Hipotesis. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran.

wilayah, menjadi sektor komoditi basis yang memperkuat struktur ekonomi wilayah dan pendapatan masyarakat dibanding SWP A dan SWP C. Dimana SWP C diduga lebih lamban. Gambar 3 Bagan Kerangka Pemikiran Analisis Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah Pembangunan di Kabupaten Alor.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kabupaten Alor Propinsi Nusa Tenggara Timur, dengan waktu pengumpulan data berlangsung kurang lebih 3 bulan terhitung bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2005. Sedangkan proses analisis data sampai finalisasi penulisan Tesis dilakukan terhitung bulan Nopember 2005 sampai dengan akhir Desember 2006.

3.4. Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang dihimpun dalam penelitian ini mencakup : a. Data Primer. Data primer yang dimaksudkan disini adalah data yang diperoleh di tingkat lapangan yang ada relavansi dengan tujuan penelitian ini, yakni untuk memperoleh sumber dan jenis data yang berada di Ibu kota kecamatan dan desakelurahan yang diarahkan sebagai pusat-pusat aktivitas ekonomi dalam RUTRW Kabupaten 46 kota hiarki yang tersebar pada 3 satuan wilayah pengembangan SWP, yakni SWP A 13 lokasi, SWP B 18 lokasi dan SWP C 15 lokasi. Data primer yang dibutuhkan terutama yang terkait dengan jaringan interaksi spasial antar kota-kota hirarki melalui jaringan informasi SSB yang berada di Kantor Kecamatan dan orientasi interaksi spasial bepergian penduduk dalam aktivitas memenuhi kebutuhan dan kegiatan usaha sekaligus mereview perkembangan wilayah pembangunan berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari BPS dan Dinas Instansi Daerah yang ada relevansinya dengan tujuan penelitian ini. b. Data Sekunder. Data sekunder yang dimaksudkan disini adalah data yang telah diperoleh dari BPS dan instansi-instansi terkait di Kabupaten Alor yang relevan dengan tujuan penelitian ini. 3.5 Metode Pengumpulan Data. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan sampel non-probabilitasnon acak, yakni dengan teknik “quota sampling”. Teknik “q uota sampling” ini digunakan dengan pertimbangan bahwa responden yang dapat dipilih adalah orang-orang yang terkait secara fungsional dapat menjawab atau dapat memberikan informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan dapat mewakili populasi yang ada. Namun jumlah responden yang terpilih sebanyak 20 persen dari populasi jumlah rumah tangga penduduk Tahun 2003 pada masing-masing lokasi sebagai kota hirarki pusat aktivitas pelayanan dalam RUTRW Kabupaten Alor Tahun 1991, dengan menggunakan Model Sloven dan Gay yang diacu Umar 2005. Model Sloven sebagai berikut : e N N n 2 1 + = Di mana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan 20 . Menurut Gay yang diacu Umar 2005, bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan untuk metode deskriptif, minimal 10 , namun untuk populasi yang relatif kecil minimum 20 dari populasi. Dengan demikian data yang dikumpulkan dalam penelitian ini telah semaksimal menggunakan data sekunder yang tersedia di Kantor BPS dan atau diberbagai Lembaga atau intansi yang terkait, dengan cara wawancara secara semi struktural dengan informan-informan kunci, yakni dengan pihak Pemerintah Daerah, Bappeda Kabupaten, Dispenda, Kantor SSB dan DinasInstansi terkait yang ada di Kabupaten serta beberapa Stakeholder selain lingkup pemerintah daerah, yakni LSM, Direktur perusahaan daerah, Perguruan Tinggi setempat, swasta, dan beberapa organisasi sosial politik dan masyarakat. Kemudian dilanjutkan dengan review dan pengumpulan data di tingkat lapangan dengan metode wawancara dengan sumber-sumber informan kunci di Tingkat Kecamatan dan beberapa desakelurahan sebagai lokasi pusat-pusat aktivitas sosial ekonomi yang diarahkan dalam RUTRW Kabupaten dengan berpedoman pada Daftar koesioner. Informan kunci ditingkat lapangan yang diwawancarai sebanyak 20-25 responden atau 20 persen dari populasi lihat Lampiran 11 untuk setiap lokasi yang meliputi unsur-unsur antara lain Camat, Kepala desaLurah, Petugasoperator SSB, Petugas UPTD Kecamatan dan desa, Pengelola Pasar, Ketua Kontak Tani, Penyuluh lapangan, para kader desa dan Institusi lain ditingkat kecamatan dan desa sebagai lokasi hirarkipusat aktivitas. 3.6. Metode Analisis 3.6.1. Analisis Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah 1 Analisis kesenjangan pendapatan berdasarkan Indeks Williamson. Salah satu alat analisis kuantitatif yang lazim digunakan untuk menganalisis kesenjangan pembangunan antar wilayah adalah dengan menggunakan Williamson index Williamson 1965. Indeks ini umumnya membandingkan kesenjangan pembangunan antar wilayah yang dicerminkan oleh nilai tambah