Motivasi Motivasi Belajar Kajian Pustaka

2 Perhatian Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju pada suatu objek bendahal atau sekumpulan objek. Siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan pelajaran yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan dan tidak lagi suka belajar. Siswa dapat belajar dengan baik melalui pelajaran yang disesuaikan dengan hobi atau bakatnya. 3 Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseoarang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara tidak dalam waktu yang lama dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari itu diperoleh kepuasan. 4 Bakat Bakat merupakan kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat itu mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena senang belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Yang termasuk dalam faktor intrinsik adalah kesehatan, perhatian, minat, dan bakat, sedangkan yang termasuk dalam faktor ekstrinsik adalah metode mengajar, alat pelajaran, dan kondisi lingkungan. c. Fungsi Motivasi Belajar Sardiman 2003:85 mengemukakan bahwa dalam kaitannya dengan belajar, motivasi memiliki fungsi yaitu sebagai daya penggerak untuk melakukan kegiatan belajar. Lebih lanjut Sardiman membagi fungsi motivasi sebagai berikut : 1 Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi motivasi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak yang akan digerakkan. 2 Menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang akan dicapai. Jadi motivasi dapat memberi arah kegiatan yang harus dikerjakan agar sesuai dengan tujuannya. 3 Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan yang harus dikerjakan yang sesuai untuk mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Sejalan dengan Sardiman, Purwanto 2009:70-71 berpendapat bahwa ada beberapa fungsi motivasi yaitu sebagai berikut: 1 Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi kekuatan kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas. 2 Motif itu menentukan arah perbuatan yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh. 3 Motif menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai pendorong dan pengarah seseorang atau siswa pada aktivitas mereka dalam pencapaian tujuan belajar. d. Macam-macam Motivasi Gunarsa 2004:50-51 menjelaskan bahwa motivasi secara umum dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Adapun uraian kedua pengertian motivasi intrinsik dan ekstrinsik menurut Gunarsa di bawah ini sebagai berikut: 1 Motivasi Intrinsik merupakan dorongan atau kehendak yang kuat yang berasal dari dalam diri seseorang. Semakin kuat motivasi instrinsik yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar kemungkinan Ia memperlihatkan tingkah laku yang kuat untuk mencapai tujuan. 2 Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan segala sesuatu yang diperoleh dari luar diri seseorang. Motivasi ekstrinsi diperoleh melalui pengamatan sendiri, melalui saran, anjuran, atau dorongan dari orang lain. Sehingga Faktor dari luar diri eksternal seseorang mempengaruhi penampilan atau tingkah laku seseorang, yaitu dalam menentukan menampilkan, sikap gigih, dan tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuannya. Sejalan dengan Gunarsa, Sardiman 2008:89-91 membagi motivasi menjadi dua macam yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik tetapi tidak menguraikan secara rinci namun hanya menjabarkan secara umum. Adapun uraian pengertian dari motivasi intrinsik dan ekstrinsik menurut Sardiman yaitu sebagai berikut: 1 Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau tidak perlu dirangsang dari luar individu, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. 2 Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi ada dua yaitu motivasi yang muncul dari dalam diri individu intrinsik dan motivasi yang muncul diri luar diri individu ekstrinsik. Motivasi intrinsik memiiki sifat permanen karena sudah ada di dalam diri setiap orang individu sedangkan motivasi ekstrinsik bisa ada ketika seseorang mendapat rangsangan stimulus dari luar dirinya. e. Prinsip-prinsip Motivasi Khodijah 2014:157 menguraikan beberapa prinsip motivasi belajar antara lain sebagai berikut: 1 Motivasi sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar. 2 Motivasi intrinsik lebih utama daripada ekstrinsik dalam belajar. 3 Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman. 4 Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan belajar. 5 Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar. 6 Motivasi melahirkan prestasi belajar. Dari beberapa prinsip-prinsip motivasi yang diuraikan oleh Khodijah di atas, Hamalik 2013:114-115 memiliki pandangan yang berbeda, tetapi ada beberapa atau sebagian dari prinsip motivasi menurut kedua tohoh yang sama atau saling terkait. Adapun prinsip- prinsip motivasi yang dikemukakan oleh Hamalik adalah sebagai berikut: 1 Pujian lebih efektif daripada hukuman. 2 Para siswa mempunyai kebutuhan psikologis yang bersifat dasar yang perlu mendapat kepuasan. 3 Motivasi yang bersumber dari dalam diri individu lebih efektif daripada motivasi yang berasal dari luar. 4 Tingkah laku perbuatan yang serasi sesuai dengan keinginan perlu dilakukan penguatan reinforcement. 5 Motivasi mudah menjalar kepada orang lain. 6 Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi belajar. 7 Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untukmelaksanakannya daripada tugas yang dipaksakan dari luar. 8 Ganjaran yang berasal dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat belajar. 9 Teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi adalah efektif untuk memelihara minat siswa. 10 Minat khusus yang dimiliki oleh siswa bermanfaat dalam belajar dan pembelajaran. 11 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat belajar bagi siswa yang lamban, ternyata tidak bermakna ternyata tidak bermakna bagi siswa yang tergolong pandai, karena ada perbedaan tingkat kemampuan. 12 Kecemasan dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat membantu siswa belajar menjadi lebih baik. 13 Kecemasan yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar, dan menganggu perbuatan belajar siswa, karena perhatiannya akan terarah pada hal lain. 14 Tugas-tugas yang terlampau sulit dikerjakan dapat menyebabkan frustasi pada siswa, bahkan dapat mengakibatkan demoralisasi dalam belajar, yakni perbuatan yang tidak wajar misal: mencontoh. 15 Masing-masing siswa memiliki kadar emosi yang berbeda satu dengan yang lainnya. 16 Pengaruh kelompok umumnya lebih efektif dalam motivasi belajar dibandingkan dengan paksaan orang dewasa. 17 Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan kreativitas. Dari beberapa prinsip motivasi yang dikemukakan oleh dua tokoh di atas, dapat dipahami bahwa motivasi merupakan unsur penting yang melandasi segala aktivitaskegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar Sudjana 2005:5 menjelaskan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Sejalan dengan Sudjana, Susanto 2014:5 menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan perubahan- perubahan yang terjadi pada diri peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajarnya. Sudjana dan Susanto menguraikan hasil belajar secara umum tetapi tidak menguraikan secara spesifik. Ada beberapa tokoh yang memiliki pandangan berbeda diantaranya; Tirtonegoro 2001:43 mengemukakan bahwa hasil belajar adalah penilaian dari hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Sejalan dengan Tirtonegoro, Widoyoko 2013:1 mengemukakan bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian assessment, sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Djamarah 2008:23 mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Dari beberapa pengertian yang dikemukankan oleh beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penelitian ini fokus pada kemampuan kognitif peserta didik. b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Wasliman dalam Susanto, 2014:12 menjelaskan bahwa hasil belajar yang diperoleh peserta didik dipengaruhi beberapa faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Secara terperinci uraian tentang faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut: 1 Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. 2 Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajarnya yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga kurang mendapat perhatian khusus dari orang tua, kebiasaan sehari-hari mendapat perlakuan kurang baik dari orang tua, dan kondisi ekonomi. Wasliman dan Dukin dalam Susanto, 2014:13-14 menjelaskan bahwa terdapat sejumlah aspek yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran siswa dilihat dari faktor guru, yaitu: 1 Teacher formative experience, jenis kelamin serta pengalaman hidup guru yang menjadi latar belajang sosial mereka. 2 Teacher training experience, meliputi pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan prosesional, tingkat pendidikan, dan pengalaman jabatan. 3 Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap siswa, kemampuan dan intelegensi guru, motivasi dan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran, termasuk kemampuan merencanakan pembelajaran dan evaluasi maupun penguasaan materi pembelajaran yang akan diajarkan. Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik yaitu, faktor keluarga, ekonomi, masyarakat dan sekolah.

4. Pendekatan Cooperative Learning

a. Pengertian Cooperative Learning Isjoni 2013:20 mendefinisikan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai suatu pendekatan dimana peserta didik berkerjasama antara satu dengan yang lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk menyelesaikan tugas individu atau kelompok yang diberikan oleh guru. Sejalan dengan Isjoni, Jhonson dalam Isjoni, 2013:23 berpendapat bahwa istilah pembelajaran kooperatif dalam pengertian bahasa Indonesia yaitu mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar dapat berkerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan saling memahami satu sama lain dalam kelompok tersebut. Suprijono 2013:54 menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas mencakup semua jenis kerja sama kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Lebih lanjut Suprijono menjelaskan bahwa dalam pembelajaran kooperatif, guru sebagai pemberi arah, guru bertugas untuk menetapkan pertanyaan- pertanyaan, menyediakan bahan-bahan dan merancang informasi untuk membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil yang memberikan kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk saling berinteraksi dan berkerja sama guna memahami suatu materi atau bahan pembelajaran. b. Unsur-unsur Cooperative Learning Arends dan Ibrahim dalam Isjoni, 2013:25 menjelaskan unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1 Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa “sehidup sepenanggungan”, 2 Setiap siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lainnya dalam kelompoknya disamping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi, 3 Semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, 4 siswa membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompok, 5 setiap siswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok, 6 Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, 7 Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secera individual materi yang ditangani di dalam kelompoknya. Roger dan Johnson dalam Suprijono, 2013:58, berpendapat untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, ada lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu: 1 Saling ketergantungan positif positive interdependence. Dalam pembelajaran kooperatif, pendidik hendaknya mamu menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling memnutuhkan satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini yang dimaksud saling ketergantungan positif yaitu saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan mencari bahan atau sumber belajar, saling ketergantungan peran dan saling ketergantungan hadiah. 2 Interaksi Promotif face to face promotive interaction. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota kelompok diharapkan mampu berinteraksi dengan anggota kelompok yang lain seperti: saling membantu secara efektif dan efisien, saling memberi informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, serta saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. 3 Tanggung jawab perseorangan personal responsibility. Dalam pembelajaran kooperatif, semua anggota kelompok diajarkan untuk saling membagi tanggung jawab. Setiap anggota kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama.

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik stad dan teknik jigsaw: kuasi eksperimen di SMP attaqwa 06 Bekasi

0 4 76

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pendekatan kooperatif teknik: student team achievement divisions (STAD) dan teknik Group Investigation (GI)

0 36 221

Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid (quasi eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

4 38 126

Pengaruh Penggunaan Metode Cooperative Learning Tipe STAD Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Kendalsar

0 5 136

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUIMODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD PADA SISWA KELAS Peningkatan Motivasi Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Tipe Stad Pada Siswa Kelas IV Sd Negeri Rogomulyo 02 Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 14

PENINGKATAN MOTIVSI BELAJAR IPS MELALUI MODELPEMBELAJARAN TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD Peningkatan Motivasi Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Tipe Stad Pada Siswa Kelas IV Sd Negeri Rogomulyo 02 Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 15

Perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Kramat 5 Magelang pada pelajaran Pkn menggunakan model Cooperative Learning tipe Stad.

0 0 164

Perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Kramat 5 Magelang pada pelajaran Pkn menggunakan model Cooperative Learning tipe Stad

0 5 161