mencapai 88,17 persen, dan sedikit menurun tahun 2001 87,62, kemudian meningkat menjadi 90,35 persen pada tahun 2002 dan tahun 2003 94,94.
Tabel 15 Ratio Pertumbuhan PDRB Perkapita Kabupaten Alor terhadap PDRB Per kapita Provinsi NTT dan PDB Per kapita Indonesia
Tahun 2000-2003
Tahun Kabupaten Alor
Provinsi NTT
Indonesia PDRB
Per kapita Rp
PDRB Per kapita
Rp Ratio PDRB Alor
terhadap Per kapita NTT
PDB Per kapita
Rp Ratio PDRB Alor
terhadap Per kapita Indonesia
2000 1443624 1637322
88.17 1264918748
0.11 2001 1667071
1902590 87.62
1467654835 0.11
2002 1954572 2163295
90.35 1610564951
0.12 2003 2177729
2293762 94.94
1786690919 0.12
Sumber : BPS, 2003 PDRB Kabupaten Alor Tahun 2003 dan PDB Indonesia Tahun 2003.
Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi PDRB Kabupaten Alor terhadap rata-rata PDRB Perkapita NTT cukup signifikan, namun terhadap PDB Nasional amat
lemah.
C. Struktur ekonomi.
Struktur ekonomi wilayah, sebagaimana pada Tabel 3 masih didominasi pada sektor pertanian primer, walaupun prosentase proporsi sektor primer dari
tahun 1998-2003 menunjukkan pergeseran yang menurun. Pada Tahun 1998 prosentase proporsi Sektor pertanian terhadap PDRB sebesar 42,2 persen
menurun menjadi 34,58 persen, bila dibanding tahun 1988 sebagai tahun dasar penyusunan RUTRW Kabupaten Alor, proporsi Sektor pertanian terhadap
PDRB mencapai 56,9 persen. Pertambangan dan penggalian tahun 1998 sebesar 1,38 persen, tahun 2003 menurun menjadi 1,2 persen , sedangkan
tahun 1988 0,6 . Kemudian sektor industri sekunder perkembangannya masih tidak menentu
berfluktuatif, tahun 1988 sebesar 0,8 persen meningkat 2,17 persen pada tahun 1998, namun menurun drastis menjadi 1,91 persen pada tahun 2003. Namun
ada peningkatan sektor sekunder pada sektor bangunan dan konstruksi, pada tahun 1988 sebesar 0,4 persen, meningkat menjadi 5,47 persen pada tahun
1998 dan 5,76 persen tahun 2003. Sedangkan Sektor tersier perdagangan , komunikasi dan jasa mengalami peningkatan yang berfluktuatif kecuali sektor
sektor angkutan dan jasa-jasa, mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Sektor perdagangan, rumah makan dan hotel pada tahun 1988
memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 10,7 persen, tahun 1998 12,81 persen dan sedikit menurun menjadi 12,7 persen tahun 2003. Pengangkutan dan
komunikasi tahun 1988 sebesar 5,4 persen, tahun 1998 sebesar 5.72 persen dan tahun 2003 6.57 persen. Sektor jasa keuangan , persewahan dan jasa
perusahaan, tahun 1988 sebesar 3.3 persen, tahun 1998 sebesar 4.67 persen dan tahun 2003 sedikit menurun menjadi 4.12 persen. Sedangkan jasa
pemerintahan umum, listrik dan air minum serta jasa swasta pada tahun 1988 sebesar 16,8 persen, meningkat menjadi 25,58 persen tahun 1998 dan 35,15
persen pada tahun 2003. Secara Grafik prosentase perkembangan Struktur ekonomi Kabupaten Alor tahun 1998 – 2003 dapat dilihat pada Gambar 7.
0.6 0.8
5.1 0.4
10.7 5.4
3.3 16.8
56.9
24.97 4.67
5.72 12.81
5.47 0.61
2.17 42.2
1.38 39.34
1.39 2.15
0.61 5.69
14.47 5.86
4.6 25.89
27.57 4.52
6.09 13.45
5.98 0.59
2.1 38.34
1.35 37.08
1.3 2.04
0.57 5.74
13.01 6.1
4.41 29.76
31.85
4.22 6.68
12.7 0.55
1.97 5.59
35.21
1.24 5.76
4.12 34.58
1.2 1.91
0.55 12.7
6.57 32.6
-10 10
20 30
40 50
60
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1988 1998
1999 2000
2001 2002
2003
Sektor
Tah
Gambar 7 Prosentase Perkembangan Struktur ekonomi Kabupaten Alor Tahun 1988 dan Tahun 1998-203.
Secara parsial Tabel 3 dan Gambar 7 menunjukkan keterkaitan perkembangan struktur ekonomi wilayah yang lemah, pergeseran sektor
pertanian yang menurun tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan sektor industri yang signifikan. Hal ini bisa dilihat dari prosentase proporsi sektor
industri terhadap PDRB Kabupaten Alor yang semakin menurun. Perkembangan industri masih terbatas pada industri kecil dan rumah tangga. Sedangkan
keterkaitan antara sektor primer pertanian dengan sektor tersier menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan, walaupun pada beberapa komoditi
menunjukkan fluktuatif. Hal ini bisa dilihat dari data perdagangan komoditi antar pulau di Kabupaten Alor Tahun 2002 – 2004 pada Tabel 16.
Penerimaan jasa sumbangan Pihak ketiga SP3, sebagaimana pada Tabel 16 adalah jasa perizinan perdagangan komoditi antar pulau sebagai salah satu
Pos penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD. Namun dalam realitasnya
Tabel 16 Perkembangan perdagangan komoditi Antar pulaueksport dan Penerimaan sumbangan Pihak ketiga SP3 di Kabupaten Alor
periode 2002-2004
No Jenis
komoditi 2002
2003 2004
Jumlah komoditi
KgLiterP SP3
Rp Jumlah
komoditi KgLiterP
SP3 Rp
Jumlah komoditi
KgLiterP SP3
Rp
1
Kemiri
2074102 534572008 819285 157079975 2387397
4,559,931,341 2
Kopra
102455 6813805 36456 3624500
28701 1808100 3
Biji Mente
369501 66769600 263005 43088250
717959 113669440
4
Serlack
64120 10777000 30175 5270249
148909 29005800 5
Asam
816418 49875957 358787 18178850
446495 24323975 6
Cengkeh
2900 2925000 530
99000 11337 5818375
7
Pinang
59667 18834997 51063 4151175
91812 4560985 8
Kenari
5155 4161450 375 168750
1600 759500 9
Vanili
2761 17949425 15
10
Kunyit
35817 7772537 18150 1471050
38250 3059200 11
Madu
217 283075 160 156000
1240 620000 12
Ubur- ubur
25000 3250000 438.006 0 15.426
13
Anakan Mutiara
10000 1000000 14
Agar-agar R.laut
3200 351000 15
Batu hitam
3810780 342970200 3268640 309518250
3550980 355098000 16
Batu puyu
0 0 190350
10895625 88380
4419000
Total
7382093 1068306054 5037429.006 55370167
7513075.426 5103073716
Sumber : Dispenda 2005 Laporan Bulanan Penerimaan SP3 Komoditi Antar Pulau di Kabupaten Alor Tahun 2002-2004.
terdapat indikasi kebocoran wilayah penyulundupan yang tidak terkendali karena regulasinya yang masih lemah. Jumlah komoditi yang diantarpulaukan
selalu melampoui izin yang diberikan, rata-rata 23.50 persentahun dan atau menimbulkan kerugian daerah sebesar Rp 2 803 934 615 Dua Milyart
Delapan ratus tiga juta Sembilan ratus tiga puluh empat ribu enam ratus lima belas rupiah tahun. Selisih perhitungan ini diperoleh dari jasa perizinan
perdagangan komoditi yang di keluarkan oleh Dinas pendapatan Kabupaten Alor Tahun 2002-2004 sebagaimana pada Tabel 16, dibandingkan dengan data
perdagangan komoditi pada tahun yang sama, pada Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat TKBM Pelabuhan Kalabahi. Data TKBM dianggap cukup
konsisten, karena upah tenaga kerja pelabuhan dibayar berdasarkan berat barang yang diangkut setiap bongkar muat Kapal. Kondisi ini apabila tidak
segera dieleminir dengan suatu Peraturan Daerah yang mengatur tugas dan fungsi serta mekanisme pengelolaan SP3 komoditi antar pulau, maka kebocoran
wilayah akan lebih besar dan juga tidak menutup kemungkinan adanya indikasi “
rent seekers “ yang turut mengkerdilkan struktur ekonomi wilayah.
4.1. 3. Perkembangan infrastrukturfasilitas sosial dan ekonomi.
Perkembangan suatu wilayah, umumnya ditentukan oleh jumlah dan kualitas infrastruktur sosial ekonomi yang dibangun pada suatu wilayah pembangunan.
Secara parsial perkembangan fasilitas sosial ekonomi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
4.1.3.1. Fasilitas sosial.
Pembangunan fasilitas sosial, penting untuk dibangun dalam rangka memaksimalkan interaksi sosial, pelayanan publik dan memudahkan system
aliran informasi dan sumber daya antar pusat atau antar sub wilayah pengembangan yang diharapkan berimbang simetrik. Beberapa indikator
pembagunan fasilitas sosial yang dimaksukan antara lain fasilitas pendidikan, kesehatan, air bersih, olahraga dan seni budaya, keagamaan, penerangan dan
telekomunikasi serta fasilitas pelayanan publik dan swasta. Perkembangan masing-masing infrastrukturfasilitas sosial dimaksud antar satuan wilayah
pengembangan SWP dapat ditunjukkan pada Tabel 17. Secara parsial perkembangan infrastruktur sosial sebagaimana pada Tabel
17, menunjukkan adanya kesenjangan antar wilayah, kecuali fasilitas pelayanan publik setempat Kantor desaLurah sudah dimiliki oleh seluruh desakelurahan
di Kabupaten Alor. Setelah itu fasilitas pendidikan dasar SD sudah cukup tersebar 93,14 , dari jumlah desakelurahan di Kabupaten Alor, tetapi belum
diimbangi dengan penempatan guru yang merata. Pembangunan fasilitas Pendidikan Menengah Tingkat Pertama, untuk ketiga wilayah pengembangan,
cukup tersedia namun masih kekurangan guru, untuk beberapa mata pelajaran Sains dan Bahasa Inggris dan fasilitas Laboratorium. Demikian pula fasilitas
pendidikan SLTA, selain kekurangan guru dan fasilitas Laboratorium sebagaimana pada tingkat SLTP, masih ada kesenjangan pada SWP C yang
belum ada fasilitas pendidikan SLTA. Para lulusan SLTP pada SWP C harus melanjutkan pendidikan SLTA ke kota SWP B, dengan jarak tempuh 31-85 Km
untuk jalan darat dan 66 -130 Km dengan pelayaran laut. Dari aspek fasilitas kesehatan, untuk ketiga pengembangan wilayah,
khusunya penyediaan Puskesmas, Pustu dan Polindes hampir berimbang antar wilayah, namun belum diimbangi dengan ketersediaan Medis dan Paramedis,
serta fasilitas rawat dan obat-obatan yang tersedia secara kontinue.
Selain itu terdapat Pustu dan Polindes yang sudah dibangun tetapi mubazir, karena keterbatasan tenaga medis dan paramedis, serta penyebaran Bidan desa
yang belum merata, sementara ratio ketersediaan Bidan desa dan ketersediaan polindes 1,46. Seharusnya 144 Bidan desa yang ada, minimal seorang Bidan
desa sudah harus ditempatkan pada 98 Polindes yang tersebar pada 98 desa. Sedangkan 46 Bidan desa lainnya bisa melengkapi tenaga paramedis pada
Rumah sakit, Puskesmas dan Pustu. Tetapi pada kenyataanya 80 persen Polindes di Alor belum berfungsi sebagaimana mestinya.
Tabel 17 Perkembangan pembangunan infrastruktur sosial antar SWP di Kabupaten Alor Tahun 2003.
No Jenis Infrastruktur
fasilitas sosek Penyebaran jumlah jenis fasilitas pada desa antar SWP
SWP A SWP B
SWP C Kabupaten
unit Desa
Lurah unit
Desa Lurah
unit desa
Lurah Unit
Desa Lurah
A Pendidikan
1 Taman
Kanak TK 8 8
27 21
6 4 41 33
2 Sekolah
Dasar SD 56 41
110 84 46 38 212
163 3
SMTP 7 5
20 17
5 5 32 27
4 SMTA
3 3 8 6 0 0 11 9
5 Perguruan
Tinggi 0 0 2 1
0 0 2 1
B Kesehatan
1 Rumah
sakit 0 0 1 1
0 0 1 1 2
Puskesmas 4 4 7 7
6 6 17 17
3 Pustu 9
9 19
19 13 13
41 41
4 Balai
pengobatan 0 0 2 2
1 1 3 3 5
Polindes 22 22 43 43
33 33 98 98 6
Air bersi
Leding 17 14
7738 47 787 13
8542 74
C Keagamaan
1 MesjidMushola 31
21 61
48 0 92
69 2
Gereja 70 34
249 80 165 38 484
152 3
Puri 0 0 1 1
0 0 1 1
D Olahraga dan
seni budaya
1 stadiun
olah raga
0 0 2 2 0 0 0 0
2 Sanggar seni budaya
3 2
1 1
4 3
3 Musem
0 0 1 1 0 0 0 0
E Penerangan dan
Telekomunikasi
1 PLN 115
13 7517 50 282
2 7914
65 2
Listrik Non
PLN 20 8
802 39
54 5 876
52 3
Listrik Tenaga Surya 395
7 403
9 454
6 1252
22 4
Pemancar Telekom 2
2 1
1 1
1 4
4 5
Pemancar Televisi 1
1 1
1 6 Telephon
umum Sellular
0 0 623
19 0 0
623 19
7 Telp. Satelit T.Surya
1 1
2 2
4 4
7 7
8 Saluran
SSB 5 5 6 3
9 9 20 17
F Pelayanan publik
dan swasta Perkantoran
1 Pemerintahpusat
CabangKabupaten 21 4 75
10 22 3
118 17
2 Pemerintah
setempat 46 46 91 91
38 38 175 175
3 Kerjasama Luar
Negari 0 0 2 1
0 0 2 1 4
Kantor Swasta
0 0 59
14 2 2 61
16
Sumber : BPS, 2003 Alor Dalam Angka, 2003, Potensi dan Profil Desa 2003
.