f Penduduk yang Heterogen
Pada masyarakat yang terdiri dari kelompok- kelompok sosial yang mempunyai latar belakang
kebudayaan ras ideologi yang berbeda dan seterusnya,
mudah terjadinya
pertentangan- pertentangan yang mengundang kegoncangan-
kegoncangan. Keadaan
demikian menjadi
pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat.
42
g Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-
bidang kehidupan tertentu Ketidakpuasan berlangsung terlalu lama dalam
sebuah masyarakat berkemungkinan besar akan mendatangkan revolusi.
43
h Orientasi ke masa depan
44
i Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar
untuk memperbaiki hidupnya.
45
2 Faktor-faktor yang menghalangi perubahan
masyarakat a
Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. Kehidupan
terasing menyebabkan
sebuah masyarakat tidak mengetahui perkembangan-
perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain mungkin akan memperkanya kebudayaan
sendiri.
46
b Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
Hal ini mungkin disebabkan hidup masyarakat tersebut terasing dan tertutup atau mungkin karena
lama dijajah oleh masyarakat lain.
47
c Sikap masyarakat yang sangat tradisional
Suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau serta anggapan bahwa tradisi secara
mutlak tak dapat diubah.
48
d Adanya
kepantingan-kepentingan yang
telah tertanam dengan kuat atau vasted interest
Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan, pasti akan ada sekelompok orang
yang menikmati
kedudukan perubahan-
perubahan.
49
42
Ibid.
43
Ibid.
44
Ibid.h.286.
45
Ibid.
46
Ibid.
47
Ibid.
48
Ibid.
49
Ibid.
e Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada
integrasi kebudayaan Memang harus diakui kalau tidak mungkin integrasi
semua unsur
suatu kebudayaan
bersifat sempurna.
50
f Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau
sikap yang tertutup Mereka sangat muncurigai sesuatu yang berasal dari
Barat karena tidak pernah bisa melupakan pengalaman-pengalaman
pahit selama
penjajahan.
51
g Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
Setiap usaha
perubahan pada
unsur-unsur kebudayaan rohaniah biasanya diartikan sebgai
usaha yang
berlawanan dengan
ideologi masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi
masyarakat tersebut.
52
h Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat di dalam memenuhi
segala kebutuhan pokoknya.
53
i Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan
tidak mungkin diperbaharui.
54
Dari keterangan diatas disimpulkan bahwa pola masyarakat yang tertutup akan mengakibatkan para warga masyarakat
terkukung pola-pola pemikiran oleh tradisi, lama perkembangan pendidikan diakibatkan masyarakat tertutup dari berbagai
perubahan-perubahan sehingga pengetahuan masyarakat sulit didapat, mengagung-agungkan tradisi lama akan menghambat
proses perubahan masyarakat menjadi lebih baru karena mempertahankan tradisi dan paradigma lama, terdapat sebagian
kelompok sukar sekali untuk melepaskan kedudukannya untuk peroses perubahan, maksudnya adalah mengkhawatirkan unsur-
unsur luar akan mempengaruhi pada masyarakat tertentu, unsur- unsur luar tidak bisa diterima karena bencinya suatu daerah
terhadap unsur luar akibat penjajahan, perubahan ketika behadapan
50
Ibid.
51
Ibid.
52
Ibid.
53
Ibid.
54
Ibid.h.288.
dengan paradigma masyarakat yang rohaniah maka akan sangat terhambat prosesnya karena rohaniah tidak gampang dimasuki
dengan ideologi baru dan kebiasaan yang sudah berakar dalam masyarakat maka perubahan akan terhambat.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Anni Setyawati. Fakultas Tarbiyah Institute Agama Islam Negri
Walisongo Semarang 2011. Judul skripsi: Hubungan Persepsi Masyarakat Tentang Pendidikan Agama islam Terhadap Minat
Menyekolahkan Anak diMadrasah Diniyah Desa Magelung Kecamatan Kaliwung Kabupaten Kendal
Penelitian ini menunjukan bahwa : 1 persepsi masyarakat Magelung memiliki tanggapan positif tentang pendidikan agama Islam
mengenai dasar dantujuan pendidikan agama Islam tersebut. Pendidikan agama ini diharapkan masyarakat dapat menumbuhkan
dan meningkatkan pengetahuan dan penghayatan anak-anaknya tentang pendidikan agama sehingga menjadi anak yang beriman dan
bertaqwa. 2 minat masyarakat Desa Magelung menyekolahkan anak di Madarsah Diniyah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: faktor
internal yang meliputi: motivasi, kebutuhan dan sikap terhadap obyek. Sedangkan faktor eksternalnya meliputi: lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat dan srana fasilitas seperti gedung sekolah dan letaknya, tempat tinggal dan letaknya dan sebagainya. Hal ini dapat
menunjang minat masyarakat menyekolahkan anaknya di Madarsah Diniyah. 3 terdapat hubungan positif antara persepsi masyarakat
tentang pendidikan agama Islam terhadap minat menyekolahkan anaknya di Madrasah Diniyah, ditunjukan oleh koefesien kolerasi
1
xy = 0,434, kemudian dikonsultasikan dengan harga
1 tabel
pada tarap signifikan 1 = 0,254 dan 5 = 0,195. Hal ini berarti
1 hitung
lebih besar daripada
1 tabel
menunjukan kolerasi antara x dan y signifikan. Hal ini menunjukan adanya hubungan persepsi masyarakat tentang
pendidikan agama Islam terhadap minat menyekolahkan anak di Madrasah Diniyah.
2. Mastari. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara 2012. Judul
Skripsi: Gambaran Persepsi Masyarakat Kota Medan Terhadap Pendidikan Inkluisi Studi Terhadap Beberapa Kecamatan Di Kota
Medan. Penelitian ini menggunakan sampel 133 orang yang mewakili
masyarakat Kota Medan. Teknik sampel yang digunakan adalah cluster random sampling, yaitu dari 21 Kecamatan di Kota Medan
diambil 5 Kecamatan secara random, dari setiap Kecamatan yang dipilih diambil lagi 1 keluarahan secara random. Alat ukur yang
digunakan berupa Skala Persepsi terhadap Pendidikan Inklusi yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan lima elemen pendidikan
inklusi yang dikemukakan oleh Sapon-Shevin dalam Direktori PLB, 2004. Uji daya beda aitem pada skala menggunakan koefisien
korelasi Pearson Product Moment dan uji reliabilitas alat ukur dilakukan dengan teknik koefisien Alpha Cronbrach dengan nilai
sebesar 0,978. Hasil penelitian menyebutkan bahwa masyarakat Kota Medan yang memiliki persepsi positif terhadap pendidikan inklusi
sebanyak 47,36 63 orang, masyarakat yang memiliki persepsi yang negatif sebanyak 45,86 61 orang dan subjek yang tidak
tergolongkan yaitu 6,76 9 orang. Diindikasi perbedaan penilitian yang terdahulu dengan
penelitian yang sekarang adalah jika dipenelitian pertama terhadap Penelitian
ini dimaksudkan
untuk menjawab
permasalahan. Bagimanakah persepsi masyarakat Desa Magelung tentang pendidikan
agama Islam, bagaimanakah minat masyarakat Desa Magelung menyekolahkan anak di Madarsah Diniyah Magelang dan adakah
hubungan antara persepsi masyarakat tentang pendidikan agama Islam terhadap minat menyekolahkan anak di Madarsah Diniyah.
permasalahan tersebut dibahas melalui penelitian lapangan yang dilaksanakan di Desa Magelung. Berbeda dengan penelitian yang ke
dua yang membahas Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran persepsi
masyarakat Kota Medan terhadap pendidikan inklusi. Dari penelitian yang terdahulu perbedaan dengan penelitian yang sekarang adalah
terhadap obyek penelitiannya yang dilakukan oleh peneliti sekarang penelitian dilakukan untuk membahas tentang perkembangan persepsi
masyarakat kampung pejamuran tentang pendidikan formal 12 tahun.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dari variabel “ persepsi” dengan “pentingnya pendidikan formal 12 tahun
”. Secara sederhana peneliti mempunyai kerangka berpikir bahwa “ di duga adanya dua macam persepsi yaitu positif dan negatif
pada masyarakat tentang pentingnya pendidikan”. Untuk memudahkan kerangka
berpikir di lukiskan dalam bentuk bagan untuk melukiskan keterkaitan logis antara variabel-variabel penelitian.
Persepsi masyarakat
Temuan penelitian Hasil
penelitian dan
kesimpulan
Temuan penelitian Pendidikan
Formal 12 tahun Faktor yang
mempengaruhi