BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Minyak Sawit
4
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak
sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu:
a. Tahan oksidasi dengan tekanan tinggi. b. Mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya.
c. Mempunyai daya melapis yang tinggi. d. Tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah
menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan
memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin. Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri
kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit
buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin, ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak.
4
Ketaren, S., 1986, “Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan”, Jakarta: Universitas Indonesia
Universitas Sumatera Utara
Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 Free Fatty Acid
Asam Lemak Bebas. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 ‐ 22,2 tertinggi dan kadar asam
lemak bebas 1,7 ‐ 2,1 terendah. Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan
komponen penyusunnya yang utama adalah trigliserida dan nontrigliserida.
3.2. Proses Penyabunan
3.2.1. Minyak
Lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagi kehidupan makhluk hidup. Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok
yang termasuk golongan lipida. Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah daya larutnya dalam pelarut organik misalnya ether,
benzene, chloroform atau sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air.
Kelompok lipida dapat dibedakan berdasarkan polaritasnya atau berdasarkan struktur kimia tertentu.
a. Kelompok Trigliserida lemak,minyak,asam lemak dan lain-lain b. Kelomok turunan asam lemak lilin,aldehid asam lemak dan lain-lain .
c. Fosfolipida dan serebrosida termasuk glikolipida d. Sterol-sterol dan steroida.
e. Karotenoida
f. Kelompok lipida lain
Universitas Sumatera Utara
Trigliserida
5
merupakan kelompok lipida yang paling banyak dalam jaringan hewan dan tumbuhan. Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi
jumlahnya tergantung dari tingkat kegemukan seseorang dan dapat mencapai beberapa kilogram. Fosfolipida, glikolipida, sterol dan steroida terdapat dalam
jaringan hewan dan tumbuhan dalam jumlah yang lebih sedikit dari pada trigliserida
. Dalam tubuh manusia, kelompok ini hanya merupakan beberapa persen saja dari bahan lipida seluruhnya. Karotenoida dalam tubuh manusia lebih
sedikit lagi jumlahnya, biasanya dalam seluruh tubuh manusia hanya terdapat kurang dari 1 gram. Dalam jaringan tanaman, karotenoida terdapat dalam jumlah
lebih banyak. Secara Dentitif, lipida diartikan sebagai semua bahan organik yang dapat larut dalam pelarut organik yang mempunyai kecenderungan nonpolar.
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil
kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Adapun reaksinya dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1. Reaksi Kimia Asam Lemak dengan Gliserol
5
Ir. A. Halim Sulaiman, MSc., 1995, Biokimia Untuk Pertanian. Fak.Pertanian USU. Medan
Universitas Sumatera Utara
Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida
yang dalam suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan lemak.
Reaksi dan sifat kimia pada minyak atau lemak: 1.
Esterifikasi Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida,
menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada prinsip
trans-esterifikasi Fiedel-Craft.
2. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol, proses ini dibantu adanya asam, alkali, uap air,
panas, dan eznim lipolitik seperti lipase. Reaksi hidrolisis mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak yaitu “hydrolytic rancidity” yaitu terjadi flavor
dan rasa tengik pada lemak atau minyak. Hal ini terjadi karena terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut. Adapun reaksi hidrolisa pada
trigliserid a dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2. Reaksi Hidrolisa pada Trigliserida
Universitas Sumatera Utara
3. Penyabunan Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada
trigliserida
. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung
gliserol dipisahkan dan kemudian gliserol dipulihkan dengan penyulingan.
4.
Enzimatis
Enzim yang dapat menguraikan lemak atau minyak dan akan menyebabkan
minyak tersebut menjadi tengik, ketengikan itu disebut “Enzimatic rancidity”
Lipase yang bekerja memecah lemak menjadigliserol dan asam lemak serta
menyebabkan minyak berwarna gelap. Enzim peroksida membantu proses oksidasi
minyak sehingga menghasilkan keton. 5.
Oksidasi Oksidasi
dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan
bau tengik kepada minyak atau lemak “Oxidative rancidity”. 6.
Hidrogenasi Proses Hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai dari
karbon asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses Hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan penyaringan.
Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.
3.2.2. Pengenalan Sabun
Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic
Universitas Sumatera Utara
yang panjang. Larutan alkali yang biasa yang digunakan pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida
NaOH dan alkali yang biasa digunakan pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida KOH. Sabun merupakan merupakan suatu bentuk
senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi
hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah misalnya NaOH sehingga
menghasilkan gliserol dan garam alkali Na sabun. Hasil lain dari reaksi saponifikasi
ialah gliserol. Selain C
12
dan C
16
, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat
.Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya.
Kandungan zat zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis sabun. Zat zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli dan
menggunakannya. Sabun merupakan komoditi hasil olahan minyak kelapa sawit yang popular yang berfungsi sebagai zat yang mampu membersihkan dan
mengangkat benda asing. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya.
3.2.3. Proses Saponifikasi
Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang
berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat sejenis sabun. Sabun
Universitas Sumatera Utara
merupakan garam natrium yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Reaksi saponifikasi tripalmitin trigliserida dapat dilihat pada gambar 3.3.
Gambar 3.3 Reaksi Saponifikasi Trigliserida
Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty Acid
FFA, namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya gliserin Glycerol, karena saat proses pembuatan Fatty Acid, glycerol sudah dipisahkan tersendiri.
Adapun reaksi saponifikasi asam lemak dapat dilihat pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 Reaksi Saponifikasi Asam Lemak
Selain dari minyak atau lemak dan NaOH pada pembuatan sabun dipergunakan bahan-bahan tambahan sebagai berikut:
a. Cairan pengisi seperti tepung tapioka, gapleh dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
b. Zat pewarna c. Parfum, agar baunya wangi.
d. Zat pemutih, misal natrium sulfat Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun,
dan air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Untuk mempermudah penjelasan, mari kita tinjau minyak goreng sebagai contoh.
Minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak
jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam
palmitat, asam laurat , dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak
goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena.
3.2.4. Penentuan Kualitas Sabun Cuci Batangan
1. Penentuan Kadar Air - Ditimbang 5 g sabun dan dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah
diketahui berat tetapnya. - Dipanaskan dalam oven pada suhu 105
o
C selama 2 jam sampai berat tetap. Perhitungan :
100 2
1 x
W W
W air
Kadar −
=
Keterangan : W1
= berat contoh + cawan porselin sebelum dikeringkan, gram W2
= berat contoh + cawan porselin setelah dikeringkan, gram W
= berat contoh, gram
Universitas Sumatera Utara
2. Penentuan Alkali Bebas dihitung sebagai NaOH - Ditimbang 5 g sabun dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
- Ditambahkan 150 ml alkohol netral. - Campuran dipanaskan hingga larut.
- Ditambahkan 3 tetes indiator phenolptalein. - Dititrasi dengan asam sulfat 0,1 N sampai warna merah hilang.
Perhitungan :
sampel W
BM x
SO H
N x
SO H
V NaOH
4 2
4 2
=
Keterangan : V H
2
SO
4
= volume asam sulfat yang dipakai N H
2
SO
4
= normalitas asam sulfat BM
= berat molekul NaOH W
= berat sampel 3. Penentuan Asam Lemak Bebas
- Ditimbang 5 g sabun dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. - Ditambahkan 150 ml alkohol netral.
- Campuran dipanaskan hingga larut. - Ditambahkan 3 tetes indikator phenolptalein.
- Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna merah hilang. Perhitungan :
sampel W
x NaOH
N x
NaOH V
FFA 20
=
Keterangan :
Universitas Sumatera Utara
V NaOH = volume NaOH yang dipakai
N NaOH = normalitas NaOH
20 = faktor setara asam lemak 200100
W = berat sampel
3.3. Sabun Krim dan Sabun Cair
6
Perkembangan deterjen sebagai sarana kebersihan tidak lepas dari kebutuhan setiap orang mulai dari sabun mandi, sabun cuci, pembersih kaca,
pembersih keramik, pencuci mobil dan motor, pencuci piring, dan lain-lain. Berbagai merek deterjen dalam kemasan ataupun curah memberikan kemudahan
bagi konsumen untuk memilih jenis deterjen yang dibutuhkan dari bahan baku alami maupun kimiawi, keunggulan dan harga menjadi pilihan bagi konsumen
untuk menentukan sebuah produk, walaupun demikian hampir semua orang menginginkan bahan sabun alami dan ramah lingkungan.
Proses pembuatan sabun yang lebih cepat dan menghasilkan produk lebih banyak dari cara tradisional mula dikembangkan sejak beberapa puluh tahun yang
lalu sehingga dari proses pembuatan sabun ini mengalami berbagai permasalahan dari serangkaian percobaan membuat sabun dalam bentuk padat, bubuk, krim, dan
cair. Sabun padat merupakan sabun yang dibuat menggunakan bahan-bahan pengental seperti CMC agar bentuk bisa dipertahankan, tidak rusak, awet, praktis,
mudah dibawa, dan mudah penggunaannya. Produk seperti ini banyak ditemukan
6
http:cara-buat-sabun.blogspot.com
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk sabun mandi dan sabun pencuci pakaian.
7
Dalam proses pembuatan sabun padat memiliki proses yang lebih rumit dan panjang karena tuntutan jenis produk yang hasilkan dalam bentuk-bentuk
sesuai kebutuhan seperti bulat, oval, kotak dan lain-lain sehingga membutuhkan alat pencetak sabun, hal ini berbeda dengan sabun krim dan cair yang tidak
membutuhkan alat pencetak sabun serta proses yang lebih pendek waktunya, agar tidak mudah berjamur dan awet dalam jangka waktu lama dibutuhkan bahan
tambahan pengawet berupa natrium benzoate. Sabun krim dan cair
dikabarkan merupakan produk gagal dari proses pembuatan sabun padat akan tetapi karena masih memiliki fungsi pembersih, kegagalan produk ini menjadikan
sebuah inovasi baru dalam produk pencuci, bahkan setelah itu mulai dikembangkan berbagai jenis bahan pencuci dalam bentuk yang lain dan fungsi
yang lebih beragam mulai dari sabun mandi cair, shampo yang merupakan pengembangan dari produk sabun dikhususkan untuk pembersih rambut, sabun
pencuci piring dan peralatan dapur, sabun pencuci pakaian, pembersih lantai dan keramik, shampo untuk merawat kendaraan seperti mobil dan motor yang
diproses dengan formula khusus sesuai jenis bahan yang dibersihkan, komposisi bahan sabun berperan mutlak dalam proses pembuatan sabun agar dihasilkan
sebuah produk pembersih yang aman, murah, mudah digunakan, dan praktis.
3.3.1. Sabun Cream
Sabun krim adalah sabun detergen mempunyai bentuk lembekpasta
7
https:sites.google.comsiteduraherbalperalatansabun-semi-panas 280712 pukul. 00.09WIB
Universitas Sumatera Utara
basah dan tidak kering, menyebabkan mudah untuk digunakan, mudah ditakar serta mudah untuk digunakan membersihkan bagian bagian yang sulit
pada pakaian maupun bahan yang lain. Kelebihan-kelebihan praktis detergen ini memberikan peluang untuk dikembangkan dalam kegiatan bisnis yang
cukup menarik. Pengembangan dapat dimulai dari usaha kecil skala rumah tangga, skala menengah maupun skala industri. Selain itu juga dapat dibuat
utk memenuhi kebutuhan sendiri sehari-hari. Sabun colek merupakan salah satu jenis sabun keras. Sabun keras
sendiri merupakan sabun yang mengandung ion natrium, karena dalam proses pembuatannya digunakan Natrium hidroksida NaOH disebut juga soda api atau
kaustik soda . Natrium hidroksida NaOH merupakan basa yang lebih keras dari
pada kalium hidroksida KOH. Daya pemutihnya sangat iritatif bersifat melukai terhadap kulit. Oleh karena itu, sabun jenis ini tidak cocok untuk
membersihkan tubuh. Proses pembuatan sabun keras melibatkan reaksi kimia berikut ini.
Natrium hidroksida+gliserol tristearat → natrium stearat sabun cream + gliserol
atau Natrium hidroksida + gliserol tripalmitat
→ natrium palmitatsabun cream + gliserol
Berikut ini bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun krim beserta kegunaannya dalam proses pembuatan sabun.
a. CMC Karboksimetil Selulosa
Universitas Sumatera Utara
Merupakan eter polimer selulosa linear dan berupa senyawa anion, yang bersifat biodegradable, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
beracun, butiran atau bubuk yang larut dalam air namun tidak larut dalam larutan organik, memiliki rentang pH sebesar 6.5 sampai 8.0,
stabil pada rentang pH 2 – 10, bereaksi dengan garam logam berat membentuk film yang tidak larut dalam air, transparan, serta tidak bereaksi
dengan senyawa organik. b. ABS alkyl benzene sulfonat
Adalah bahan aktif active ingredient untuk membuat sabun krim dan bahan yang mutlak harus dipakai pada proses membuat sabun krim
yang nantinya akan menentukan hasil akhir. Tanpa bahan ini sabun krim tidak akan memiliki daya bersih dalam pemakaian sabun krim, bahan
ini berbentuk cairan yang biasanya berwarna coklat tua, yang berfungsi sebagai pembersih, ciri – ciri cairan ini adalah memiliki busa
yang banyak bila di kucek. c. Soda Caustik
Bahan ini berguna sebagai penetralisir sifat keasaman yang di akibatkan dalam pemakaian ABS. bahan ini berbentuk batangan atau
flake. sebelum dilakukan pencampuran, bahan ini harus dilarutkan dengan air dengan perbandingan 4:6 misalnya : 40 gr kaustik soda
dengan 60 cc air campuran. d. Soda ASH
Universitas Sumatera Utara
Soda abu atau Soda Ash berbentuk bubuk, dan warnanya putih fungsinya untuk meningkatkan daya bersih, penambahan soda abu tidak boleh terlalu
banyak, karena dapat menimbulkan rasa panas di tangan saat sabun krim digunakan.
e. Water Glass Bahan ini berbentuk cairan kental dan tidak berwarna bening. Berfungsi
sebagai pengikat material dalam sabun krim. penggunaan silikat juga akan memberikan kesan berkilau pada sabun krim, bahan ini sangat
mudah beku, jadi bila tidak dipakai, sebaiknya bahan ini di simpan dengan tutup yang rapat.
f. Pewarna dan Pewangi Berfungsi sebagai bahan tambahan addictive dan tidak akan
mengurangi kualitas dari sabun krim, warna sabun krim yang asli adalah coklat, dan berbau kurang menarik. jadi penambahan parfum
dan pewarna dapat mempengaruhi perhatian konsumen terhadap sabun krim, jadi akan cepat terjual bila akan dijual. biasanya di gunakan
warna kuning dan aroma jeruk agar lebih dapat menghilangkan bau kotoran yang akan di bersihkan.
g. STPPSodium Tripolyphosphate Sodium Tripolyphosphate
merupakan bahan pembersih yang kuat. Fungsi utamanya adalah memaksimalkan kerja surfaktan. Selain itu,
STTP dapat mencegah pengendapan tanah dan bertindak sebagai
Universitas Sumatera Utara
buffer pH. Ini membuat air deterjen menjadi tdak keras lagi dan
dapat digunakan sebagai pengobatan air. h. Air
Air merupakan bahan utama dalam pembuatan sabun colek, berfungsi untuk menyempurnakan reaksi dari formula sabun colek, air juga
berfungsi untuk mengatur kekentalan sabun colek yang akan dihasilkan dari proses formula sabun colek. sebaiknya air yang
digunakan adalah air yang telah melalui proses deminelarisasi deminelarized water tetapi air biasa juga bisa digunakan.
3.3.2. Sabun Cair
Sabun cair merupakan produk yang lebih banyak disukai dibandingkan sabun padat oleh masyarakat sekarang ini, karena sabun cair lebih higienis dalam
penyimpanannya dan lebih praktis dibawa kemana-mana. Molekul sabun berbentuk rantai panjang panjang dan satu gugus ionik
yang besifat sangat polar. Pada seluruh rantai panjangnya, strukturnya tepat sama dengan molekul minyak sehingga memiliki keakraban dengan molekul minyak
bersifat hidrofilik. Sementara pada bagian kepala, ada sepasang atom yang bermuatan listrik yang hanya senang bergabung dengan molekul air bersifat
hidrofobik . Kepala inilah yang membuat seluruh molekul sabun menyatu dengan
air. Bila sekelompok sabun bertemu dengan partikel kotoran berminyak,
mereka yang senang dengan minyak akan mengikatkan diri dengan molekul
Universitas Sumatera Utara
minyak, sementara mereka yang bersifat ionik yang senang dengan dan air akan membuat molekul sabun menyatu dengan air, sehingga minyak atau kotoran dapat
ikut terikat ke dalam air. Selanjutnya, partikel kotoran yang semula terperangkap dengan minyak kini bebas untuk ikut mengalir bersama air ketika pembilasan.
Sabun dibuat dengan cara mencampurkan larutan NaOH KOH dengan minyak atau lemak. Melalui reaksi kimia, NaOH KOH mengubah minyak
lemak menjadi sabun. Proses ini disebut Saponifikasi. Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau
lemak alami. Texapon adalah surfaktan buatan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sabun cair, sampo, dan pasta gigi. Texapon disebut juga
sodium laurilsulfate C
12
H
25
SO
4
Na.
Gambar 3.5. Contoh Sabun Cair Buatan Home Industri
3.4. Konsep Biaya
8
Biaya adalah pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang. Biaya dalam
8
Bastian Bustami Nurlela, Akuntansi Biaya, Mitra Wicana Media, Jakarta. Page 7-9
Universitas Sumatera Utara
akuntansi biaya diartikan dalam dua pengertian yang berbeda, yaitu biaya dalam artian cost dan biaya dalam artian expense.
Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai
tujuan tertentu, contoh; persediaan bahan baku, persediaan produk dalam proses, persediaan produk selesai dan aktiva yang belum digunakan.
Beban atau expense adalah biaya yang telah memberikan mamfaat dan sekarang telah habis. Biaya ini dimasukkan kedalam laba-rugi, sebagai
pengurangan dari pendapatan, contoh; beban penyusutan, beban pemasaran, dan beban yang tergolong sebagai biaya operasi.
3.4.1. Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya diperlukan untuk menyajikan data biaya yang berguna bagi manajemen untuk mencapai berbagai tujuan. Biaya dapat diklasifikan
berdasarkan: 1. Kegiatan Manufaktur
2. Tingkat Kegiatan atau Volume 3. Departemen yang ada dalam suatu Pabrik
4. Periode Akuntansi. 5. Fungsi Manajemen atau Jenis Kegiatan Manufaktur
Universitas Sumatera Utara
3.4.1.1. Biaya Berdasarkan Kegiatan Manufaktur
9
Biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan manufaktur disebut biaya produksi. Biaya ini diklasifikasikan dalam tiga elemen utama sehubungan dengan
produk yang dihasilkan, yaitu: 1. Bahan Langsung Direct Material
Biaya bahan langsung merupakan biaya yang ditimbulkan dari seluruh bahan langsung yang menjadi bagian yang membentuk barang jadi.
2. Tenaga Kerja Langsung Direct Labor Biaya tenaga kerja langsung adalah upah dari semua tenaga kerja lagsung
yang secara fisik baik menggunakan tangan maupun mesin yang ikut dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk atau barang jadi.
3.
Overhead Pabrik Factory Overhead
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi suatu produk selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Istilah lain adalah biaya produksi
tidak langsung, dimana istilah ini sesuai dengan sifat biaya overhead pabrik yang terdiri dari berbagai elemen biaya yang tidak dapat dibebankan secara
langsung kepada pekerjaan atau produk tertentu. Biaya ini dapat diklasifikasikan dalam tiga unsur pokok, yaitu:
a. Bahan tidak langsung b. Tenaga kerja tidak langsung
c. Biaya produksi tidak langsung, seperti: asuransi dan penyusutan peralatan pabrik.
9
Firdaus A. Dunia, Akuntansi Biaya, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia:Jakarta. Page 23
Universitas Sumatera Utara
3.4.1.2. Biaya Berdasarkan Tingkat Kegiatan atau Volume
Ditinjau dari perilaku biaya terhadap perubahan dalam tingkat kegiatan atau volume, maka biaya dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis biaya, yaitu:
1. Biaya Variabel Variable Cost Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah secara langsung dengan
adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume, baik volume produksi ataupun volume
penjualan. Biaya-biaya produksi yang diidentifikasikan sebagai biaya variabel adalah biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya Tetap Fixed Cost Biaya tetap adalah biaya yang secara total tidak berubah dengan adanya
perubahan tingkat kegiatan atau volume. 3. Biaya Semi Variabel Semi Variable Cost
Biaya semi variabel adalah biaya yang mempunyai unsur biaya tetap dan variabel. Unsur tetap ini merupakan biaya minimum yang harus dikeluarkan
untuk jasa yang digunakan, seperti biaya listrik, telepon, dan sebagainya. Pembebanan biaya listrik terdiri dari elemen tetap yaitu biaya beban minimum
dari daya.
3.4.1.3. Biaya Menurut Departemen Dalam Pabrik
Biaya yang ada dikelompokkan menurut departemen atau unit organisasi yang lebih kecil dari suatu pabrik dimana biaya-biaya tersebut terjadi.
Pengelompokkan biaya seperti ini dapat membantu manajemen dalam
Universitas Sumatera Utara
menentukan harga pokok produk yang lebih tepat. Dalam perusahaan manufaktur terdapat dua jenis departemen, yaitu:
1. Departemen Produksi Departemen produksi merupakan unit organisasi dari suatu perusahaan
manufaktur, dimana proses produksi dilaksanakan secara langsung atas produk. Biaya yang terjadi dalam departemen ini seluruhnya dibebankan
secara langsung kepada produk yang bersangkutan. 2. Departemen Pembantu
Departemen pembantu merupakan unit organisasi yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi. Departemen ini memberikan jasanya kepada
departemen produksi maupun departemen pembantu lainnya. Biaya yang terjadi dalam departemen ini dikelompokkan sebagai biaya overhead pabrik.
3.4.1.4. Biaya Berdasarkan Periode Akuntansi
Pengklasifikasian biaya sehubungan dengan periode akuntansi dibedakan berdasarkan waktu atau kapan biaya tersebut dibebankan terhadap pendapatan. Biaya
berdasarkan periode akutansi diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu:
1. Biaya Produk Product Cost
Pada perusahaan manufaktur biaya ini sama dengan biaya produksi, yaitu bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Biaya-biaya ini
pada saat terjadi dicatat dan dialokasikan sebagai persediaan, tetapi apabila terjadi penjualan atas persediaan maka biaya dari persediaan akan menjadi
Universitas Sumatera Utara
harga pokok penjualan yang akan dibandingkan dengan pendapatan yang telah
terealisasikan dari penjualan tersebut. 2. Biaya Periode Period Cost
Biaya periode adalah biaya yang tidak berkaitan dengan persediaan atau produk tetapi berhubungan dengan periode akuntansi. Biaya periode ini hanya
bermanfaat untuk satu periode akuntansi yang disebut pengeluaran pendapatan.
3.4.1.5. Biaya Menurut Jenis Kegiatan Fungsional
Pengklasifikasian biaya menurut jenis dari kegiatan fungsional bertujuan untuk membantu manajemen dalam perencanaan, analisis dan pengendalian biaya
atas dasar fungsi yang ada dalam suatu organisasi perusahaan. Berdasarkan jenis kegiatan fungsional maka biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk menghasilkan
produk hingga siap untuk dijual. 2. Biaya Penjualan
Biaya penjualan merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk menjual suatu produk atau jasa.
3. Biaya Umum atau Administrasi Biaya umum atau administrasi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
memimpin, mengendalikan dan menjalankan suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
3.4.1.6. Biaya Per unit Produk
Perhitungan biaya perunit produk secara konseptual adalah total biaya yang berkaitan dengan unit produk yang diproduksi dibagi dengan jumlah unit
produk yang diproduksi. Pada perusahaan manufaktur biaya perunit merupakan salah satu bagian informasi yang penting, yang digunakan untuk menilai
persediaan, penentuan laba, dan pengambilan sejumlah keputusan penting. Pengungkapan biaya biaya persediaan dan penentuan laba adalah kebutuhan
dalam membuat laporan keuangan.
3.4.2. Biaya Overhead Pabrik
Overhead Pabrik adalah bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung serta biaya tidak langsung lainnya yang tidak dapat ditelusuri
secara langsung ke produk selesai atau tujuan akhir biaya.
3.4.2.1. Karakteristik Biaya Overhead Pabrik
Pembebanan biaya overhead pabrik dengan produk perlu dipertimbangkan guna mengetahui jumlah biaya yang sewajarnya dibebankan kepada produk. Dua
karakteristik yang perlu dipertimbangkan tersebut adalah: 1. Hubungan overhead pabrik dengan produk atau volume produksi.
Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk perlu diperhitungkan karena overhead pabrik adalah bagian dari biaya produk, tetapi pembebanan
overhead pabrik sulit diperhitungkan karena biaya tersebut tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
ditelusuri secara langsung kepada produk selesai seperti pembebanan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
2. Overhead pabrik berurusan dengan elemen-elemen biaya yang berhubungan dengan perubahan biaya overhead pabrik terhadap perubahan volume
produksi maka biaya overhead pabrik dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
3.4.2.2. Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Penentuan Tarif Overhead Pabrik
Tarif yang digunakan dalam overhead pabrik berbeda satu sama lain. Misalnya terhadap satu perusahaan dengan perusahaan lain,masing-masing
depertemen ,pusat biaya,dan kelompok biaya dalam perusahaan. Faktor yang dapat mempengaruhi dalam penentuan tariff overhead pabrik adalah:
1. Dasar yang digunakan 2. Pemilihan tingkat aktivitas
3. Memasukkan atau tidak memasukkan overhead pabrik tetap 4. Menggunakan tarif tunggal atau untuk aktivitas jasa.
Penentuan dasar tarif yang digunakan merupakan hal yang penting untuk menentukan overhead pabrik yang sewajarnya dibebankan kepada produk.
Penentuan dasar tarifini biasanya dihubungkan fungsi yang diwakili oleh overhead
pabrik yang akan dibebankan. Misalnya jika perusahaan tersebut lebih banyakmenggunakan banyak tenaga kerja maka dasar yang yang digunakan
adalah biaya tenaga kerja langsung atau jam kerja langsung. Apabila perusahaan
Universitas Sumatera Utara
tersebut lebih berorientasi pada tehnologi dan mesin maka dasar yang tepat digunakan adalah jam mesin,sedangkan apabila perusahaan tersebut lebih banyak
menggunakan bahan baku langsung maka dasar yang tepat digunakan adalah bahan baku langsung.
Penentuan dasar tarif ditujukan untuk: 1. Memastikan apakah sumber daya pabrik tidak langsung digunakan oleh
pesanan.produk dan pekerjaan yang dilakukan sudah membebankan overhead pabrik secara wajar.
2. Untuk meminimalkan biaya dan usaha klerikal,yaitu dengan cara memilihdasar yang paling mudah digunakan dan paling mudah di ukur.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan tarif overhead pabrik adalah:
1. Keluaran fisik 2. Bahan baku langsung
3. Tenaga pekerja langsung 4. Jam kerja langsung
5. Jam mesin
3.5. Penetapan Standar
Penetapan standar yang tepat untuk perusahaan manufaktur dan jasa adalah sangat berguna, karena akurasi standar biasanya menentukan keberhasilan
penerapan biaya standar.
Universitas Sumatera Utara
3.5.1. Penetapan Standar Biaya Bahan Baku
Dalam penetapan standar bahan baku ada dua jenis standar yang digunakan yaitu standar harga bahan baku dan standar kuantitas pemakaian
pemakaian bahan baku. Penetapan standar harga bahan baku memungkinkan untuk:
a. Memantau kinerja bagian pembelian pembelian dan mendeteksi pegnaruhnya terhadap biaya bahan baku.
b. Mengukur dampak dari kenaikan dan penurunan harga bahan baku terhadap laba.
Menentukan harga beli yang digunakan sebagai penetapan standar sering kali mengalami kesulitan, karena harga beli bahan baku lebih banyak dipengaruhi
faktor eksternal perusahaan daripada faktor internal perusahaan. Harga yang dipilih sebagai harga standar sebaiknya digunakan harga yang mencerminkan
harga yang berlaku saat ini, kalau terjadi perubahan harga bahan baku, baik secara berkala sebaiknya dilakukan awal periode.
Untuk penetapan biaya standar bahan baku ini perlu diperhatikan: a Penyusunan anggaran bahan baku
b Penyimpanan bahan baku c Pembelian yang terjadwal
d Pengiriman dan pengawasan bahan baku Penetapan standar kuantitas bahan baku, umumnya dikembangkan
berdasarkan spesifikasi hasil penelitian yang dilakukan bagian perekayasaan produk. Pada perusahaan kecil atau menengah spesifikasi jenis produk, kuantitas
Universitas Sumatera Utara
pemakaian, kualitas dari bahan baku yang dibutuhkan, umumnya dilakukan oleh pengawas atau penyedia departemen yang terkait langsung. Penetapan kuantitas
pemakaian bahan baku sebaiknya ditetapkan setelah analisis atas ukuran, bentuk, dan kualitas produk yang paling ekonomis serta pemakaian bahan baku dengan
berbagai kualitas yang berbeda. Untuk penetapan standar pemakaian bahan baku ini perlu diperhatikan fluktuasi pemakaian dan antisipasi persediaan.
3.5.1.1. Penetapan Standar Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik standar merupakan salah satu cara dalam mengalokasikan overhead pabrik kepersediaan untuk keputusan penetapan harga
dan untuk pengedalian biaya. Akan tetapi akuntan biaya menyadari bahwa ukuran yang digunakan seperti varians biaya standar dibandingkan dengan biaya aktual
memerlukan pengawasan dan pemantauan. Jika dalam organisasi yang sifatnya desentralisasi, para manajer berusaha un tuk meningkatkan efisiensi mereka
masing-masing dengan mencari varians biaya sandar yang menguntungkan tampa memperhatikan pengaruh selanjutnya, maka akibatnya tujuan memperoleh laba
akan terganggu.
3.5.1.2. Penetapan Standar Biaya Tenaga Kerja
Dalam penetapan standar biaya tenaga kerja, standar yang digunakan yaitu: standar tarif upah dan standar waktu atau efisiensi. Standar tarif lebih
didasarkan pada perjanjian tawar-menawar kolektif antara serikat pekerja dan perusahaan, atau berdasrkan ketetapan pemerintah berdasrkan tingkat upah
Universitas Sumatera Utara
minimum. Untuk memastiakn tingkat keadilan upah diberikan untuk setiap operasi diperlukan rating pekerjaan. Apabila terjadi perubahan tarif upah baik
secara berkala sebaiknya dilakukan pada awal periode. Sedangkan untuk penetapan standar waktu atau efisiensi memerlukan study dan gerak berdasarkan
pada kinerja aktual dari seseorang pekerja atau kelompok pekerja yang mempunyai keahlian yang sama.
3.6. Jenis- Jenis Persediaan
Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,
untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses,
barang jadi, ataupun suku cadang. Menurut Ginting, Rosnani 2007, p121, Persediaan inventory, dalam konteks produksi dapat diartikan sebagai sumber
daya menganggur idle resource. Sumber daya menganggur ini belum digunakan karena menunggu proses lebih lanjut. Yang di maksud dengan proses lebih lanjut
disini dapat berupa kegiatan produksi seperti dijumpai pada sitem manufaktur, kegiatan pemasaran seperti dijumpai pada system distribusi ataupun kegiatan
konsumsi seperti pada sistem rumah tangga. Persediaan merupakan salah satu asset termahal bagi banyak perusahaan, dan berjumlah sekitar 50 persen dari total
modal yang ditanamkan Render danHeizer, 2005, p60.
Universitas Sumatera Utara
3.6.1.
10
Menurut Ginting, Rosnani 2007, p129, Tujuan dari manajemen persediaan adalah memiliki persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang
tepat dan. dengan biaya yang rendah. Karena itu, kebanyakan model-model persediaan menjadikan biaya sebagai parameter dalam mengambil keputusan.
Biaya dalam system persediaan secar umum dapat dikasifikasikan sebagai berikut:
Biaya-Biaya Persediaan
1. Biaya Pembelian Purchasing Cost = c Biaya pembelian purchase cost dari suatu item adalah harga pembelian
setiap unit item juka item tersebut berasal dari sumber sumber eksternal,atau baiaya produksi per unit bila item tersebut berasal dari internal perusahaan atau
diproduksi sendiri oleh perusahaan. 2. Biaya Pengadaan Procurement Cost
Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal usul barang, yaitu biaya pemesanan ordering cost bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak
luar supplier dan biaya pembuatan setup cost bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.
a. Biaya Pemesanan Ordering Cost = K Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan
barang dari luar. Biaya ini pada umumnya meliputi: - Pemrosesan pesanan
- Biaya ekspedisi - Biaya telepon dan keperluan komunikasi lainnya
10
Rosnani Ginting, Sistem Produksi. Edisi Pertama. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2007
Universitas Sumatera Utara
- Pengeluaran surat menyurat, foto kopi dan perlengkapan administrasi lainnya. - Biaya pengepakan dan penimbangan.
- Biaya pemeriksaan inspeksi penerimaan. - Biaya pengiriman ke gudang dan seterusnya
b. Biaya Pembuatan Setup Cost = K Ongkos pembuatan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan untuk persiapan
memproduksi barang. Ongkos ini biasanya timbul di dalam pabrik, yang meliputi ongkos menyetel mesin, ongkos mempersiapkan gambar benda kerja, dan
sebagainya. Karena kedua ongkos tersebut diatas mempunyai peran yang sama, yaitu pengadaan, maka didalam system persediaan ongkos tersebut sering disebut
sebagai ongkos pengadaan procurement cost. 3. Biaya Penyimpanan Carrying Cost = h
Biaya penyimpanan holding cost merupakan biaya yang timbul akibat disimpannya suatu item. Biaya penyimpanan terdiri atas biaya biaya yang
bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah:
a. Biaya Memiliki Persediaan biaya modal b. Biaya Gudang
c. Biaya Keusakan dan Penyusutan d. Biaya Kadaluarsa absolence
e. Biaya Asuransi f. Biaya Administrasi dan Pemindahan
4. Biaya Kekurangan Persediaan
Universitas Sumatera Utara
Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya kekurangan bahan stockout cost adalah yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini
timbul bilamana pesediaan tidak mencukupi permintaan produk atau kebutuhan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan persediaan adalah sebagai
berikut: a. Kehilangan penjualan; ketika perusahaan tidak mampu memenuhi suatu
pesanan,maka ada nilai penjualan yang hilang bagi perusahaan. b. Kehilangan langganan; pelanggan yang merasa kebutuhannya tidak dapat
dipenuhi perusahaan akan beralih keperusahaan lain yang mampu memenuhi kebutuhan mereka.
c. Biaya pemesanan khusus; agar perusahaan mampu memenuhi kebutuhan akan suatu item, perusahaan bisa melakukan pemesanan khusus agar item
tersebut diterima tepat waktu. d. Tergangunya proses produksi, jika kekurangan persediaan terjadi pada
persediaanbahan, dan hal ini tidak diantisipasi sebelumnya, maka kegiatan produksi akan terganggu
e. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya 5. Biaya Sistemik
Selain biaya biaya diatas yang biasanya bersifat rutin, maka ada ongkos lain yang disebut Biaya Sistemik. Biaya ini meliputi biaya perancangan dan perencanaan
system persediaan serta ongkos ongkos untuk mengadakan peralatan misalnya computer serta melatih tenaga kerja yang digunakan untuk mengoperasikan
system.
Universitas Sumatera Utara
3.6.2. Metode-Metode Pengendalian Persediaan
Didalam mencari jawaban atas permasalahan umum dalam pengendalian persediaan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, secara krnologis metode
pengendalian persediaan yang dapat diindentifikasikan sebagai berikut:
3.6.2.1. Metode Pengendalian Secara Statistic Statistical Inventory Control
Metode ini menggunakan ilmu matematika dan statistik sebagai alat batu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif dalam sistem persediaan. Pada
dasarnya,metode ini berusaha mencari jawaban optimal dalam menentukan: a. Jumlah ukuran pemesanan dinamis EOQ
b. Titik pemesanan kembali Reorder Point c. Jumlah cadangan pengaman safety stock yang diperlukan
Metode ini sering juga disebut metode pengendalian tradisional, karena memberi dasar lahirnya metode baru yang lebih modern, seperti MRP di amerika dan
kanban di jepang. Metode pengendalian persediaan secara statistik ini biasanya digunakan untuk mengendalikan barang yang permintaannya bersifat bebas
dependent dan dikelola saling tidak bergantung. Yang dimaksud permintaan
bebas adalah permintaan yang hanya dipengaruhi mekanisme pasar sehingga bebas dari fungsi opersi produk
3.6.2.2. Metode Perencanaan Kebutuhan Material MRP
Metode pengendalian tradisional akan tidak efektif bila digunakan untuk permintaan yang bersifat tidak bebas independent. Yang dimaksud permintaan
Universitas Sumatera Utara
tidak bebas adalah permintaan yang tergantung kepada kebutuhan suatu
komponen dengan komponen lainnya. Metode MRP ini bersifat oriented, yang terdiri dari sekumpulan prosedur, aturan-aturan keputusan dan seperangkat
mekanisme pencatatan yang dirancang untuk menjabarkan Jadwal Induk Produksi
JIP.
11
a. Persediaan Bahan Baku Raw Material Stock Persediaan dapat dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang
tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu;
Merupakan persediaan dari barang-barang yang dibutuhkan untuk proses produksi. Barang ini bisa diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari
supplier yang menghasilkan barang tersebut.
b. Persediaan Bagian Produk Purchased Parts Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima
dari perusahaan lain, yang secara langsung diassembling dengan parts lain tanpa melalui proses produksi.
c. Persediaan Bahan-Bahan Pembantu Supplies Stock Merupakan persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses
produksi untuk membantu kelancaran produksi, tetapi tidak merupakan bagian dari barang jadi.
d. Persediaan Barang Setengan Jadi Work in Process Merupakan barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi
masih diproses lebih lanjut sehingga menjadi barang jadi.
11
T. Hani Handoko. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE, 2008.
Universitas Sumatera Utara
e. Persediaan Barang Jadi Finished Good Merupakan barang-barang yang selesai diproses atau diolah dalam pabrik
dan siap untuk disalurkan kepada distributor, pengecer, atau langsung dijual ke pelanggan.
3.7. Perencanaan Produksi
12
Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya ditentukan oleh berba- berbagai faktor, salah satu diantaranya yang terpenting adalah kemampuan
mendapat order dari para pelanggannya. Keinginan perusahaan manufaktur untuk memuaskan pelanggan dilakukan dengan merencanakan kegiatan produksi
sedemikian rupa sehingga kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi tepat waktu, tepat mutu pada tingkat produktivitas yang tinggi.
Persaingan perusahaan telah member semakin banyak pilihan pada para pelanggan dalam hal mutu dan harga yang sangat bersaing sehingga mereka
semakin tidak bersedia memberikan toleransi terhadap produk-produk yang tidak dapat memberikan kepuasan kepada mereka secara maksimal. Agar produk-
produknya menarik bagi pelanggan, perusahan harus selalu berupaya meningkatkan mutu produk dan pelayanannya serta menawarkan harga yang
wajar bagi setiap produk yang diinginkan pelanggan..
12
Sukaria, Sinulingga. 2009. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta
Universitas Sumatera Utara
3.8. Pengertian Pemasaran