113
c. Menggendong orang di punggung
Shin mengajak Chae-kyeong ke pantai untuk melihat
matahari terbit.
d. Kissing
Berita soal kejadian di Thailand yang beredar di
internet, membuat permaisuri semakin khawatir dengan nasib Shin sebagai penerus kerajaan. Berkat
masukan dari Ibu Suri, ia akhirnya merencanakan untuk menyatukan Shin dan Chae-kyeong tinggal di
satu rumah supaya keduanya bisa melakukan hubungan suami-istri dan punya anak. Bisa
dibayangkan bagaimana reaksi Shin dan Chae- kyeong saat tahu telah dijebak. Meski sempat malu-
malu, akhirnya mau tidak mau Chae-kyeong harus tidur satu ranjang dengan sang suami karena bagian
Universitas Sumatera Utara
114 lantainya sudah dibuat sedemikian rupa sehingga
terasa dingin. Bukannya terjadi apa-apa, keduanya malah beradu mulut dan berakhir dengan permainan
yang malah membuat kepala Shin dan Chae-kyeong cedera. Akhirnya mereka hanya menghabiskan
malam dengan mengobrol. “Aku ingin kita tetap menjadi teman. Meskipun sikapmu terkadang
keterlaluan, tapi aku tidak pernah membencimu. Suatu saat nanti, jika kita sudah berpisah aku ingin
kita saling tersenyum jika bertemu di jalan. Dan sebenarnya aku ingin kau tetap menjadi pewaris
kerajaan,” ujar Chae-kyeong. “Kenapa?” tanya Shin. Karena setelah kita berpisah nanti aku pasti
tidak bisa melihatmu dan akan merindukanmu. Tapi, kalau kau menjadi raja, aku tetap bisa melihatmu
melalui tayangan televisi. Sudahlah, mari kita tidur saja” ujar Chae-kyeong. Shin menarik tangan
Chae-kyeong dan menciumnya.
C. Analisis Pernyataan assertions ; Menggambarkan frekuensi seberapa sering objek
tertentu dikarakteristikkan secara khusus. Analisis ini secara kasar disebut analisis tematik.
Contohnya, referensi terhadap perilaku nyontek di kalangan mahasiswa sebagai maling, pembohong,
dan sebagainya.
C.1 Beberapa scene yang menggambarkan budaya Korea dalam drama seri televisi Full House berdasarkan Analisis Pernyataan ialah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
115
Di meja makan, Yeong-jae yang ternyata mengingat hari ulang tahun Ji-eun menanyakan mengapa gadis
itu tidak membuat sup rumput laut di hari ulang tahun, ”mengapa tidak ada sup rumput laut ?”
”Apa?” tanya Ji-eun. ”Bukankah harus makan sup rumput laut di hari ulang tahun.” tutur Yeong-jae.
”Hari ini hari ulang tahunmu ya?” tanya Ji-eun polos. ”Bukan. Hari ini ulang tahunmu.” Jawab
Young-jae. ”Benarkah ? oiya, aku lupa.” Tutur Ji- eun. ”Apa yang akan kau lakukan di hari ulang
tahunmu ini?” tanya Yeong-jae. ”Aku akan pergi ke taman safari bersama Dong-wook dan Hee-jin,”
jawab Ji-eun. ”Taman safari? Kekanak-kanakan sekali,” ejek Yeong-jae. ”Kenapa? Kami bertiga
selalu bermain di taman safari saat ulang tahun kami,” tutur Ji-eun. Kalian akan pergi bertiga saja?”
tanya Yeong-jae. ”Ya. Apa kau mau ikut? Ah..kau tidak bisa berada di keramaian seperti itu” kata Ji-
eun. ”Siapa yang mau ikut Aku sangat sibuk. Tidak punya waktu untuk hal seperti itu,” bantah Yeong-jae.
Melihat Ji-eun yang demam tinggi, Yeong-jae pun
merasa iba. Ia membaringkannya di sofa. Ji-eun demam tinggi hingga ia terus-terusan mengigau
memanggil ibunya, ”ibu...ibu..aku sakit.”
Universitas Sumatera Utara
116
”Ayo kita ke taman ria,” ajak Ji-eun. ”Apa?” Yeong- jae agak terkejut. ”Iya. Tidak ada sup rumput laut dan
kue ulang tahun. Setidaknya aku bisa pergi bersenang- senang di taman ria. Ayo kita pergi” ajak Ji-eun. ”ini
sudah malam. Pasti tempat itu sudah tutup.” kata Yeong-jae.
Sesampainya di taman ria, tempat itu memang sudah tutup. Namun, Yeong-jae berhasil membujuk
penjaganya untuk memberikan mereka waktu 3 jam untuk bermain ice skating. Ji-eun yang sangat mahir
bermain ice skating mengejek Yeong-jae yang sama sekali tidak pandai berice skating.
”walaupun cacing, namun bisa juga melingkar. Sangat cocok denganmu,” ejek Yeong-jae seusai
bermain ice skating. ”Apa? Dasar kau. Ibuku yang mengajariku. Dia sangat pandai bermain ice skating,”
kata Ji-eun. ”Ternyata ibumu berhasil membuat keajaiban karena berhasil mengajari seseorang
seperti dirimu,” ejek Yeong-jae. ”Dengarkan aku Ini ulang tahunku,” ujar ji-eun. ”Baiklah,” ujar Yeong-
jae. ”aku menandatangani kontrak hari ini. Sekarang aku adalah penulis profesional. Memang masih belum
apa-apa tapi jika aku berusaha pasti aku bisa menjadi seorang penulis yang hebat. Mengetahui akan banyak
cerita yang kubuat dibaca orang, membuat hatiku bergetar. Aku akan membuat cerita yang pernah
Universitas Sumatera Utara
117 diceritakan ibuku dulu. Ibu bilang cerita yang bagus
dapat menghibur orang dan menyembuhkan luka,” kata Ji-eun. ”Jadi, ibumu menyuruhmu membuat
cerita yang bisa menghibur dan menyembuhkan luka?” tanya Yeong-jae. ”Benar,” jawab Ji-eun. ”kau
pikir Cuma dirimu saja yang bisa membuat cerita yang bagus?” remeh Yeong-jae. ”Benar. Tapi aku
akan berusaha sebaik mungkin. Semangat” Ji-eun mengepalkan tangannya membentuk tinju. ”Hei Apa
kata-kata itu cocok sekarang?” ejek Yeong-jae. ”Semangat” seru ji-eun lagi. ”Semangat” seru
Yeong-jae. ”Semangat” seru mereka berdua.
Pernikahan kontrak antara Yeong-jae dan Ji-eun
akhirnya diketahui Dong-wook dan Hee-jin. Akhirnya mereka membuat sebuah kesepakatan.
Dong-wook bekerja di kantor Yeong-jae sebagai office boy dan 20 persen gajinya akan masuk ke
rekening Ji-eun untuk membayar hutang mereka karena telah menjual Full House.
Setelah kedatangan Dong-wook dan Hee-jin, Ji-eun memahami satu hal tentang pernikahannya dengan
Yeong-jae. ”Di dunia ini ada pernikahan yang diketahui dan ada pernikahan yang tidak diketahui.
Ada pernikahan yang berakhir bahagia dan ada yang tidak. Pernikahan kita biar bagaimanapun
tetaplah pernikahan. Meskipun sering bertengkar
Universitas Sumatera Utara
118 denganmu dan pergi dari rumah, tapi aku tidak
berpikir kalau inilah akhirnya. Karena itu, mari kita lakukan yang terbaik sampai hari dimana kita
benar-benar berpisah,” kata Ji-eun. ”Ya. Benar,” jawab Yeong-jae. ”Semangat” seru Ji-eun.
”Semangat Seru Yeong-jae.
C.2 Beberapa scene yang menggambarkan budaya Korea dalam drama seri televisi Hello Miss berdasarkan Analisis Pernyataan ialah sebagai berikut :
Setelah tahu Ternyata kedatangan Dong-gyu adalah
untuk membeli Ahn Dang, Lee Soo-ha dengan tegas mengatakan kalu ia tidak akan menjual Hwa Ahn
dang dan mengusirnya. “Aku Lee Soo-ha generasi penerus ke-38 tetap akan mempertahankan warisan
leluhur.” Lee Soo-ha semakin kesal ketika tahu bahwa pria itu yang menabraknya tadi karena salah
seorang bibi Lee Soo-ha yang terganggu jiwanya sebenarnya bibi ini bukanlah bibi kandung Lee Soo-
ha, keluarga Lee Soo-ha kasihan melihatnya dan anak perempuannya dan menyuruh mereka tinggal di
Hwa Ahn Dang berlari menghampiri Dong-gyu sambil membawa sekor ikan dan mengatakan kalau
ikan itu milik pemuda itu. “Tunggu Bawa ini. Ini milikmu,” tutur sang bibi. Tahulah Lee Soo-ha
bahwa pemuda itu yang menabraknya. “Apa kau tidak punya kata-kata yang disampaikan?” tanya
Lee Soo-ha. Melihat Dong-gyu yang tidak mengerti ucapan Lee Soo-ha, gadis itu menyibakkan roknya,
“lihat Apa kau tidak tahu apa yang terjadi tadi. Gara-gara dirimu aku jatuh dari sepeda dan lututku
luka. Dasar” “Nona apa yang kau lakukan. Nona
Universitas Sumatera Utara
119 belum menikah,” nenek Lee Soo-ha sibuk menutupi
kaki Lee Soo-ha.
Lee Soo-ha dan Oh Jeong-suk mendapatkan
pekerjaan di sebuah perusahaan di Seoul. Tugas mereka adalah menjual selimut. Sambil menyerukan
kata “semangat” mereka menjalankan tugas mereka.
Kecelakaan terjadi saat Dong-gyu tak sengaja
membuka tutup ayam jantan yang tengah direbus. Mukanya langsung alergi dan bertotol-totol merah.
Alergi tersebut menjalar ke seluruh badan. Dong-gyu demam, saat tidur dia mengingau memanggil
almarhum ibunya.
Chan-min meminta sekretarisnya, Lee Soo-ha ikut
bersamanya ke pacuan kuda untuk menjamu klien dari Jepang. Tuan Tayashi, salah satu kliennya,
sangat senang dengan kerja Lee Soo-ha dan memberikannya tips dalam jumlah yang besar, yaitu
5 juta yen. Tapi Lee Soo-ha bukanlah tipe gadis serakah, ia teringat ajaran kakeknya: uang yang
didapat dengan mudah harus disumbangkan. Ia
Universitas Sumatera Utara
120 memberikan uang tersebut untuk amal tanpa
menyebutkan idenditas dirinya sebagai penyumbang dan menjadi bertita di TV. “Nona besar memang
berbeda. Padahal uang itu bisa digunakan untuk merenovasi Hwa Ahn Dang,” tutur Chan-min. “Aku
hanya menjalankan apa yang diajarkan kakekku dulu bahwa uang yang didapat dengan mudah harus
disumbangkan.”
Sementara itu kimchi mandu yang dibuat berdasarkan hasil syuting nenek rasanya juga tidak
seenak aslinya. Lee Soo-ha pun diundang untuk membuat pangsit tersebut. Lagi-lagi hasilnya tidak
seperti yang diharapkan. Setelah dipikir-pikir, Lee Soo-ha menyimpulkan kesalahannya terletak pada
teknis pembuatannya. Pangsit yang dibuat oleh keahlian tangan, digabung dengan rasa dan
ketulusan, serta berkumpulnya semua anggota keluarga membuat masakan menjadi lebih enak.
C.2 Beberapa scene yang menggambarkan budaya Korea dalam drama seri televisi Love Story in Harvard berdasarkan Analisis Pernyataan ialah sebagai berikut :
Kelas dimulai. Profesor Keynes itu menuduh
makalah Hyun Woo tidak murni hasil pendapatnya sendiri karena mengutip pendapat dari beberapa
Universitas Sumatera Utara
121 pakar. Juga melontarkan argumen-argumen yang
membuat seluruh yang hadir menertawai Hyun Woo. Selepas kelas Prof. Keynes, teman-teman kos Hyun
Woo mengadakan acara ngumpul-ngumpul di sebuah bar sebagai acara perkenalan di antara
mereka. ”Aku John Ford ke-3 dari jurusan Ilmu Pengetahuan Politik.” ”Hai, aku Rudi Bailer.
Kudapat S-1 ekonomiku di Universitas Chicago.” ”Aku Hilliard Muneer. Juga dari jurusan Ekonomi di
Duke. Aku kuliah ekonomi di Harvard. Sebagai ahli analisa investasi di Wall Street selama 2 tahun. Jika
ada yang tertarik untuk menginvestasi dalam bursa saham, akulah orang yang tepat.” ”Alex Hong.
Jurusan Sosiologi di Universitas Harvard.” “Bukankah kau yang menerima nilai sempurna
dalam hasil SAT-mu? Kau beremu dengan Presiden Clinton di Gedung Putih sebagai wakil dari New
York kan? Aku juga diundang sebagai wakil L.A. senang bertemu denganmu,” ujar Rudi. ”Sama-
sama,” ”Bagaimana denganmu?” tanya Rudi pada Hyun Woo. ”Hai. Aku Kim Hyun Woo. Aku dari
Korea. Sistem Sekolah Hukum Korea berbeda. Ada kelas untuk program Sarjana Muda. Aku dari
jurusan Hukum.” ”Jadi kau harus belajar 4 tahun lebih lama di Korea ya. Jelas itu tak membantumu
dalam mata kuliah Profesor Keynes,” canda Rudi yang diikuti oleh tawa teman-teman yang lain. ”Aku
hanya bergurau. Kurasa kita jangan terlalu tegang menghadapi mata kuliah Prof. Keynes,” tambah
Rudi. Alex Hong memberi kode dengan tangannya pada Hyun Woo, ”Hei..” Hyun Woo menunjukkan
dirinya tanda menanyakan apakah dirinya yang dimaksud ole Hong. Hong mengangguk. Dalam
bahasa Korea ia mengatakan, ”Kenapa tak belajar
Universitas Sumatera Utara
122 jika kau beritahu semua orang kalau kau dari
Korea? Apa kau tak malu?” Ujar Hong sinis.
Terjadi insiden di pub tempat Su-in bekerja. Seorang
pria pingsan. Naluri Su-in sebagai seorang dokter terpanggil untuk menolong. Meski sudah diingatkan
oleh Jung-min yang kebetulan ada di tempat itu bahwa melakukan tindakan medis tanpa legalitas
adalah suatu kriminalitas. Namun, Su-in bersikeras menolongnya karena ambulans tak kunjung datang.
Pria tersebut selamat namun, mengalami koma dan kondisinya kritis. Hal ini membuat posisi Su-in tidak
aman. Akhirnya Pria yang belakangan diketahui mahasiswa seni rupa tersebut sadar dari koma,
namun tangan kanannya cacat. Keluarga pasien mengajukan tuntutan dan Su-in diskors.
Su-in menemui pria mahasiswa Seni Rupa itu di rumah sakit. “Halo. Namaku Su In Lee. Aku orang
yang di kedai minum itu.” ”Tak ada yang ingin kukatakan padamu. Jika ingin bicara, bicaralah
pada pengacaraku,” kata pasien itu. “Ini bukan
Universitas Sumatera Utara
123 masalah pengadilan. Aku datang untuk minta maaf.
Aku tak bermaksud menciderai tanganmu. Aku menyesal sekali. Setelah dikeluarkan dari sekolah,
baru kusadari betapa menyakitkannya jika tak bisa memenuhi cita-citaku,” ujar Su-in. ”Kau
dikeluarkan dari Fakultas Kedokteran? Jelas mereka tak bisa menjadikanmu seorang dokter,” ujar pasien.
”Tapi aku tak akan berputus asa. Cita-citaku bukan menjadi dokter. Tapi menolong mereka yang
menderita. Tak hanya dokter yang bisa melakukan hal itu, kan? Kuharap kau juga tak berputus asa
terhadap cita-citamu. Jaga dirimu. Sampai jumpa,” ujar Su-in.
Di kamarnya, Su In merapikan buku-bukunya, ia memasukkan semua barang-barangnya ke dalam
kardus. Buku-bukunya, stetoskop, topi Harvardnya dengan mata berkaca-kaca.
”Hari ini rapat komite disiplin, kan?” tanya
Jungmin. ”Ya. Apa kau akan ikut wawancara?” ”Bagaimana dengan Hyun Woo?” ”Ia pasti sibuk. Ia
tak pulang lagi semalam,” ”Sudah kau pikirkan apa yang kukatakan? Semoga kau masih berkeinginan
menjadi dokter. Aku serius. Ambillah keputusan yang
Universitas Sumatera Utara
124 logis,” ”Semoga kau sukses. Doakan aku juga. Raih
cita-citamu. Semangat”
Sepulang merayakan kemenangan tim Hyun-woo di
bar, Su-in dan Hyun Woo kembali ke kos mereka. ”Aku mahasiswi kedokteran yang bokek,” teriak Su-
in. ”Aku mahasiswa hukum yang tak bisa bahasa Inggris sebaik anak Amerika,” balas Hyun Woo.
”Tapi aku tahu akan bisa mengatasinya,” kata Su-in. ”Aku juga bisa,” kata Hyun-woo. ”Dan aku
bersyukur untuk itu,” tambah Su-in. ”Aku bahagia sekali,” balas Hyun-woo. ”Aku bisa bayar uang
kuliah dengan bekerja di pub dan rumah kos,” ujar Su-in. ”Aku punya banyak teman yang
mendukungku,” ujar Hyun-woo. ”Orang-orang yang sakit di Afrika dan Amerika Selatan yang belum
pernah kutemui menungguku,” ujar Su-in. ”Mereka semua adalah teman-temanku,” kata Hyun-woo.
”Seperti Brad,” ujar Su-in. ”Seperti Susan williams,” tambah Hyun-woo. ”Kau akan lulus dan menjadi
hakim, Kim Hyun Woo,” teriak Su-in. ”Kau akan lulus dan menjadi seorang dokter, Lee Su In,” balas
Hyun-woo. ”Semoga cita-citamu tercapai, Kim Hyun
Universitas Sumatera Utara
125 Woo,” teriak Su-in lagi. “Semoga cita-citamu
tercapai, Lee Su In,” balas Hyun-woo.
Su-in mengendarai sepedanya menuju ke sebuah
pasar. Dia menemui ayahnya yang bekerja di sebuah warung makan di pasar itu. Ayahnya
sedang menyanyi lagu Korea sambil merapikan piring-piring. Su-in tersenyum melihat tingkah
ayahnya dan mematikan radio itu. Ayahnya terkejut. ”Kenapa ayah kaget sekali?” tanya Su-
in. ”Aku kira kau bosku,” jawab ayahnya. ”Memangnya dia kenapa?” tanya Su-in sambil
melepaskan jaket blazernya. ”Dia marah karena aku suka mendengarkan musik. Dia tak tahu apa-
apa soal musik.” Ayahnya kembali bernyanyi lagu Korea. Su-in membantu ayahnya mencuci
piring sambil senyum-senyum. ”Ia tak tahu tak ada yang lebih baik dari musik untuk menghibur
hati.” tambah ayahnya.
C.3 Beberapa scene yang menggambarkan budaya Korea dalam drama seri televisi Princess Hours berdasarkan Analisis Pernyataan ialah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
126
Chae-kyeong bimbang antara menerima atau menolak pernikahannya dengan pangeran. Namun,
bujukan keluarganya yang terus-menerus membuatnya semakin bingung. Melihat keluarganya
yang sangat miskin membuat Chae-kyeong untuk sementara bersedia menerima pernikahan itu. Tapi,
mengingat dirinya masih sangat muda dan memiliki impian untuk menjadi seorang disainer
mengurungkan niatnya. Di sekolah, ia bertanya kepada ketiga sahabatnya. “apa menurut kalian
tentang menikah muda?” tanya Chae-kyeong. “Hei, kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?
Hmm...rata-rata umur orang Korea 80 tahun. Jika kita menikah sekarang berarti kita akan
menghabiskan 62 tahun sisa umur kita. Bukankah sangat disayangkan,” ujar salah satu sahabatnya,
Lee Kang-hyeon.
Awalnya Chae-kyeong menolak menikah dengan
pangeran, namun setelah rentenir datang ke rumahnya Chae-kyeong memutuskan menerima
pernikahan itu. Dijemput oleh para pengawal istana, Chae-kyeong bertemu permaisuri. “Aku tahu
kau pasti terganggu dengan pernikahan ini. Kau masih begitu muda. Kau juga berpikiran seperti itu,
kan?” tanya permaisuri yang memang sejak awal menentang pernikahan tersebut. “Ya, Yang Mulia
Permaisuri,” jawab Chae-kyeong. “Pernikahan merupakan peristiwa terbesar dalam hidup
manusia. Aku mengerti kalau kau menolak pernikahan ini.” ujar permaisuri.
“Tapi...sebenarnya...aku datang untuk menerima pernikahan ini, Yang Mulia.”
Universitas Sumatera Utara
127
Dengan pengawalan ketat, Chae-kyeong yang sudah didandani dengan sangat cantik daam
balutan busana hanbok bersiap-siap berangkat ke istana. “Perhtikan makanmu. Jangan terlalu
banyak,” pesan ibunya. Ayah Chae-kyeong menangis karena harus berpisah dengan putrinya.
Ibu Chae-kyeong dan adiknya pun sangat sedih. “Ibu, ayah ini adalah keputusanku. Aku akan
bertanggung jawab terhadap keputusanku. Chai- jun, kau harus menuruti kata ayah dan ib,
mengerti?” ujar Chae-kyeong. “Ya. Aku kan sudah besar. Aku akan menjaga ayah dan ibu,” ujar Chae-
jun. “Semangat” seru Chae-kyeong.
Universitas Sumatera Utara
128
Kehidupan Shin yang sudah mulai tenang terancam setelah Putri Hye-jong mendapat foto-foto pria itu
saat bersama Hyo-rin di Thailand. Bisa dibayangkan bagaimana reaksi permaisuri, yang
Saat melihat foto-foto tersebut di surat kabar, hati Chae-kyeong langsung hancur apalagi reaksi Shin
tetap begitu dingin dan seolah tidak perduli. Saat berpapasan di sekolah, Chae-kyeong meminta
waktu untuk berbicara dengan Hyo-rin dan kaget mendengar penuturan gadis itu yang begitu blak-
blakan. Tidak menyangka Hyo-rin mengaku kalau dirinya pergi ke Thailand untuk menyusul Shin,
ditambah kondisi yang kurang sehat, Chae-kyeong jatuh pingsan. Shin datang menggendong Chae-
kyeong dan mengantarnya pulang ke istana. Dalam pingsannya gadis itu mengigau, “ibu...ibu...”
IV.4 Analisa Data