kelucuan-kelucuan  yang  menghibur  semua  orang.  Kesoktahuan  Banua adalah kesoktahuan yang jujur dan tulus. Madasari, 2013: 119
69 Banua  memulai ceritanya ketika ia dipaksa masuk ke pesantren setelah
lulus  SMP.  Ia  menolak,  tapi  orangtuanya  tetap  memaksa.  Aku  bisa paham ketidakberdayaannya. Madasari, 2013: 140
70 Banua  telentang  di  lantai.  Tubuhnya  telanjang.  Pisau  menghujam  di
dadanya. Itu pisau yang sering kami lihat di ruang makan. Ada ceceran darah  di  sekitar  tubuhnya.  Tak  ada  yang  menyentuh  tubuh  Banua.
Madasari, 2013: 142
Dalam  pelukisan  tokoh  Banua,  pengarang  hanya  menggunakan  teknik tidak langsung atau dramatik.  Teknik  tersebut  dapat  dilihat melalui kutipan 67,
68,  69,  dan  70.  Berdasarkan  kutipan-kutipan  tersebut  dapat  disimpulkan bahwa kutipan 67 dan  68  menjelaskan sikap  Banua  yang humoris  dan pintar.
Kesoktahuannya  yang  jujur  ini  membuat  Sasana  bangga  dengan  Banua.  Kutipan 69  menjelaskan  bagaimana  Banua  dipaksa  masuk  ke  pesantren  oleh  orang
tuanya  dan  dia  tidak  bisa  menolaknya,  itulah  yang  membuat  Banua  masuk  ke Rumah  Sakit  Jiwa.  Kutipan  700  menjelaskan  bagaimana  pada  akhirnya  Banua
bunuh diri untuk mendapatkan kebebasannya.
f. Elis
Elis  adalah  sosok  pelacur  yang  melayani  para  buruh  pabrik  dengan bayaran  rendah.  Menurutnya  menjadi  pelacur  bukan  karena  paksaan,  melainkan
suatu  pilihan,  dia  harus  mengirimkan  uang  untuk  kebutuhan  anaknya.  Elis digambarkan  sebagai  wanita  yang  tegar  dan  pemberani.  Hal  ini  ditunjukkan
pengarang  dengan  menggunakan  teknik  tidak  langsung  atau  dramatik  melalui kutipan sebagai berikut
71 “Tidak buat saya semua, Mas. Bosnya kan juga mesti disetori”, katanya.
“Makanya  kalau  ditambahi  juga  boleh.  Biar  bagian  saya  jadi  tambah
banyak,”  bisiknya  tepat  di  telingaku.  “Berapa  yang  mesti  disetor?” tanyaku.  M
ukanya  kini  tampak  masam.  “Tiap  terima  tamu  satu  jam saya Cuma dapat lima ribu, Mas.” Madasari, 2013: 175
72 “Ah, ngaco Saya tidak percaya mereka terpaksa. Saya percaya semua
hal  tergantung pada kita. Mau menerima atau melawan. Mau dikurung atau mau bebas merdeka.” Madasari, 2013: 173
73 Cuh Ludah Elis meloncat ke wajah tamunya dan ke wajah bos tempat
ini. Ia lari cepat-cepat kea rah pintu. Kemarahan dua laki-laki yang kena ludahnya tak bisa menyamai kecepatan langkah  Elis. Madasari, 2013:
180
Dalam  pelukisan  tokoh  Elis,  pengarang  hanya  menggunakan  teknik  tidak langsung  atau  dramatik.  Teknik  tersebut  dapat  dilihat  melalui  kutipan  71,  72,
dan 73. Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan 71  menjelaskan  kehidupan  Elis  sebagai  seorang  pelacur  yang  hanya  dibayar
murah  setiap  kali  melayani  pelanggannya.  Kutipan  72  menjelaskan  sikap  Elis yang  tegar  dengan  segala  pilihannya.  Kutipan  73  menjelaskan  sikap  Elis  yang
pemberani.  Dia  mau  melawan  pelanggannya  yang  sudah  kurang  ajar  terhadap dirinya.
g. Kalina
Kalina adalah teman Jaka saat bekerja di pabrik elektronik. Kalina protes dipecat karena dia hamil, sementara yang menghamilinya adalah mandor sendiri.
Kalina digambarkan sebagai sosok wanita yang pemberani dan mau melawan, dia berontak  dan  meronta  di  hadapan  buruh  pabrik.  Nasibnya  hampir  sama  dengan
buruh perempuan lain yang dipaksa melayani permintaan para mandor tanpa bisa mengelak.  Hal  ini  ditunjukkan  pengarang  dengan  menggunakan  teknik  tidak
langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut
74 “Mandor  itu…  Mandor  itu  sudah  memperkosa  saya”  Perempuan  itu
bicara  sambil  menuding  ke  arah  si  mandor.  Si  mandor  bergerak, menarik  tangan  perempuan  itu  agar  turun  dari  meja.  Tapi  suara
perempuan  itu  tak  bisa  dibendung  lagi.  “Sekarang  saya  bunting,  saya malah  dipecat  Dasar  binatang  Dia  perkosa  saya  juga  seperti
binatang” Mandor itu kini benar-benar liar seperti binatang. Ditariknya perempuan  itu  dengan  kasar  sehingga  jatuh  tersungkur  ke  lantai.
Perempuan itu tak menyerah. Ia berdiri dan berteriak-terika. Madasari, 2013: 195
Dalam  pelukisan  tokoh  Kalina,  pengarang  hanya  menggunakan  teknik tidak langsung atau dramatik.  Teknik  tersebut  dapat  dilihat melalui kutipan 74.
Berdasarkan  kutipan-kutipan  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  kutipan  74 menjelaskan  sikap  Kalina  yang  mau  melawan  dan  memberontak  dengan  segala
ketidakadilan  terhadap  dirinya.  Dia  dipecat  dari  tempatnya  bekerja  setelah diperkosa oleh mandornya sendiri.
4.3 Analisis  Latar