Perumusan Masalah PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang

3 Kesenjangan proporsi alokasi APBD Pembangunan antar Satuan Wilayah Pengembangan 4 Kesenjangan interaksi spasial antar Satuan Wilayah Pengembangan. 2. Seberapa besar sektor basiskomoditi unggulan antar Satuan Wilayah Pengembanga yang memperkuat struktur ekonomi wilayah dan pendapatan masyarakat.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis seberapa besar kesenjangan Pembangunan antar wilayah pembangunan, yang berdampak pada pendapatan per kapita dan kesejahteraan masyarakat; yang ditinjau dari aspek : 1 Kesenjangan pendapatan antar Satuan Wilayah Pengembangan SWP 2 Kesenjangan perkembangan infrastruktur sarana dan prasarana antar Satuan Wilayah Pengembangan. 3 Kesenjangan proporsi alokasi APBD Pembangunan antar Satuan Wilayah Pengembangan. 4 Kesenjangan interaksi spasial antar Satuan Wilayah Pengembangan. 2. Menganalisis seberapa besar sektor basiskomoditi unggulan antar Satuan wilayah Pengembangan yang memperkuat struktur ekonomi wilayah dan pendapatan masyarakat

1.5. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Alor dalam rangka perumusan kebijaksanaan perencanaan pembangunan wilayah kedepan, terutama dalam merumuskan kebijaksanaan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan wilayah yang berorientasi pada skala prioritas serta keterpaduan dan keterkaitan antar sektor dan antar wilayah pembangunan yang konsisten dan simetris.

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran.

Kesenjangan pembangunan antar sektor dan antar wilayah memang merupakan fenomena semua negara di dunia, apakah negara maju maupun negara berkembang. Sehingga merupakan suatu kewajaran apabila dalam suatu negara terdapat daerah terbelakang dibanding daerah lainnya karena ada faktor- faktor yang menyebabkan hal tersebut, antara lain faktor struktur sosial ekonomi dan distribusi spasial dari sumberdaya bawaan yang mencakup faktor geografi, sejarah, polotik, kebijakan pemerintah, administrasi, sosial budaya, dan ekonomi Budiharsono 1996; Murty 2000; Rustiadi et al. 2003. Namun demikian pada negara-negara maju kondisi itu bisa dieliminir sekicil mungkin, dengan kebijakan pemerintah yang optimal dalam proses pembangunan, bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang tingkat kesenjangannya sangat tajam. Proses pembangunan yang dilakukan pada negara-negara berkembang selama ini belum banyak mereduksi ketajaman kesenjangan pembangunan antar sektor dan antar wilayah karena faktor kekakuan sosial ekonomi sosio-economic regidities dan imobilitas faktor factor immobilities. Di Indonesia, kebijakan pemerintah dalam proses pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini ternyata disisi lain telah menimbulkan masalah pembangunan yang cukup melebar dan kompleks. Proses pembangunan yang dilakukan dengan pendekatan sektoral secara tersentralisasi dari pemerintah pusat dalam berbagai kebijakan investasi serta pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya bagi pencapaian sasaran utama pertumbuhan makro ekonomi yang tinggi, tetapi tanpa diimbangi dengan distribusi secara proporsional, telah memicu kesenjangan pertumbuhan yang amat melebar antar wilayahdaerah di Indonesia. Daerah-daerah di pulau Jawa relatif mengalami perkembangan ekonomi yang lebih baik bila dibandingkan dengan daerah-daerah di luar pulau Jawa. Kawasan Barat Indonesia KBI relatif lebih maju di bandingkan dengan Kawasan Timur Indonesia KTI. Daerah kota berkembang lebih cepat dibanding daerah perdesaan. Trickle down effect yang diharapkan dari sasaran perencanaan pembangunan masa lalu ternyata pergerakannya sangat lamban. Di lain sisi sumberdaya di beberapa daerah semakin terkuras tidak terkendali mengalir ke pusat, sehingga terjadi apa yang di sebut sebagai backwash effect, sementara daerah-daerah yang sumberdayanya dianggap terbatas dan terisolasi