oleh kelompok gang di sekolahnya. Kutipan 52 menjelaskan kekecewaan seorang Ayah yang tidak mampu membela anaknya yang menjadi korban
pemukulan oleh kelompok gang di sekolahnya. Kutipan 53 dan 54 menjelaskan sikap Ayah yang malu mempunyai anak transgender seperti Sasana.
Dia juga memutus hubungannya dengan Sasana, dan tidak ingin tinggal bersama anaknya.
c. Cak Man
Cak Man merupakan teman Cak Jek di Malang. Dia pemilik warung tempat Cak Jek dan Sasa bertemu, anaknya yang bernama Marsini menghilang
setelah menuntut kenaikan gaji di tempatnya bekerja. Marsini merupakan tumpuan ekonomi keluarga Cak Man. Pada akhirnya dia mendapat kabar kalau
Marsini sudah meninggal. Cak Man digambarkan sebagai sosok yang mudah menyerah dengan keadaan dan hanya pasrah. Hal ini ditunjukkan pengarang
dengan menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut
55 Cak Man sudah jadi seperti keluarga. Warung kopinya sudah seperti
rumah kami juga. Cak Man senang, sejak aku dan Cak Jek bikin hiburan di warungnya, semakin banyak orang yang datang untuk ngopi
dan nongkrong sampai pagi. Aku dan Cak Jek sudah tak perlu membayar lagi kalau minum dan makan di warung milik Cak Man itu.
Kata dia, “Ini bagian bisnis. Kita sama-sama untung.” Madasari, 2013: 49
56 Cak Man punya empat anak. Anak pertamanya perempuan, Marsini.
Kerja di pabrik sepatu di Sidoarjo. Kiriman uang Marsini datang setiap bulan. “Ini aku baru pulang dari tempat Marsini,” kata Cak Man
“Niatnya mau ambil jatah bulanan. Sudah seminggu kok belum dikirim-
kirim.” Madasari, 2013: 81 57
Cak Man yang tadi sudah lebih tenang kini kembali terisak-isak. “Aku sakjane wis pasrah
..” katanya. Madasari, 2013: 84
58 “Yok opo carane?” Cak Man tak terlalu bersemangat menanggapi
kami. Ia sudah putus asa. Seperti yang tadi ia katakana sendiri, ia sudah pasrah, apa pun yang terjadi pada Marsini. Sama sekali tak ada
harapan yang ia simpan. Madasari, 2013: 85
Dalam pelukisan tokoh Cak Man, pengarang hanya menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik. Teknik tersebut dapat dilihat melalui kutipan 55,
56, 57, dan 58. Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan 55 menjelaskan sikap Cak Man yang ramah, dia mengijinkan sua
temannya Cak Jek dan Sasana untuk mengamen di warung kopinya. Kutipan 56 menjelaskan bagaimana Cak Man kehilangan seorang anak bernama Marsini yang
menjadi tumpuan ekonomi Cak Man dan istrinya. Kutipan 57 dan 58 menjelaskan sikap Cak Man yang pasrah dan menyerah dengan keadaan ketika dia
mendapat cobaan, bahwa anaknya yang bernama Marsini menghilang.
d. Masita