4.8.1 Aspek Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam novel ini tidak jauh dari penguasaan bahasa siswa,  artinya  kosakata  yang  dipergunakan  pada  umumnya  sudah  dipahami  oleh
siswa  dan  tidak  menimbulkan  kesulitan  bagi  siswa  dalam  mengartikannya. Meskipun  terdapat  kosakata  dalam  bahasa  daerah  Jawa  Timur,  siswa  diharapkan
dapat memahaminya karena pengarang secara tidak langsung memberi penjelasan ke dalam bahasa Indonesia pada halaman bagian bawah yang diberi dengan tanda
bintang . Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut 190
“Yok  opo  to  kon  iki?  Kalau  orang-orang  itu  mengeroyok  kita bagaimana?” Tanya Cak Jek saat kami sudah menjauh dari warung
itu. “Ya aku hajar semuanya. Memangnya aku takut apa?” “Kon iki yo… mbok rodo mikir… Memangnya mampu melawan orang orang
segitu banyak?” Madasari, 2013: 63 191
“Yok  opo  carane?”  Cak  Man  tak  terlalu  bersemangat  menanggapi kami. Ia sudah putus asa. Madasari, 2013: 85
192 “Ojo  macem-macem  kon,  cong.  Gak  ono  sing  wani  ambek  Cak
Karson . Preman pasar. Ingat-
ingat” Madasari, 2013: 237 193
“Lho..  sampeyan  ini  mau  Marsini  bali  opo  ora?”  Cak  Jek  kesal kami  tak  bersemangat  mendukung  rencananya.  Madasari,  2013:
86
Dalam  idenya,  Okky  Madasari  menggunakan  kalimat  sederhana  yang digunakan  dalam  kehidupan  sehari-hari  sehingga  memudahkan  pembaca  dalam
menangkap arti dan maksud. Untuk pembelajaran apresiasi sastra, guru juga dapat memanfaatkan  gaya  bahasa  dalam  novel  Pasung  Jiwa  sebagai  materi
pembelajaran  kebahasaan,  misalnya  penggunaan  kosakatanya,  struktur  kalimat dan sebagainya.
4.8.2 Aspek Perkembangan Psikologis Siswa
Pada  umumnya  siswa  SMA  berada  pada  masa  peralihan  antara  tahap realistik ke tahap generalisasi, anak sudah tidak lagi berminat pada hal-hal praktis
saja  tetapi  juga  berminat  untuk  menemukan  konsep-konsep  abstrak  dengan menganalisis  suatu  fenomena  Rahmanto,  2005.  Dengan  demikian  diharapkan
siswa  mempunyai  minat  untuk  menemukan  nilai-nilai  kehidupan,  menganalisis masalah-masalah yang ada dalam novel Pasung Jiwa, dan menemukan penyebab
serta  jalan  keluar  dari  masalah  itu.  Siswa  SMA  memiliki  pola  pemikiran  yang kritis  terhadap suatu  masalah, oleh karena itu, dengan pemikiran demikian dapat
menentukan  orientasi  hidup  mereka.  Berikut  kutipan  yang  menggambarkan  hal tersebut
194 Aku bangun kesiangan hari ini. Memang selama libur aku bangun
lebih  siang  pada  saat  hari  sekolah.  Tapi  tak  pernah  sesiang  ini. Madasari, 2013: 21
195 Tapi  demi  ibu,  aku  bertekad  mengendalikan  diri.  Aku  mengurung
jiwa  dan  pikiranku.  Aku  membangun  tembok-tembok  tinggi,  aku mengikat  tangan  dan  kakiku  sendiri. Aku tak  akan melakukan satu
hal pun yang di luar kebiasaan. Madasari, 2013: 30
196 Hidupku  kini  hanya  untuk  berdendang  dan  bergoyang.  Sudah  tak
terhitung berapa kali aku membolos kuliah. Madasari, 2013: 49 197
Aku ini manusia. Cari uang dengan apa yang aku bisa. Menyanyi, berjoget, dan berdandan. Mereka memberikan uang atas kenikmatan
mata  dan  telinga  yang  mereka  dapatkan.  Tapi  jangan  coba-coba memperlakukan seenaknya. Madasari, 2013: 62
198 Ibu  yang  membuatku  tahan  melalui  setiap  detik  ingatanku.  Ia
merawatku  dengan  sabar.  Membawakan  makanan  untukku  sehari tiga  kali,  menungguiku,  menanyakan  apa  yang  kurasakan.
Madasari, 2013: 105
199 Ibu  datang  dalam  mimpiku  mala  mini.  Ia  menangis  di  kamarnya.
Waktu aku dekati ia malah marah. Mendorongku menjauhinya. Aku
bertanya kenapa, Ibu melotot dan menuding mukaku, “Kamu bukan anakku. Kamu binatang.” Madasari, 2013: 316
Dari  kutipan  194  dan  196  menjelaskan  bahwa  hal  yang  dilakukan  oleh tokoh  Sasana  tidak  sepantasnya  untuk  ditiru,  Sasana  melupakan  tanggung
jawabnya  sebagai  anak  kepada  orang  tuanya  yang  sudah  membiayai  dia  kuliah. Selain  itu  kutipan  195  dan  198  menjelaskan  sifat  Sasana  yang  patuh  dan
mencintai  orang  tuanya.  Kutipan  197  menjelaskan  bahwa  orang-orang  yang memiliki  kelainan  seksual  tidak  pantas  untuk  disingkirkan  dan  dicemooh  dari
lingkungan  masyarakat,  sedangkan  kutipan  199  menjelaskan  rasa  penyesalan Jaka  ketika  Ibunya  datang  ke  dalam  mimpinya  dan  mengutuknya.  Dengan
ditemukan hal-hal tersebut diharapkan sebagai gambaran kepada siswa agar dapat menemukan  permasalahan  dari  kehidupan  dalam  novel  sehingga  pada  akhirnya
siswa  dapat  menemukan  dan  membedakan  suatu  yang  baik  dan  yang  tidak  baik dalam kehidupan.
4.8.3 Aspek Latar Belakang Budaya