1.6 halaman 165. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan guru yang dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Wawancara dengan Guru Topik Pertanyaan No. Item Hasil Wawancara Ketersediaan media pembelajaran di kelas 1, 2, dan 3 Media pembelajaran IPA belum tersedia di kelas, ada kit IPA tetapi diletakkan di lemari penyimpanan. Beberapa kit IPA yang dimiliki sekolah yaitu rangkaian listrik dan batuan. Siswa menggunakan media pembelajaran secara berkelompok karena jumlahnya terbatas. Guru tidak menggunakan media pembelajaran dalam menjelaskan materi organ pencernaan manusia. Penggunaan media dalam pembelajaran IPA 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 Guru pernah menggunakan media dalam pembelajaran IPA. Media pembelajaran yang pernah digunakan yaitu gambar organ pernapasan. Guru jarang menggunakan media dalam pembelajaran IPA, hal ini karena tidak semua materi harus menggunakan media pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membuat siswa menjadi lebih paham. Selain itu, siswa juga akan lebih aktif jika menggunakan media dalam pembelajaran. Siswa juga dapat menemukan kesalahan dan jawaban yang benar dari keterangan dan gambar yang dilihatnya. Kesulitan yang dialami guru dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA 10, 11, dan 12 Guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA. Hal ini karena materi IPA dirasa terlalu banyak dan ada istilah-istilah dalam IPA yang sulit dimengerti. Materi yang sulit disampaikan yaitu tentang organ dalam tubuh manusia seperti pernapasan, pencernaan, dan peredaran darah, karena anak belum mengerti detailnya tentang materi dalam tubuh. Salah satu faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran 82 IPA yaitu karena banyaknya sumber yang harus dibaca. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA 13, 14, 15 dan 16 Siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPA yaitu pada materi organ dalam tubuh manusia seperti pencernaan, hal ini karena materinya sulit dan siswa juga tidak dapat melihatnya secara langsung. Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA tergantung dengan cara guru dalam mengajar. Hasil belajar siswanya pun berbeda-beda, ada yang sudah mencapai KKM ada yang belum. Siswa yang sudah mencapai KKM yaitu 75 hanya enam siswa dari 19 siswa. Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan- kesulitan tersebut 17 dan 18 Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa yaitu dengan mengulang materi dan memberi latihan soal. Tingkat keberhasilan dalam mengatasi kesulitan tersebut dapat dilihat dari jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM. Wawancara yang ketiga ditujukan kepada lima siswa kelas V. Rencana wawancara dengan siswa dapat dilihat pada tabel 3.4 halaman 58. Pedoman wawancara siswa telah divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA, ahli pembelajaran Montessori, dan guru. Hasil validasi pedoman wawancara dengan siswa dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa Validator No. Item Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 43 3,91 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 43 3,91 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 42 3,82 Rerata 42,67 3,88 Berdasarkan hasil validasi pedoman wawancara siswa oleh ahli pada tabel 4.9 di atas, didapatkan rerata skor sebesar 3,88. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 71, rerata tersebut memiliki skor lebih dari 2,50 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pedoman wawancara valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi pedoman wawancara siswa oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 1.7 halaman 170. Para ahli juga memberikan komentar terhadap pedoman wawancara siswa yang dapat dilihat pada tabel 4.10. 83 Tabel 4.10 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Siswa No. Item Sebelum perbaikan Komentar ahli Keputusan Perbaikan 5 Apakah BapakIbu gurumu pernah menggunakan media dalam pembelajaran IPA? Jika iya, media apa saja yang pernah BapakIbumu gurumu gunakan dalam pembelajaran IPA? Tambahkan pertanyaan “seberapa seringintensitasnya?” Peneliti memutuskan untuk menambahkan pertanyaan menjadi “apakah BapakIbu gurumu pernah menggunakan media dalam pembelajaran IPA? Jika iya, media apa saja yang pernah BapakIbu gurumu gunakan dalam pembelajaran IPA? Seberapa sering media tersebut digunakan dalam pembelajaran IPA?” Komentar dari para ahli tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk melakukan revisi pedoman wawancara sebelum digunakan. Setelah pedoman wawancara selesai direvisi, peneliti melakukan wawancara dengan lima siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2016. Transkrip wawancara dengan siswa dapat dilihat pada lampiran 1.8 halaman 176. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan siswa yang dapat dilihat pada tabel 4.11. Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa Topik Pertanyaan No. Item Hasil Wawancara Tanggapan terhadap pembelajaran IPA yang selama ini terjadi 1 dan 2 Pembelajaran IPA yang dilakukan selama ini biasa-biasa saja karena dirasa hanya begitu saja dan kurang menarik. Siswa cukup senang dengan pembelajaran IPA yang dilakukan tetapi tidak suka dengan materi bagian dalam tubuh misalnya pencernaan karena susah dan banyak hafalannya. Penggunaan media dalam pembelajaran IPA 3, 4, 5, 6, dan 7 Guru jarang menggunakan media dalam pembelajaran IPA. Media yang pernah digunakan guru dalam pembelajaran IPA yaitu berupa gambar organ pernapasan. Akan tetapi, siswa berpendapat kurang menarik karena hanya menggunakan gambar. Guru belum menggunakan media pembelajaran untuk menjelaskan materi organ pencernaan. Siswa merasa lebih paham dan senang jika menggunakan media dalam pembelajaran. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA 8, 9, 10, dan 11 Siswa mengalami kesulitan ketika belajar materi IPA. Materi yang sulit yaitu tentang organ pernapasan dan pencernaan. Materi tersebut sulit karena banyak hafalannya. Guru dapat membantu mengatasi kesulitan yang dialami oleh siswa yaitu dengan cara mencarikan materi pada sumber-sumber yang lain, mengulang, dan menjelaskannya kembali. 84 Kepala Sekolah Media pembelajaran yang sudah tersedia di sekolah yaitu kit IPA seperti rangkaian listrik. Penggunaan media untuk pembelajaran IPA masih sangat terbatas. Jumlahnya pun juga masih terbatas karena belum dapat memenuhi untuk seluruh siswa. Penggunaan media pembelajaran dapat membuat siswa antusias dan senang untuk belajar. Selain itu, juga akan membuat siswa menjadi lebih paham. Guru Media pembelajaran IPA belum ada yang tersedia di kelas. Siswa menggunakan media pembelajaran secara berkelompok karena jumlahnya terbatas. Guru jarang menggunakan media dalam pembelajaran IPA. Media pembelajaran yang pernah digunakan guru yaitu gambar organ pernapasan. Guru tidak menggunakan media pembelajaran dalam menjelaskan materi organ pencernaan manusia. Materi pencernaan sulit disampaikan karena banyak hafalannya dan anak tidak dapat melihatnya secara langsung. Siswa Guru jarang menggunakan media dalam pembelajaran IPA. Media yang pernah digunakan guru dalam pembelajaran IPA yaitu gambar organ pernapasan. Siswa merasa lebih paham dan senang jika menggunakan media pembelajaran. Guru tidak menggunakan media pembelajaran dalam menjelaskan materi organ pencernaan manusia. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi organ pencernaan karena banyak hafalannya. Sekolah sudah mempunyai media pembelajaran, tetapi ketersediaan dan penggunaan untuk materi organ pencernaan manusia masih terbatas. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga narasumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran IPA masih terbatas. Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban ketiga narasumber yang ditampilkan pada bagan 4.1. Bagan 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara Berdasarkan bagan 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa guru dan siswa mengalami kesulitan pada materi organ pencernaan manusia. Materi tersebut sulit karena banyak hafalannya dan siswa tidak dapat melihat secara langsung. Media dalam pembelajaran IPA sudah ada yang tersedia di sekolah tetapi ketersediaan dan penggunaan untuk materi organ pencernaan manusia masih terbatas. Media pembelajaran untuk materi organ pencernaan manusia belum ada yang tersedia di sekolah. Selain itu, guru juga tidak menggunakan media pembelajaran dalam 85 menjelaskan materi organ pencernaan manusia . Hal ini menjadi permasalahan karena siswa mengalami kesulitan pada materi organ pencernaan manusia tetapi ketersediaan dan penggunaannya masih terbatas. Berdasarkan hasil identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara, dapat diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan pada mata pelajaran IPA materi organ pencernaan manusia. Hasil observasi menunjukkan bahwa banyak siswa yang diam dan tidak dapat menjawab ketika diberi pertanyaan oleh guru. Selain itu, ada juga beberapa siswa yang mengalami kesulitan ketika diberi soal oleh guru. Beberapa siswa tersebut belum selesai mengerjakan soal yang diberikan sementara waktu pembelajaran sudah selesai. Demikian juga ketika melakukan wawancara dengan siswa. Pada saat wawancara, siswa mengatakan bahwa materi organ pencernaan manusia sulit karena banyak hafalannya dan tidak dapat dilihat secara langsung. Hal tersebut juga diperkuat ketika melakukan wawancara dengan guru. Guru mengatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPA yaitu pada materi organ pencernaan manusia. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Siswa yang sudah mencapai KKM yaitu 75 hanya enam siswa dari 19 siswa. Ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran juga menjadi permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi, dapat dilihat bahwa media pembelajaran IPA belum ada yang tersedia di kelas. Guru juga tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran. Guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dari awal sampai akhir pembelajaran. Selain itu, guru juga hanya menggunakan pedoman berupa buku cetak sebagai sumber belajar. Pada saat melakukan wawancara, guru mengatakan 86 bahwa tidak menggunakan media pembelajaran dalam menjelaskan materi organ pencernaan manusia, guru mengajak siswa untuk membaca materi dari buku-buku cetak dan lembar kerja siswa.

4.1.1.2 Analisis Kebutuhan