Hipotesis. Lokasi dan Waktu Penelitian Sumber dan Jenis Data

pusat aktivitas sosial ekonomi wilayah didukung dengan fasilitas ekonomi dan pelayanan yang berimbang dan memadai antar wilayah maka diperlukan analisis indeks skalogram untuk mengestimasi perkembangan hirarki wilayah. Suatu wilayah akan memiliki keterkaitan kuat apabila wilayah tersebut memiliki sumberdaya domestik yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam arti memiliki komoditi unggulan yang didukung dengan kelembagaan pemasaran yang efisien, maka dibutuhkan analisis Location Quontient LQ untuk mengestimasi sektor basis atau komoditi unggulan pada setiap wilayah pembangunan, dan bagaimana perkembangan pergeseran dan daya saingnya diperlukan analisis Shift share. Berpijak pada pemahaman tersebut di atas, maka dalam kerangka otonomi yang sedang bergulir ini, urgensi keterpaduan antar sektor dan antar wilayah dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya domestik wilayah yang mendasari pada Rencana Tata Ruang wilayah sebagai pedoman perwujudan keterpaduan antar sektor dan antar wilayah dalam menciptakan pembangunan wilayah yang berimbang sudah semestinya menjadi juru kunci efektifnya pelaksanaan otonomi daerah. Atas dasar pemahaman tersebut dibangun kerangka pemikiran dasar seperti yang dilukiskan pada Gambar 3.

3.2 Hipotesis.

Berdasarkan Latarbelakang permasalahan dan kerangka-kerangka teori serta kerangka pemikiran dasar yang dipaparkan di atas, dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Diduga kesenjangan pembangunan antar satuan wilayah pengembangan SWP, yang diduga dari aspek kesenjangan: penerimaan pendapatan, ketersediaan infrastruktur wilayah sarana dan prasarana wilayah, penyebaran alokasi APBD Pembangunan dan intensitas interaksi spasial arus barang, orang dan informasi antar hirarkipusat aktivitas SWP menunjukkan SWP C lebih senjang dan atau keterkaitan dan interaksi yang lebih lemah bila dibandingkan SWP A dan SWP B. Dimana SWP B diduga lebih berkembang dan atau keterkaitan dan interaksi lebih kuat sehingga berdampak pada pendapatan per kapita dan kesejahteraan masyarakat lebih baik atau lebih tinggi dibanding SWP A dan C. 2. Diduga satuan wilayah pengembangan SWP B lebih banyak atau lebih cepat mengelola dan memanfaatkan aneka potensi komoditas unggulan wilayah, menjadi sektor komoditi basis yang memperkuat struktur ekonomi wilayah dan pendapatan masyarakat dibanding SWP A dan SWP C. Dimana SWP C diduga lebih lamban. Gambar 3 Bagan Kerangka Pemikiran Analisis Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah Pembangunan di Kabupaten Alor.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kabupaten Alor Propinsi Nusa Tenggara Timur, dengan waktu pengumpulan data berlangsung kurang lebih 3 bulan terhitung bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2005. Sedangkan proses analisis data sampai finalisasi penulisan Tesis dilakukan terhitung bulan Nopember 2005 sampai dengan akhir Desember 2006.

3.4. Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang dihimpun dalam penelitian ini mencakup : a. Data Primer. Data primer yang dimaksudkan disini adalah data yang diperoleh di tingkat lapangan yang ada relavansi dengan tujuan penelitian ini, yakni untuk memperoleh sumber dan jenis data yang berada di Ibu kota kecamatan dan desakelurahan yang diarahkan sebagai pusat-pusat aktivitas ekonomi dalam RUTRW Kabupaten 46 kota hiarki yang tersebar pada 3 satuan wilayah pengembangan SWP, yakni SWP A 13 lokasi, SWP B 18 lokasi dan SWP C 15 lokasi. Data primer yang dibutuhkan terutama yang terkait dengan jaringan interaksi spasial antar kota-kota hirarki melalui jaringan informasi SSB yang berada di Kantor Kecamatan dan orientasi interaksi spasial bepergian penduduk dalam aktivitas memenuhi kebutuhan dan kegiatan usaha sekaligus mereview perkembangan wilayah pembangunan berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari BPS dan Dinas Instansi Daerah yang ada relevansinya dengan tujuan penelitian ini. b. Data Sekunder. Data sekunder yang dimaksudkan disini adalah data yang telah diperoleh dari BPS dan instansi-instansi terkait di Kabupaten Alor yang relevan dengan tujuan penelitian ini. 3.5 Metode Pengumpulan Data. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan sampel non-probabilitasnon acak, yakni dengan teknik “quota sampling”. Teknik “q uota sampling” ini digunakan dengan pertimbangan bahwa responden yang dapat dipilih adalah orang-orang yang terkait secara fungsional dapat menjawab atau dapat memberikan informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan dapat mewakili populasi yang ada. Namun jumlah responden yang terpilih sebanyak 20 persen dari populasi jumlah rumah tangga penduduk Tahun 2003 pada masing-masing lokasi sebagai kota hirarki pusat aktivitas pelayanan dalam RUTRW Kabupaten Alor Tahun 1991, dengan menggunakan Model Sloven dan Gay yang diacu Umar 2005. Model Sloven sebagai berikut : e N N n 2 1 + = Di mana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan 20 . Menurut Gay yang diacu Umar 2005, bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan untuk metode deskriptif, minimal 10 , namun untuk populasi yang relatif kecil minimum 20 dari populasi. Dengan demikian data yang dikumpulkan dalam penelitian ini telah semaksimal menggunakan data sekunder yang tersedia di Kantor BPS dan atau diberbagai Lembaga atau intansi yang terkait, dengan cara wawancara secara semi struktural dengan informan-informan kunci, yakni dengan pihak Pemerintah Daerah, Bappeda Kabupaten, Dispenda, Kantor SSB dan DinasInstansi terkait yang ada di Kabupaten serta beberapa Stakeholder selain lingkup pemerintah daerah, yakni LSM, Direktur perusahaan daerah, Perguruan Tinggi setempat, swasta, dan beberapa organisasi sosial politik dan masyarakat. Kemudian dilanjutkan dengan review dan pengumpulan data di tingkat lapangan dengan metode wawancara dengan sumber-sumber informan kunci di Tingkat Kecamatan dan beberapa desakelurahan sebagai lokasi pusat-pusat aktivitas sosial ekonomi yang diarahkan dalam RUTRW Kabupaten dengan berpedoman pada Daftar koesioner. Informan kunci ditingkat lapangan yang diwawancarai sebanyak 20-25 responden atau 20 persen dari populasi lihat Lampiran 11 untuk setiap lokasi yang meliputi unsur-unsur antara lain Camat, Kepala desaLurah, Petugasoperator SSB, Petugas UPTD Kecamatan dan desa, Pengelola Pasar, Ketua Kontak Tani, Penyuluh lapangan, para kader desa dan Institusi lain ditingkat kecamatan dan desa sebagai lokasi hirarkipusat aktivitas. 3.6. Metode Analisis 3.6.1. Analisis Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah 1 Analisis kesenjangan pendapatan berdasarkan Indeks Williamson. Salah satu alat analisis kuantitatif yang lazim digunakan untuk menganalisis kesenjangan pembangunan antar wilayah adalah dengan menggunakan Williamson index Williamson 1965. Indeks ini umumnya membandingkan kesenjangan pembangunan antar wilayah yang dicerminkan oleh nilai tambah aktivitas ekonomi dari suatu wilayah seperti pendapatan perkapita, proporsi penyerapan tenaga kerja sektor suatu wilayah dalam Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Namun demikian data PDRB kecamatan jarang dipublikasi, maka salah satu parameter yang akan dipakai dalam analisis kesenjangan pembangunan antar wilayah kecamatan dalam penelitian ini adalah data Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan PBB karena dengan asumsi bahwa PBB merupakan salah satu representasi penerimaan pendapatan seluruh penduduk dari berbagai lapangan usaha di suatu wilayah Pembangunan. Indeks Williamson dihitung dengan menggunakan formula: 1 , _ __ 2 = ∑ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − Vw n fi Vw y y yi Dimana: Vw = indeks Williamson yi = penerimaan PBB wilayah Pengembangan i y __ = total penerimaan PBB Kabupaten fi = jumlah wajib PBB Pengembangan i n = jumlah wajib PBB Kabupaten Semakin tinggi Indeks Williamson, maka proses kesenjangan antar daerah semakin besar. Namun kelemahan dari indeks williamson adalah bahwa pertumbuhan suatu wilayah tidak ada keterkaitan satu wilayah dengan wilayah lain. 2 Analisis kesenjangan perkembangan infrastruktur berdasarkan Indeks Skalogram. Indeks Skalogram merupakan salah satu alat analisis untuk mengukur tingkat kesenjangan perkembangan suatu wilayah pengembangan sebagai hirarki pusat-pusat aktivitas sosial ekonomi . Metoda ini digunakan untuk menghitung jumlah sarana dan jumlah jenis sarana dan prasarana pelayanan yang ada pada suatu pusat aktivitas sosial ekonomi. Sarana dan prasarana yang akan di hitung dalam penelitian ini mencakup fasilitas perekonomian, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas penerangan, fasilitas informasi dan fasilitas ibadah keagamaan, yang tersebar pada 9 Kecamatan. Dimana jumlah sarana dan jumlah jenis sarana tersebut selalu berkorelasi dengan jumlah penduduk. Pendekatan dengan metode analisis skalogram didasarkan pada suatu asumsi bahwa semakin banyaktinggi tingkat penyediaan fasilitas pada suatu lokasi, maka wilayah itu semakin berkembang sebaliknya semakin sedikit jumlah sarana dan jenis sarana prasarana pelayanan maka wilayah tersebut dikategori terbelakang. Secara statistik metoda analisis skalogram dapat diformulasikan berdasarkan formula yang dibangun Rustiadi et al. 2003 sebagai berikut: ∑ = n j ik i fk n J IP . k k ik ik SD J J J min − = Dimana : I ik = indeks perkembangan ke-k di wilayah i I’ ik = nilai indeks perkembangan ke-k yang terkoreksi terstandarisasi wilayah ke-i I k min = nilai indeks perkembangan ke-k terkecil minimum SD k = standar deviasi perkembangan ke –k IP i = indeks perkembangan wilayah ke –i Untuk keperluan analisis tersebut di atas, terlebih dahulu semua nama pusat wilayah, jumlah penduduk, jumlah jenis dan sarana pelayanan dicatat terlebih dahulu dalam format matriks seperti pada Tabel 7. Tabel 7 Matriks Analisis skalogram No WP i JP i Fj JJF JF RJF PIi Ri J 1 ... J k ... J m 1 W1 J 11 ... J 1k ... J 1m F 1 F 1 m 2 W2 J 12 J 2k J 2m F 2 F 2 m . . . . . . . . . . . . i Wi J i1 ... J ik ... J im F i F i m . . . . . . . . . . . . . . n Wn J n1 ... J n2 ... J nm F n F n m Jumlah WP memiliki fasilitas f 1 ... f k ... fm Ratio WP memiliki fasilitas fin ... nf m ... f m m Bobot fasilitas Fk nf 1 ... nf k ... nf m SDk Keterangan: WPi= Wilayah Pengembangan, JPi = Jumlah penduduk, Fj = Fasilitas, JJF= Jumlah jenis fasilitas, JF= Jumlah fasilitas, RJF= Rasio jenis fasilitas, Ipi= Indeks perkembangan, R= Ranking, SDk=Standar deviasi . 3 Analisis kesenjangan penyebaran proporsi APBD Pembangunan berdasarkan Indeks Entropy IE Perkembangan suatu wilayah dapat ditunjukkan dari semakin meningkatnya komponen wilayah yang antara lain ditunjukkan dengan semakin luasnya hubungan yang dapat dijalin antara sub wilayah - sub wilayah dalam sistem tersebut maupun sistem sekitarnya. Perluasan jumlah komponen aktivitas tersebut diduga dengan indeks entropi penyebaran. Pemanfaatan konsep entropy ini dapat digunakan untuk banyak hal. Dalam penelitian ini Konsep entropy penyebaran ini digunakan untuk menganalisis Penyebaran alokasi APBD Pembangunan antar Satuan Wilayah Pembangunan SWP, dimana alokasi APBD pembangunan dalam suatu SWP merupakan akumulasi alokasi APBD pada Sub-Sub wilayah Kecamatan sebagai Unit Daerah Kerja Pembangunan UDKP. Bagaimana perkembangan SWP yang ditunjukkan dengan jumlah komponen aktivitas alokasi APBD Pembangunan antar sub-sub wilayah, digunakan analisis Entropy penyebaran dengan formula yang dibangun Saefulhakim , 2003 sebagai berikut : P P i n i i IE ln 1 ∑ = − = Dimana : IE : Indeks Entropi Pi : Xi Σxi Xi : Alokasi APBD SWP ke-i Rp Untuk menjustifikasi tingkat perkembangan, maka ada ketentuan bahwa jika Indeks entropy IE semakin tinggi maka tingkat perkembangan semakin tinggi atau semakin merata 4 Analisis kesenjangan interaksi spasial arus informasi pelayanan pemerintah berdasarkan model entropi interaksi spasial tanpa kendala unconstrained entropy model . Untuk menganalisis kesenjangan interaksi spasial arus informasi pelayanan pemerintah antar wilayah pembangunan berdasarkan hirarki aktivitas sosial ekonomi dari kota Ordo utama ke kota ordo II, III, IV dan sebaliknya dapat diduga dengan model entropi interaksi spasial tanpa kendala Unconstrained Entropy Model yang dikembangkan oleh Wilson 1967, 1970 yang diacu Saefulhakim 2003 . Secara matematis diformulasikan sebagai berikut : ε β ij ij ij d F k Exp + + = . atau ε β ij ij ij d F k + + = . ln Dimana: F ij = Banyaknya intensitas interaksi spasial antara tempat asal ke-i dengan tempat tujuan ke- j d ij = kendala yang berkaitan dengan tempat asal ke-i dengan tempat tujuan ke –j k = Parameter konstanta yang besarnya diduga dengan model dari data β = Parameter hambatan mobilitas spasial, yang besarnya diduga dengan model dari data ε ij = Parameter Galat yaitu besarnya kesalahan pendugaan model terhadap banyaknya interaksi spasial dari tempat asal ke -i dengan tempat tujuan ke-j. Model analisis interaksi spasial ini dimaksudkan untuk menganalisis hubungan timbal balik antara pusat-pusat kegiatan sosial ekonomi dalam suatu wilayah pembangunan yang difokuskan pada aliran informasi aktivitas pelayanan pemerintah melalui alat komunikasi pemerintah daerah yang tersedia antar hirarki wilayah pembangunan. Model analisis interaksi spasial ini digunakan untuk melihat kuat lemahnya intensitas interaksi spasial antar hirarki wilayah dalam kaitannya dengan aktivitas pelayanan pemerintah. Selain analisis entropi interaksi spasial tanpa kendala uncostrained entropy model, untuk menganalisis arus informasi pelayanan pemerintah, juga digunakan analisis “ Deskriptif “ untuk melihat pola interaksi spasial arus distribusi barang komoditi dan orang antar hirarkipusat aktivitas sosial ekonomi antar SWP. 3.6.2.Analisis Sektor BasisKomoditi Unggulan Antar Wilayah Pembangunan Sektor basiskomoditi unggulan adalah sektorkomoditi yang memiliki keunggulan dalam memenuhi permintaan eksternal akan barang dan jasa, yang dihasilkan dan diekspor dari wilayah tersebut, dan memiliki kekuatan utama dalam memenuhi pertumbuhan wilayah. Dengan kata lain sebagai sektorkomoditas eksport yang membentuk keterkaitan ekonomi, baik ke belakang kegiatan produksi maupun ke depan sektor pelayanan. Metode analisis yang umum dipakai dalam pembangunan ekonomi wilayah, terutama untuk mengetahui sektor basis atau komoditi unggulan suatu wilayah adalah: 1 Metode Location Quotient LQ Secara matematik, perhitungan LQ dilakukan dengan menggunakan formulasi sebagai berikut: P P p p LQ j i ij ij = Dimana: LQ ij = Nilai LQ untuk aktifitas ke-j di wilayah Pengembangan ke-i p ij = produksiaktifitas sektorkomoditi ke-j pada wilayah pengembangan ke-i p i . = produksi aktifitas sektorkomoditi total pada wilayah pengembangan ke-i P = Produksi aktifitas sektorkomoditi total wilayah Kabupaten P j = Produksiaktifitas sektorkomoditi ke-j pada total wilayah Kabupaten i = Wilayah pengembangan yang diteliti j = Aktifitas ekonomi yang dilakukan Interpretasi hasil analisis LQ adalah sebagai berikut: a. Apabila nilai LQ ij 1, menunjukan bahwa sektorkomoditi tersebut merupakan sektor basiskomoditi unggulandalan, mempunyai pangsa relatif yang lebih besar dibanding sektor lainya b. Apabila nilai LQ ij = 1, menunjukan bahwa sektorkomoditi tersebut setara dengan sektor daerah atau mempunyai pangsa aktifitas setara dengan pangsa total. c. Apabila nilai LQ ij 1, menunjukan bahwa sektor tersebut tergolong sektorkomoditi non basis, yang mempunyai pangsa relatif yang lebih kecil dan hanya memenuhi konsumsi lokal. 2 Shift Share Analysis SSA Merupakan salah satu teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktivitas di suatu wilayah tertentu dibandingkan dengan cakupan wilayah yang lebih luas pada dua titik waktu. Secara matematik dapat diformulasikan sebagai berikut : ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − + ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − + = X X X X X X X X X X to i t i to ij t ij c to t to i t i b to t SSA a 1 1 .. 1 .. 1 .. 1 .. 1 Dimana: SSA = komponen shift share a = komponen share b = komponen proportional shift c = komponen diferential shift X = nilai total produksi komoditasaktivitas dalam total wilayah kabupaten Xi = nilai total jenis komoditasaktivitas tertentu dalam total wilayah kabupaten Xij = nilai jenis komoditasaktivitas tertentu dalam wilayah Pengembangan WP t 1 = titik tahun terakhir 2003 t = titik tahun awal 1998 Intepretasi hasil analisis SSA sebagai berikut: a. Apabila nilai SSA 0, menunjukan bahwa sektorkomoditi tersebut memiliki keunggulan kompetitif dan pergeseran yang cepat. b. Apabila nilai SSA = 0, menunjukan bahwa sektorkomoditi tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi sektorkomoditi basis c. Apabila nilai SSA 0, menunjukan bahwa sektor komoditi tersebut tidak memiliki keunggulan kompetitif dan pergeseran pertumbuhannya lamban. Secara singkat rangkuman kegiatan pengumpulan jenis dan sumber data dan pendekatan metode analisis serta output yang akan di hasilkan diperlihatkan pada Tabel 8 berikut : Tabel 8 Matriks rangkuman kerangka penelitian analisis kesenjangan pembangunan antar wilayah pembangunan di Kabupaten Alor Tujuan Metode analisis Jenis dan sumber data Output yang diharapkan

1. Menganalisis kesenjangan

pembangunan antar wilayah pembangunan : 1 Kesenjangan pendapatan ♦ Indeks Williamson ♦ Data Penerimaan PBB Kecamatan Tahun 1999-2004 Rp ♦ Mengetahui kesenjangan pendapatan antar SWP ♦ Sumber : Dispenda Kab. Alor 2 Kesenjangan ♦ Indeks ♦ Data fasilitas ekonomi ♦ Mengetahui perkembangan Skalogram pasar, Bank, tookkios, kesenjangan infrastruktur perusahaan,Koperasi perkembangan Sosial-ekonomi obyek wisata, dan hirarki pusat pertamina aktivitas Social ♦ Data fasilitas ekonomi antar SWP Perhubungan darat, laut dan udara ♦ Data fasilitas pendidikan SD,SLTP,SLTA dan PT ♦ Data fasilitas Kesehatan Rumah sakit,Puskesmas, Pustu,Polindes dan Balai Pengobatan ♦ Data fasilitas informasi dan Telekomunikasi ♦ Data fasilitas Penerangan ♦ Data fasilitas penyediaan air bersih ♦ Data fasilitas Peribadatan ♦ Data fasilitas Publik dan swasta. ♦ Sumber : BPS Kab.Alor Dengan unit data: desakelurahan. Sambungan Tabel 8. 3 Kesenjangan penyebaran alokasi APBD ♦ Indeks Entropy IE ♦ Data alokasi RAPBD Kab.Alor TA: 19971998 - 2003 per Kecamatan ♦ Mengetahui kesen- jangan proporsi aloksi APBD pembangunan dalam unit Rp pembangunan wilayah ♦Sumber : Bappeda Kab.Alor 4 Kesenjangan ♦ Entropy inte- ♦ Data arus informasi ♦ Mengetahui kesen- interaksi spasial raksi spasial pelayanan pemerintah jangan interaksi antar hirarki tanpa kendala melalui saluran SSB pelayanan peme- pusat aktivitas unconstrained informasi pasar, bencana rintah antar hirarki wilayah Entropy model alam, kegiatan program pusat aktivitas pembangunan Proyek, kunjungan kerja wilayah pemba- Tahun 2003 per kecamatan ngunan ♦ Deskriptif ♦ Data aliran orang ♦ Mengetahui pola antar SWP Tahun 2004 interaksi spasial ♦Data aliran orang, barang antar hirarkipusat dan angkutan antar -inter aktivitas wilayah regional Tahun 2002 - pembangunan dan 2003 antar regional ♦ Data IPM,IKM,Tahun 1999♦ Mengetahui derajat dan 2002 per Kabupaten kesejahteraan ♦ Data kemiskinan,Tahun masyarakat 2000-2004 per kecamatan ♦ Penyebaran penduduk, Per desa Tahun 2003 ♦ Data perkembangan kesehatan dan pendidikan Per kecamatan 2003 ♦ Data pendapatan Perkapita Kabupaten Tahun 2000-2003 ♦ Data RUTRW 1991 ♦ Sumber : Kantor SSB Kab.Alor, BPS Pusat dan Alor, Syahbandar Alor, Koperasi TKBM dan data Primer orientasi interaksi Spasial antar SWP 2.Menganalisis ♦ Location ♦ Data produksi dan harga ♦ Mengetahui jumlah seberapa besar Quotient komoditas unggulan dan jenis komoditas sektorkomoditi LQ Strategis Tahun 2003 unggulan strategis unggulanstrate- antar SWP yang gis antar wilayah memiliki keunggul- pembangunan an komparatif dan pendapatan sentra masyarakat ang memperkuat ♦ Shift Share ♦ Data produksi dan harga ♦ Mengetahui perge- struktur ekonomi Analysis konstan komoditas ung- seran pertumbuhan dan pendapatan SSA gulanstrategis dengan dan kemampuan masyarakat tahun awal 1998 dan ta- kompetitif komodi- hun akhir 2003 tas unggulanstra- ♦ Sumber : BPS Kab.Alor, gis antar SWP Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab.Alor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Umum Kabupaten Alor.