P
i
= F a + β X
i
= F Z
i
……………………………………………. persamaan 1 Model peluang probit berkaitan dengan penggunaan transformasi fungsi
peluang kumulatif, diasumsikan bahwa ada suatu indeks Z
i
yang bernilai kontinu secara teoritis, yang ditentukan oleh nilai peubah penjelas X sehingga dapat
ditulis: Z
i
= a + β X
i
……………………………………………………….....persamaan 2 Model probit mengasumsikan bahwa Z merupakan peubah acak yang
menyebar normal sehingga peluang bahwa Z lebih kecil atau sama dengan Z
i
dapat dihitung dari fungsi peluang normal kumulatif. Fungsi peluang normal baku kumulatif dapat dituliskan dalam rumus:
P
i
= F Z
i
= ds
………………………………………persamaan 3
dimana s adalah suatu peubah acak menyebar normal dengan nilai tengah 0 dan ragam 1. Dengan rumus transformasi di atas, peubah P
i
akan bernilai dalam selang 0:1. P
i
menggambarkan peluang individu berkarakteristik X
i
memilih pilihan-1. Karena nilai peluang diukur berdasarkan luas daerah dibawah kurva
normal baku dari -~ sampai Z
i
, maka peluang pilihan-1 makin tinggi jika nilai indeks Z
i
makin tinggi. Untuk menduga indeks Z
i
, kita menggunakan kebalikan inverse dari fungsi normal baku kumulatif.
Z
i
= F
-1
P
i
= a + β X
i
………………………………………………persamaan 4
2.7. Penelitian Terlebih dahulu
Simtowe dan Zeller 2006 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi moral hazard dalam group lending programs di Malawi
menunjukkan bahwa mesikpun group lending dengan joint liability telah dipraktekkan untuk lebih dari empat dekade, ketidakinginan untuk membayar
cicilan kredit tetap saja menjadi alasan utama terjadinya gagal bayar di Malawi. Beberapa faktor yang diduga menjadi sumber terjadinya perilaku moral hazard
diantaranya adalah peer-selection, peer-monitoring, social ties, peer-presure, dynamic incentives
dan pencocokan masalah. Pada screening khususnya dalam peer selection signifikan dan
berpengaruh negatif terhadap indikasi terjadinya moral hazard. Peer monitoring, pada anggota sudah bergabung dengan perusahaan signifikan dan berpengaruh
negatif, faktor anggota kelompok yang tidak mengetahui susunan kelompok signifikan dan bepengaruh positif pada indikasi moral hazard. Pada social ties,
jumlah desa asal anggota berpengaruh signifikan dan bersifat positif terhadap indikasi moral hazard. Pada peer-presurre, adanya desakan sebelum jatuh tempo
berpengaruh signifikan dan bersifat negatif terhadap indikasi moral hazard. Hermes, Lensink dan Teki 2003 dalam Nuryartono 2011, melakukan
studi mengenai dampak pengawasan serta ikatan sosial terhadap perilaku moral hazard
di dalam group lending programs di Eritrea, Afrika. Temuan empiris menyatakan bahwa peer monitoring yang dilakukan oleh pemimpin kelompok dan
ikatan sosial dari pemimpin kelompok membantu mengurangi perilaku moral hazard
dari suatu kelompok. Sebaliknya, peer monitoring dan ikatan sosial yang
dilakukan oleh anggota kelompok lain tidak berkaitan dalam mengurangi terjadinya perilaku moral hazard di dalam kelompok tersebut. Adapun salah satu
alasan penting yang mendukung temuan diatas adalah karena keteraturan dalam hubungan dan jarak yang pendek antara pemimpin kelompok dan anggota
kelompok membantu mengurangi penyalahgunaan kredit oleh anggota individu suatu kelompok. Selain itu, rupanya anggota kelompok hanya merasa tertekan
untuk berperilaku secara bijaksana ketika pemimpin kelompoknya melakukan pemantauan. Hal ini terjadi karena pemimpin kelompok tersebut dianggap lebih
memiliki peran terhadap sanksi moral hazard atas perilaku anggota kelompoknya. Hal yang sama juga ditemukan oleh Nuryartono, Effendi dan Wawan
2009 dalam Nuryartono 2011 terhadap salah satu lembaga keuangan mikro yang mengindikasikan bahwa adanya ikatan sosial modal sosial yang kuat
melalui penyaluran kelompok mampu mengurangi gagal bayar baik secara individu maupun kelompok itu sendiri.
Kugler dan Opples 2005 dalam Nuryartono 2011 secara empiris menggali serta memeriksa profil resiko dari peminjam individu dan menghasilkan
heterogenitas kelompok untuk mengidentifikasi peran kontribusi perorangan terhadap proyek investasi di Cotonou. Bukti empiris menunjukkan bahwa
sementara diversifikasi di dalam kelompok memudahkan pengelompokkan resiko, hal ini juga meningkatkan ekspektasi gagal bayar untuk peminjam dengan resiko
rendah. Agunan akan membantu meniadakan dan mengurangi potensi negatif spillovers
dari gagal bayar kelompok, hal ini disebabkan oleh anggota kelompok yang memiliki proyek dengan resiko lebih tinggi. Kugler dan Opples 2005