57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Tidak berlebihan jika mengatakan bahwa negara Korea Selatan kini telah berkembang menjadi salah satu produsen drama televisi terbaik di dunia. Dua dekade lalu,
drama Jepang, Oshin, menguasai pecinta televisi kita. Sepuluh tahun yang lalu drama Hongkong, Return of the Condor Heroes, dan empat tahun yang lalu giliran drama Taiwan,
Meteor Garden membius penikmat televisi Indonesia. Kini giliran nama-nama drama Korea Selatan seperti Winter Sonata, Full House, Princess Hours, Jewel in the Palace,
Memories of Bali, Stairway to Heaven, Hello Miss, atau Love Story in Harvard yang membuat histeris penonton layar kaca. Rahasia mengapa drama Korea begitu populer
adalah pada adanya kemiripan budaya antara negara Asia yang satu dengan yang lain. Ditambah tentu saja kualitas cerita dan akting para pemeran drama tersebut.
Perkembangan drama seri televisi di Korea Selatan yang sudah sangat maju dibandingkan dengan sinetron di Indonesia, salah satunya karena pemerintahnya sangat
membantu perkembangan perfilman di Korea Selatan. Mira Lesmana dalam sebuah wawancara di O-Channel mengatakan bahwa semua ini berkat beberapa kebijakan
pemerintah Korea Selatan yang memberikan insentif terhadap industri film dalam negeri. Di Korea, sinema menjadi salah satu komoditi ekspor yang paling banyak mendatangkan
keutungan. Sepanjang Sembilan bulan pertama 2005, Korea meraup US 67 juta sekitar Rp. 656 miliar dari ekspor sinema itu. Pasar Asia menyumbangkan 80,3 persen, Eropa
15,5 persen, dan Amerika Utara 3,3 persen. Pendapatan ekspor ini meningkat dari tahun 2004, sekitar US 58,28 juta sekitar Rp. 571 miliar. Pasar Asia menyumbangkan 77,80
persen, Eropa 14,1 persen, dan Amerika Utara 5 persen.
Universitas Sumatera Utara
58 Kedinamisan karakter bangsa Korea selalu ditampilkan dalam cerita, alur, dan
plot dalam narasi atau cerita drama televisi Korea. Melalui tampilan dinamika kehidupan masyarakat urban Korea dalam drama televisi, Korea menunjukkan kemajuan ekonomi dan
teknologi yang telah dicapainya melalui karakter perjuangan, kerja keras, dan pantang menyerah yang dimiliki masyarakatnya. Sebenarnya apa yang membuat serial Korea
begitu digemari? Ada alasan khusus mengapa serial Korea begitu digemari. Tidak seperti sinetron Indonesia, keunggulan serial Korea terletak pada alur cerita yang sangat kuat.
Mereka mampu menyajikan cerita dengan tema yang tidak selalu mengenai cinta tetapi juga mengenai persahabatan, kebudayaan dan keluarga. Mereka sangat detail dalam
memproduksi sebuah serial drama, mulai dari hal yang terkecil pun selalu mereka perhatikan. Artinya mereka tidak sembarangan dan tidak asal-asalan dalam
memproduksinya. Sebaliknya, kebanyakan PH Production House di Indonesa memproduksi sinetron yang kejar tayang, dengan sistem syuting stripping. Ironisnya lagi
kalau ternyata sinetron tersebut tidak mampu menembus rating yang diinginkan, jangan terkejut jika tiba-tiba saja sinetron tersebut berhenti penayangannya. Kecenderungan yang
biasa dilakukan oleh rumah produksi adalah membuat sinetron yang sedang trend. Di Indonesia, sudah banyak stasiun televisi yang menayangkan serial Asia
seperti Korea, Jepang, dan Taiwan. Tetapi, hanya stasiun televisi Indosiar saja yang konsisten menayangkan serial-serial Asia sampai dengan saat ini. Pada awal tahun 2005
Indosiar menayangkan serial Korea Full House. Drama ini termasuk salah satu ikon Korea yang membuat banyak orang yang dulunya tidak menyukai Korea, akhirnya menjadi suka
dan ”ketagihan” untuk terus menyaksikan drama Korea yang lain. Tahun 2006, Indosiar menayangkan sebuah serial Korea berjudul Princess Hours. Serial ini mendapat sambutan
yang sangat baik dari penonton Indonesia khususnya remaja. Kesuksesaan serial ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara asal tempat serial ini diproduksi. Kisah
Universitas Sumatera Utara
59 cinta “segiempat” antara seorang pangeran yang masih duduk di bangku sekolah, siswi
sederhana yang lugu dan ceroboh, penari balet, dan “pangeran terlantar” yang dibalut dengan latar sebuah negara kerajaan dikombinasikan dengan racikan makanan,
pemandangan yang indah cinematography khas Korea, serta intrik persengkokolan istana membuat serial ini meraup sukses. Kesuksesan Full House dan Princess Hours membuat
rumah-rumah produksi di Indonesia membuat sinetron yang menjiplak kedua serial ini. Pura-Pura Kawin yang dibintangi oleh Indra L. Brugman dan pernah ditayangkan SCTV
merupakan jiplakan dari serial Korea Full House. Benci Bilang Cinta yang juga pernah ditayangkan SCTV dibintangi oleh Marshanda dan Baim Wong merupakan jiplakan dari
serial korea Princess Hours. Berikutnya, Indosiar menayangkan Hello Miss di tahun 2007, juga mendapat
sambutan baik dari penonton khususnya di Indonesia. Dan ANTV juga sempat menayangkan drama-drama dari Negeri Ginseng, salah satunya Love story in Harvard.
Kemampuan Korea Selatan menciptakan suatu tayangan drama televisi yang bermutu, salah satu hal lainnya ialah terletak pada budget yang cukup besar untuk
membuat film seri televisi. Princess Hours misalnya, mereka mengeluarkan dana lebih dari 230 juta milyar Won.
Selain itu, jika ingin memproduksi suatu drama televisi, para kru
sineas Korea tidak pernah main-main dan asal-asalan. Mereka secara serius mampu menggarap setting lokasi yang sesuai dengan cerita. Jika ingin membuat cerita mengenai
kerajaan maka setiap detil tentang konsep cerita itupun tak luput dari perhatian mulai dari rumah atau lokasi hingga pakaian. Dalam serial Princess Hours – karena ini adalah cerita
tentang sebuah kerajaan modern Korea, maka rumah kerajaan didisain semenarik mungkin dengan memadukan unsur tradisional yang diberi sentuhan modern ala Barat. Majalah
Variety juga ikut menyoroti fenomena Princess Hours ini. Mereka juga memuji detil estetika lain seperti makanan hingga pakaian yang digunakan selama syuting. Para
Universitas Sumatera Utara
60 desainer dan tim kreatif Princess Hours benar-benar memperhatikan sudut estetika serial
tersebut, yang pada akhirnya mampu membuat pemirsa dari kalangan usia muda jadi penonton setia.
Hello Miss yang menceritakan tentang seorang wanita muda yang berusaha mempertahankan rumah warisannya yang sudah berusia 300 tahun dan penuh dengan
budaya Korea mengambil setting Desa Sang Ahn. Dan rumah warisan tersebut benar-benar dibuat setradisional mungkin seperti Korea tempo dulu. Pakaian hanbok sering dipamerkan
dalam serial Korea ini. Full House – karena adegannya lebih banyak berada di dalam rumah, maka rumah Full House didisain seindah mungkin yang berlokasi di Pantai
Incheon, Korea. Love Story in Harvard merupakan serial Korea yang melakukan syuting di luar negeri. Dari episode pertama hingga episode delapan adegan-adegan para tokohnya
diambil di Massachusets, Amerika Serikat. Selanjutnya syuting diambil di Korea yang sedang menghadapi musim dingin. Cuaca dingin Korea dan bersalju dijadikan sebagai
bagian dari unsur estetika itu sendiri.
IV.2 Sinopsis Singkat Serial Full House, Hello Miss, Love Story in Harvard, dan Princess Hours