Kondisi Fisik dan Non fisik Masyarakat Kampung Pejamuaran

Data kondisi pendidikan masyarakat kampung pejamuran yang diperoleh peneliti Tabel 4.2 RT RW Tingkat Pendidikan Akhir Masyarakat Kampung Pejamuran SDMI SMPMTS SMAMASMK D3 S 1 01 01 63 jiwa 43 jiwa 27 jiwa - 4 jiwa 02 01 73 jiwa 37 jiwa 45 jiwa - 1 jiwa 03 01 53 jiwa 41 jiwa 34 jiwa - - 04 01 60 jiwa 45 jiwa 50 jiwa - 2 jiwa 05 01 46 jiwa 29 jiwa 35 jiwa - 2 jiwa Keadaan pendidikan lulusan masyarakat kampung pejamuran yang jumlah penduduknya 690 jiwa lulusan tingkat SDMI 42,75 jiwa, lulusan tingkat SMPMTS 28,3 jiwa, lulusan tingkat SMAMASMK 27,7 jiwa dan lulusan tingkat Sarjana 1,3 jiwa dari jumlah penduduk 690 jiwa masyarakat kampung pejamuran. Ketersediaan unit pendidikan atau sekolah diwilayah kampung pejamuran terbilang sudah terdapat lembaga pendidikan seperti tersedianya satu lembaga sekolah dasar yaitu SDN PASILIAN 1 dan 2 , satu lembaga Madrasah Ibtidaiyah yaitu Madrasah Ibtidaiyah Darurrahmah Pondok Pesantren Darurrahmah dan satu lembaga Madrasah Aliyah yaitu Madrasah Aliyah Negeri Kronjo.

2. Perkembangan Persepsi Tentang Arti Pendidikan Formal 12 Tahun

Masyarakat Kampung Pejamuran. Kehidupan era globalilsasi adalah suatu kehidupan yang mengalami perubahan cepat terjadi semakin cepat, kompetitif dan beragam dengan kata lain dari waktu ke waktu akan menjadi semakin kompleks. Seperti perkembangan masyarakat kampung pejamuran yang semakin berjalan dari waktu ke waktu semakin menimbulkan beragam dalam mempersepsikan pendidikan didalam pola pikir masyarakat kampung pejamuran. Akan tetapi sikap dan perkembangan persepsi masyarakat pejamuran seperti keluarga Bapak Sukeni warga 02 yang keluarganya tidak melanjutkan sekolahnya hanya sampai di sekolah dasar dengan alasan banyak orang pintar tapi tidak benar. Jadi, tidak usah mempertinggi pendidikan karena semakin tinggi pendidikan maka semakin pintar dan membuat anak saya semakin tidak benar. Berbeda dengan keluarga Ibu Nafsiah warga 05 yang keluarganya semua bekerja dan tidak ada yang sampai jenjang pendidikan sekolah menengah atas. Ibu nafsiah tidak memberi pendidikan yang tinggi kepada anak-anaknya karena paradigma ibu nafsiah adalah anak yang berbakti kepada orang tua bukan menempuh jalur pendidikan setinggi-tingginya tetapi membantu orang tua mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain sekolah tidak perlu menempuh jalur pendidikan tinggi cukup mempunyai ijazah dan jika ada peluang bekerja maka anak yang berbakti kepada orang tua itu harus bekerja untuk mencari uang serta membantu orang tua. Sangat ironis dengan fakta ini, hal tersebut sama dengan apa yang keluarga ibu jalalah lakukan dengan memberhentikan anaknya ketika bersekolah ditingkat menengah atas diberhentikan dikarenakan ada panggilan kerja dipabrik sebagai buruh pabrik. Perkembangan persepsi tentang pendidikan juga dirasakan dengan pola pikir dari bapak Asim sebagai warga 04 yang keluarganya semuanya diberdayakan untuk mencari kerja dan keluarganya tidak ada yang melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah atas. Pola pikir Bapak Asim adalah mencari uang lebih penting dari pada belajar karena dengan uang kita bisa memenuhi kebutuhan hidup dari pada kita menyekolahkan anak dengan mengeluarkan banyak uang sedangkan kita dalam keadaan membutuhkan uang dalam menghidupi diri kita sebagai warga 04 yang keluarganya semuanya diberdayakan untuk mencari kerja dan keluarganya tidak ada yang melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah atas. Hal tersebut adalah pola pikir yang berkembang dalam masyarakat pejamuran. Pernyataan dan pola pikir tersebut jelas tidak benar karena pendidikan merupakan faktor dan hal yang terpenting yang harus dipenuhi oleh setiap manusia, karena pendidikan dapat membawa manusia ke jalan yang lebih baik dan membawa dalam proses perubahan. Tanpa pendidikan, manusia senantiasa tidak memiliki nilai, baik dalam masyarakat maupun dunia kerja. Oleh sebab itu, pendidikan harus diterapkan sedini mungkin untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan. Pendidikan itu untuk mewujudkan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan, selain salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melawati generasi. Perkembangan Persepsi masyarakat pejamuran terhadap pentingnya arti pendidikan, bahwasaya pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan dan pendidikan hanya untuk mendapatkan ijazah untuk memperbaiki ekonomi keluarga dengan bekerja sebagai buruh pabrik. Jadi, kalau benar pendapat tersebut, maka dalam pendidikan kita terdapat degradasi pola pikir terhadap pendidikan atau dengan kata lain berkembang persepsi negatif terhadap pendidikan . Dalam ilmu pendidikan, hal ini disebut pesimisme pedagogis. Keberagaman kebudayaan dan pola pikir setiap individu masyarakat merupakan fakta empiris yang tak terpungkiri. Bahwa pendidikan yang kita anggap penting itu bagi masyarakat hanyalah hal yang tabu dan tak begitu penting.

3. Persepsi Masyarakat Pejamuran tentang Pendidikan

Dari keseluruhan jumlah penduduk masyarakat kampung pejamuran yang berjumlah 690 orang peneliti mengambil Sampel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah 40 jiwa dari jumlah seluruh masyarakat kampung pejamuran yang terdiri dari 690 jiwa, karena

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

8 111 119

Persepsi Keluarga Pemulung Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Deskriptif Terhadap Keluarga Pemulung di Daerah Pinang Baris, Medan)

14 168 105

PENDIDIKAN ISLAM NON FORMAL (Studi Kasus Tentang Peran Takmir Masjid Nurul Huda Putat, Pendidikan Islam Non Formal (Studi Kasus tentang Peran Takmir Masjid Nurul Huda Putat, Keyongan, Nogosari, Boyolali 2014).

0 1 15

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DAN PENDIDIKAN NON FORMAL TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DAN PENDIDIKAN NON FORMAL TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENSUKSESKAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TRUKAN, PRACI

0 1 13

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KYAI POLITIKUS : STUDI KASUS PERSEPSI MASYARAKAT DESA TERUNGWETAN KRIAN SIDOARJO TERHADAP KYAI BERPOLITIK.

0 1 93

BAB II GAMBARAN UMUM - Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN - Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 2 24

Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 0 15

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN FORMAL IMPLIKASINYA DALAM SIKAP KEDEWASAAN ANAK DI DUSUN SEMOYO, DESA SUGIHMAS, KECAMATAN GRABAG, KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI

0 1 142

1 PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENDIDIKAN FORMAL DI DUSUN CROGOL, DESA BRUNOSARI, KECAMATAN BRUNO, KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 96