cinta maupun kebutuhan akan penghargaan. Mereka menjadi mandiri sejak kebutuhan level rendah yang memberi mereka kehidupan.
Menurut Maslow, kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar apa pun akan mengarah kepada beberapa jenis patologi. Ancaman bagi rasa aman seseorang
bisa mengarah pada rasa ketakutan, tidak aman, dan putus asa. Ketika cinta tidak terpebuhi, seseorang dapat menjadi defensif, terlalu agresif, atau kurang
bersosialisasi. Kurang dihargai akan menghasilkan penyakit kejiwaan yang disebut meragukan diri sendiri self-doubt, menganggap dirinya kurang self-
depreciation , dan tidak percaya diri. Deprivasi dari kebutuhan aktualisasi diri
dapat mengarah kepada patologi, atau metapatologi, yang didefinisakan sebagai ketidakhadiran nilai, kurangnya pemenuhan, dan kehilangan makna hidup. Jess
Feist Gregory J. Feist, 2008: 251.
2.2.5 Konflik
Konflik adalah tahapan ketika suasana emosional memanas karena adanya pertentangan dua atau lebih kekuatan Hariyanto, 2000: 39. Sejalan dengan itu,
menurut Baron 2005: 194 konflik merupakan suatu proses di mana individu atau kelompok mempersepsikan bahwa orang lain telah atau akan segera melakukan
tindakan yang tidak sejalan dengan kepentingan pribadi mereka. Selain itu Minderop 2010: 229 juga berpendapat bahwa konflik terjadi karena manusia
harus memilih. Konflik bisa pula terjadi karena masalah internal seseorang, misalnya adanya kebebasan versus ketidakbebasan dan adanya kerja sama versus
persaingan. Jadi dapat disimpulkan, bahwa konflik merupakan suatu hal yang
bertentangan antar individu atau suatu kelompok karena adanya kesalahpahaman atau perbedaan pendapat.
2.2.6 Konflik Batin
Konflik batin adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga
memengaruhi tingkah laku. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, 2008: 723. Menurut Heerdjan 1987: 31, konflik adalah keadaan pertentangan antara
dorongan-dorongan yang berlawanan, tetapi ada sekaligus bersama-sama dalam diri seseorang konflik batin timbul pada saat ego menghadapi dorongan kuat dari
id yang tidak dapat diterimanya dan dihayati sebagai berbahaya. Bila kekuatan
naluri melebihi kemampuan ego untuk mengendalikan dan menyalurkannya, muncullah gejala rasa cemas, takut, sedih, dan emosional. Ini tanda bahaya, yang
menyatakan bahwa ego berhasil menyelesaikan konflik. Menurut Tjahjono 1987: 113, konflik batin adalah pertarungan individual
yang terjadi dalam batin manusia itu sendiri. Seringkali untuk membuat sebuah keputusan atau ketetapan, terjadilah pergumulan antara kekuatan keberanian dan
ketakutan, kebajikan dan kejahatan, kejujuran dan kecurangan, dan sebagainya Tjahjono, 1987: 113. Konflik terjadi karena manusia harus memilih. Konflik
bisa pula terjadi karena masalah internal seseorang. Singkatnya, menurut Minderop 2011: 230, konflik terjadi karena:
1. Adanya kebebasan versus ketidakbebasan
Manusia kerap kali ingin melakukan sesuatu di masa kecil, namun kita diberi pelajaran bahwa yang kita lakukan harus diikuti dengan sikap
bertanggung jawab. 2.
Adanya kerja sama versusu persaingan Kompetisi telah diajarkan sejak masa kecil hingga deewasa, sejak di
sekolah dasar hingga terjun ke masyarakat, dalam bidang pekerjaan. Di saat bersamaan kita harus pula bekerja sama dan menolong orang lain.
Kontradiksi semacam ini berpotensi melahirkan konflik. 3.
Adanya ekspresi impuls versus standar moral Suatu masyarakat menganut sistem moral yang mengatur tingkah laku
anggota masyarakat sebagai individu dan sebagai warga masyarakat. Misalnya, naluri agresif seksual kerap kali berkonflik dengan satandar
moral yang bilamana dilanggar akan melahirkan frustasi.
2.2.7 Pembelajaran Sastra di SMA