104 mengangkat telepon dari Lee Soo-ha sekalipun. Lee
Soo-ha sedih dan minum-minum.
b. Karaoke dan menggendong di punggung belakang
Lee Soo-ha duduk sendirian di taman. Dia masih
sedih dengan masalah Hwa Ahn Dang. Banyaknya masalah yang telah terjadi, membuat tetua
meragukan kemampuan “aegishi” dalam menjaga warisan leluhurnya dan berencana untuk
memberikannya kepada Lee Su-yeon, saudara tiri Lee Soo-ha. “Apa kau masih memikirkan perkataan
tetua?” tanya Lee Su-yeon. “Mungkin perkataan tetua ada benarnya juga. Kau yang lebih pantas
mewarisi Hwa Ahn Dang,” kata Lee Soo-ha. “Aku tidak akan menerimanya. Jika mereka memberikan
Hwa Ahn Dang kapadaku. Aku akan menjualnya,” ujar Su Yeon. “Kau akan menjualnya?” tanya Lee
Soo-ha tak percaya. “Ya. Karena itulah kau yang lebih pantas memiliki Hwa Ahn Dang. Seorang Lee
Soo-ha harus tetap bertahan. Kau pasti bisa,” jawab Su-yeon.
Oh Jeong-suk, teman Lee Soo-ha menunggu di depan rumah mereka. Lee Soo-ha mengajaknya
minum teh di luar. Melihat temannya yang sedih, Jeong-suk mencoba menghiburnya dengan
Universitas Sumatera Utara
105 mengajak Lee Soo-ha berkaraoke. Lee Soo-ha pun
melepaskan kesedihannya dengan bernyayi bersama Jung-suk. Melihat Lee Soo-ha yang minum
banyak dan tidak bisa berjalan lagi, Jeong-suk menghubungi Su-yeon agar datang. Su-yeon
memapah Soo-ha dan menggendong adik tirinya itu hingga tiba di rumah. ”Ah...aku tidak tahu kenapa
dia jadi begini. Mulanya hanya menyanyi saja, tapi kemudian dia minum banyak sekali,” ujar Jung-suk
pada Su-yeon.
d. Kissing
Tak berhasil menemui Dong-gyu di perusahaan pangsit, Lee Soo-ha menunggu Dong-gyu di depan
rumahnya. Dong-gyu yang pulang setelah mabuk- mabukan menyatakan kalau dia suka pada Lee Soo-
ha. Lee Soo-ha juga memberikan respon positif. Huang Dong-gyu mencium gadis itu. Lee Soo-ha
memapah Dong-gyu yang lagi mabuk masuk ke rumah. Dong-gyu menahan Lee Soo-ha dan tidak
boleh pergi meninggalkannya. Mereka tertidur sampai pagi. Pulang dari rumah sakit, kakek dan bibi
Dong-gyu yang lajang mendapati rumah yang ditinggal kosong, namun pagarnya terbuka. Mereka
Universitas Sumatera Utara
106 pun memanggil petugas keamanan. Masuk rumah
merekasemua memergoki Dong-gyu yang tengah mencium Lee Soo-ha. Mereka disidang kakek dan
mengancam akan melapor pada tetua, seperti yang dulu pernah mereka lakukan saat Dong-gyu
kedapatan bersembunyi di kamar kerja Lee Soo-ha. Dong-gyu melindungi Lee Soo-ha dan berkata akan
segera menikahi nona besar itu.
B.3 Analisis Penyifatan mengenai budaya Korea dalam serial Love Story in Harvard.
Scene yang menggambarkan kebiasaan masyarakat Korea. a. Membungkukkan badan ketika bertemu orang
Hyun-woo dan Su-in berjanji bertemu di restoran tempat ayah Su-in bekerja. Hyun-woo
membungkukkan badannya. Ayah Su-in mengira Hyun-woo tidak punya uang untuk makan dan
kemudian memberikannya sepiring mi goreng dengan gratis. Hyun-woo senyum-senyum menerima
mi itu. “Aku tahu kau jauh-jauh ke sini untuk sekolah dan tak punya uang. Kesulitan tak ada
artinya saat kau masih muda,” kata ayahnya. “Bukan begitu…” Hyun-woo mencoba menjelaskan.
“Tak apa-apa. Ini bukan hal yang memalukan untuk
Universitas Sumatera Utara
107 mengalami kesulitan saat kau masih muda. Kau tahu
Amerika adalah tempat dimana kau tak akan mati kelaparan jika kau mau gerakkan tubuhmu dan
berusaha…” jelas ayah su-in. “Begini…” “Jadi jangan malu. Lakukan saja sebisamu. Harus kerja
keras. Jika lapar datang ke sini. Makanlah sebelum kau kedinginan...” ”Ayah” pangil Hyun-woo.
”Apa?” ayah Su-in terkehut mendengar Hyun-woo memanggilnya ayah. ”Mohon terima salamku...”
Hyun-woo bersujud di depan ayahnya. ”Aku Kim Hyun-woo, pacar Su-in.”
b. Mencuci pakaian hanya dengan menginjak-injak kain yang ada di ember.