Teori Resource Endowment Teori Export Base

1 Model Entropi Interaksi Spasial Tanpa Kendala Unconstrained Entropy Model, yakni pemaksimuman fungsi logaritma entropi pada persamaan 5 dengan hanya memperhatikan fungsi kendala c pada persamaan 4. 2 Model Entropi Interaksi Spasial dengan Kendala Produksi Production- Constrained Entropy Model, yakni pemaksimuman fungsi logaritma entropi pada persamaan 5 dengan hanya memperhatikan fungsi kendala a pada persamaan 2 dan fungsi kendala c pada persamaan 4. 3 Model Entropi Interaksi Spasial dengan Kendala Tarikan Attraction- Constrained Entropy Model, yakni pemaksimuman fungsi logaritma entropi pada persamaan 5 dengan hanya memperhatikan fungsi kendala b pada persamaan 3 dan fungsi kendala c pada persamaan 4. 4 Model Entropi Interaksi Spasial dengan Kendala Ganda Doubly Constrained Entropy Model. yakni pemaksimuman fungsi logaritma entropi pada persamaan 5 dengan memperhatikan fungsi kendala a pada persamaan 2, fungsi kendala b pada persamaan 3 dan fungsi kendala c pada persamaan 4. Berpijak pada model-model interaksi spasial tersebut di atas, Edward Ullman 1995 yang diacu Rustiadi et al. 2004, menyatakan bahwa terdapat tiga hal yang mendasari adanya interaksi , yaitu 1 Hubungan komplemeter antara dua tempat hubungan supply-demand yang saling melengkapi antara dua tempat; 2 adanya penghalang kesempatan intervieving opporttunities, yang menyebabkan adanya interaksi antara dua tempat yang komplementer sehingga diperlukan sumber alternatif supply dari tempat lain; dan 3 Adanya biaya pergerakan transferability cost yang berlebihan dapat mengurangi interaksi meskipun hubungan antara dua tempat bersifat komplementer dan tidak ada penghalang, hal ini menyiratkan lebih dari sekedar jarak. Transferability merujuk kepada biaya transportase yang karakteristik setiap produknya berbeda.

g. Teori Resource Endowment

Teori resource endowment dari suatu wilayah menyatakan bahwa pengembangan ekonomi wilayah bergantung pada sumberdaya alam yang dimiliki dan permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan dari sumberdaya itu Perloff and Wingo 1961. Dalam jangka pendek, sumberdaya yang dimiliki suatu wilayah merupakan suatu aset untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan. Nilai dari suatu sumberdaya merupakan nilai turunan dan permintaan terhadapnya merupakan permintaan turunan. Suatu sumberdaya menjadi berharga jika dapat dimanfaatkan dalam bentuk-bentuk produksi. Tingkat dan distribusi pendapatan, pola perdagangan, dan struktur produksi merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat permintaan permintaan menengah dan permintaan akhir terhadap sumberdaya wilayah. Variabel- variabel itu dapat mengubah keuntungan relatif wilayah dalam memberikan masukan yang dibutuhkan perekonomian regional dan nasional. Teori resource endowment secara implisit mengasumsikan bahwa dalam perkembangannya, sumberdaya yang dimiliki suatu wilayah akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang berbeda bila terjadi perubahan permintaan Tamenggung 1997. Selain itu Ghalib 2005 juga menyatakan bahwa Perubahan wilayah kepada kondisi yang lebih makmur tergantung kepada usaha-usaha di wilayah tersebut, dalam menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa, serta usaha-usaha pembangunan yang diperlukan.

h.Teori Export Base

Teori export base atau teori economic base, pertama k a l i dikembangkan oleh North 1955. Menurut North, pertumbuhan wilayah jangka panjang bergantung pada kegiatan industri ekspornya. Kekuatan utama dalam pertumbuhan wilayah adalah permintaan eksternal akan barang dan jasa, yang dihasilkan dan diekspor oleh wilayah itu. Permintaan eksternal ini mempengaruhi penggunaan modal, tenaga kerja, dan teknologi untuk menghasilkan komoditas ekspor. Dengan kata lai n, permintaan komoditas ekspor akan membentuk keterkaitan ekonomi, baik ke belakang kegiatan produksi maupun ke depan sektor pelayanan. Suatu wilayah memiliki sektor ekspor karena sektor itu menghasilkan keuntungan dalam memproduksi barang dan jasa, mempunyai sumberdaya yang unik untuk memproduksi barang dan jasa, mempunyai lokasi pemasaran yang unik, dan mempunyai beberapa tipe keuntungan transportasi. Dalam perkembangannya, perekonomian wilayah cenderung membentuk kegiatan pendukung yang dapat menguatkan posisi yang menguntungkan dalam sektor ekspor di wilayah itu. Penekanan teori ini ialah pentingnya keterbukaan wilayah yang dapat meningkatkan aliran modal dan teknologi yang dibutuhkan untuk kelanjutan pembangunan wilayah. Teori export base mengandung daya tarik i n t u i t i f dan kesederhanaan, seperti halnya dianggap sebagai dasar teori, berdasarkan konsep beberapa sektor ekonomi lokal mengantarkan kekuatan ekonomi eksternal ke dalam wilayah untuk menstimulasikan perubahan secara cepat. Perubahan pendapatan wilayah bergantung pada perubahan permintaan ekspor. Ekspor meningkat jika permintaan bergeser ke kanan atau terjadi peningkatan posisi menguntungkan dalam wilayah, sedangkan ekspor menurun pada saat permintaan bergeser ke kiri atau kehilangan posisi menguntungkan. Sasaran pertama teori export base sebagai teori umum pembangunan ekonomi wilayah adalah sebagai teori economic base yang lebih tepat diperuntukkan bagi wilayah-wilayah yang kecil dengan ekonomi sederhana dan untuk penelitian jangka pendek tentang pengembangan ekonomi wilayah. Dalam kasus yang lebih besar, semakin kompleks perekonomian dan semakin panjang analisis pertumbuhan wilayahnya, variabel-variabel lain dapat berperan penting seperti ekspor. Sasaran kedua, teori economic base gagal menjelaskan bagaimana pengembangan wilayah dapat terjadi walaupun terjadi penurunan ekspor, sedangkan di lain pihak sektor nonekspor lainnya dapat tumbuh untuk mengimbangi penurunan itu Tibout, 1956; Richardson, 1973 yang diacu Tamenggung 1997. Menurut Bendavid 1991, bahwa fondasi analisis ekonomi dasar adalah teori ekonomi dasar. Jantung atau Inti dari teori ekonomi dasar merupakan masalah pertumbuhan ekonomi wilayah yang pada akhirnya tergantung pada permintaan keluar tehadap produknya, Dan berbicara tentang economi dasar berarti berbicara tentang ”industri export yang menjadi ekonomi dasar atau sektor basis wilayah”. Apakah suatu daerah tumbuh atau merosot dan apa nilainya ditentukan oleh bagaimana memainkan wilayahnya sebagai suatu eksportir kepada dunia lainnya, dalam wujud barang-barang dan jasa-jasa, termasuk tenaga kerja, yang mengalir keluar daerah ke para pembeli, atau dalam wujud pembelian di dalam daerah oleh para pembeli yang biasanya berada atau bertempat tinggal di tempat lain. Jika permintaan terhadap ekspor wilayah meningkat, maka ada ekspansi sektor basis, yang pada gilirannya, menghasilkan suatu aktivitas pendukung bagi ekspansi sektor non basis. Merujuk pada pendapat Bendavid diatas, Ghalib 2005 menyatakan bahwa ditinjau dari segi akademis aktivitas ekonomi wilayah dapat dibedakan atas dua jenis sektor aktivitas, yakni sektor aktivitas basis basic sector dan sektor aktivitas bukan basis non-basic sector. Aktivitas basis merupakan kegiatan yang mengeksport barang-barang dan pelayanan ke luar wilayah ekonominya atau memasarkan barang-barang dan pelayanan untuk keperluan penduduk yang tinggal di wilayah ekonomi sendiri. Sedangkan aktivitas bukan basis tidak mengeksport barang atau pelayanan ke luar wilayah. Ghalib 2005 menegaskan pula bahwa meningkatnya jumlah aktivitas ekonomi basis disuatu wilayah akan membentuk arus pendapatan ke wilayah tersebut. Dengan meningkatnya arus pendapatan tersebut akan meningkat pula permintaan akan barang-barang dan jasa-jasa di wilayah tersebut yang dihasilkan oleh sektor bukan basis. Sebaliknya menurunya aktivitas sektor basis di suatu wilayah akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir ke wilayah tersebut, dan akan mengurangi permintaan akan sektor bukan basis. Oleh karena itu aktivitas sektor basis sewajarnya berperan sebagai penggerak utama bagi setiap perubahan dan berpengaruh ganda multiplier terhadap wilayah tersebut. Sektor basis akan memperluas kesempatan kerja, baik di sektor basis sendiri maupun sektor bukan basis sebagai pengaruh aktivitasnya. Seberapa besar perluasan kesempatan kerja yang diciptakan dapat dihitung sebagai angka pengganda pemanfaatan tenaga kerja seperti formula berikut : Total tenaga kerja Pengganda basis = ------------------------------------- 1 Tenaga kerja sektor basis Total tenaga kerja = Tenaga kerja sektor basis x Pengganda basis Apabila memiliki data sektor basis dan prospeknya dimasa yang akan datang, serta angka pengganda pemanfaatan tenaga kerja perekonomian di wilayah tersebut dapat diperkirakan jumlah tenaga kerja yang akan diserap di masa yang akan datang maka perlu dilakukan modifikasi formula 1 sebagai berikut : Perubahan pada total tenaga kerja Pengganda basis = -------------------------------------------------------- 2 Perubahan pada tenaga kerja sektor basis Menurut Glasson 1990, yang diacu Ghalib 2005 bahwa teori basis tersebut memiliki kelemahan terutama adanya kesulitan dalam menilai sektor basis dan bukan basis di lapangan, misalnya kasus sebuah produk industri tambang yang dijual terlebih dahulu kepada perusahaan dalam wilayah, kemudian sebagian menyalurkannya ke pabrik-pabrik didalam wilayah dan sebagian lain mengekspor ke luar wilayah. Hasil perhitungan angka pengganda industri pertambangan jelas menjadi bukan sektor basis, yang basis adalah sektor perdagangan. Kelemahan ini kemudian dapat di atasi dengan analisis Location Quotient LQ. i. Teori keunggulan komparatif dan kompetitif. Teori keunggulan komparatif dan kompetitif tidak dapat terlepas dari teori resouces endowment dan exsport base atau economic base yang telah diuraikan di atas, karena teori keunggulan komparatif dan kompettif, menyatakan konsentrasi sektor atau komoditi pada suatu wilayah memiliki keunggulan komparatif, dimana nilai strategis dari sektor atau komoditi tersebut menjadi pendorong utama prime mover pertumbuhan wilayah, dalam arti bahwa sektor tersebut memberikan keuntungan ganda dalam menciptakan barang dan jasa sebagai sektor basis yang memiliki daya saing dengan pergeseran pertumbuhan yang cepat memiliki keunggulan kompetitif. Sehubungan dengan itu menurut Samuelson 1955 yang diacu Setiawan 2006, bahwa setiap wilayah perlu mengetahui sektor atau komoditi apa yang memiliki potensi besar comparative advantage dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki keunggulan kompetitif Competitif advantage untuk dikembangkan, artinya dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah value added yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu relatif singkat dan sumbangan untuk perekonomian wilayah menjadi cukup besar. Produk tersebut bisa menjamin pasar untuk dieksport keluar daerah atau keluar negeri dan selanjutnya bisa mendorong sektor lain untuk turut berkembang sehingga perekonomian wilayah secara keseluruhan dapat bertumbuh karena ada saling keterkaitan antar sektor yang memberikan multiplier effect. Menurut Rustiadi at al. 2004 bahwa untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan basis atau bukan basis dan atau sektorkomoditi mana yang terkonsentrasi atau tersebar dapat digunakan metode Location Quotient LQ. Hal tersebut sejalan dengan Bendavid 1991 bahwa Location Quotient LQ adalah suatu indeks untuk mengukur tingkat spesialisasi relatif suatu sektor atau sub sektor ekonomi suatu wilayah tertentu. Pengertian relatif disini diartikan sebagai tingkat perbandingan suatu wilayah dengan wilayah yang lebih luas wilayah referensinya, dimana wilayah yang diamati merupakan bagian dari wilayah yang lebih luas. Lebih lanjut dikatakan bahwa LQ dapat dinyatakan dalam beragam ukuran, namun yang sering digunakan adalah ukuran kesempatan kerja employment sektor atau sub sektor dan ukuran nilai tambah produk value added. Selain itu menurut Blakely 1994, yang diacu Saefulhakim 2003, manyatakan bahwa LQ merupakan suatu teknis analisis yang digunakan untuk melengkapi analisis lain yaitu Shift Share Analisis SSA. Namun secara umum, metode analisis ini digunakan untuk mengetahui keunggulan komparatif suatu wilayah yakni mengetahui kapasitas eksport suatu wilayah serta tingkat kecukupan barangjasa dari produk lokal suatu wilayah. Secara opersional, LQ didefinisikan sebagai ratio presentase dari total aktivitas dari sub wilayah ke-i terhadap prosentase aktivitas terhadap wilayah yang diamati. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah bahwa 1 kondisi geografis relatif seragam, 2 pola-pola aktivitas bersifat seragam dan 3 setiap aktivitas menghasilkan produk yang sama. Selanjutnya untuk mengukur aktivitas ekonomi suatu wilayah apakah mengalami pergeseran struktur aktivitas yang cepat atau lamban dan atau memiliki kemampuan berkompetisi yang memberikan gambaran kinerja aktivitas ekonomi suatu wilayah, dapat digunakan Shift share analysis Rustiadi et al. 2004. Shift share analysis SSA merupakan salah satu dari sekian banyak teknik analisis untuk memahami pergerseran struktur aktivitas di suatu lokasi tertentu, dibandingkan dengan suatu referensi dengan cakupan wilayah lebih luas dalam dua titik waktu. Pemahaman struktur aktivitas dari hasil analisis Shift share juga menjelaskan kemampuan berkompetisi competitiveness aktifitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktivitas dalam cakupan wilayah lebih luas. Hasil analisis shift share menjelaskan kinerja performance suatu aktivitas di suatu sub wilayah dan membandingkannya dengan kinerjanya di dalam wilayah total. Analisis Shift share mampu memberikan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu aktivitas di suatu wilayah. Sebab-sebab yang dimaksud dibagi menjadi tiga bagian yaitu sebab yang berasal dari dinamika lokal sub wilayah, sebab dari dinamika aktivitassektor total wilayah dan sebab dari dinamika wilayah secara umum. Dari hasil analisis shift share akan diperoleh gambaran kinerja aktivitas suatu wilayah. Gambaran kinerja tersebut akan dapat dijelaskan dari tiga komponen hasil analisis, yaitu a Komponen laju pertumbuhan total komponen share. Komponen ini menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total wilayah; b Komponen pergeseran proporsional komponen proportional shift. Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktivitas tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang menunjukkan dinamika sektoraktivitas total dalam wilayah; dan c Komponen pergeseran diferensial Komponen differential shift. Ukuran ini menjelaskan bagaimana tingkat kompitisi competitiveness suatu aktivitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektoraktivitas tersebut dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika keunggulan dan ketidak unggulan suatu sektoraktivitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktivitas tersebut di sub wilayah lain.

j. Teori Multiplier effect Dampak pengganda.