Ruang Lingkup Pembelajaran IPA

17 afektif, dan psikomotor karena diperlukan sikap dan keterampilan tertentu untuk dapat mengetahui dan memahami alam. Perlu sikap rasa ingin tahu, berpikir kritis, serta keterampilan menyelidiki dan keterampilan memecahkan masalah untuk memahami alam sekitar. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, memahami lingkungan serta konsep-konsep pengetahuan di dalamnya, memiliki kemampuan berpikir kritis, memiliki sikap ilmiah dan keterampilan proses, mampu menghargai dan melestarikan alam, serta memiliki bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Tujuan-tujuan tersebut pada akhirnya mengarah pada tujuan utama pembelajaran IPA yaitu memiliki kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, khususnya masalah yang berkaitan dengan lingkungan alam di sekitarnya.

4. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, ruang lingkup materi IPA di SD Depdiknas, 2007: 190 meliputi: a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yang meliputi manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. b. Benda materi, sifat-sifat dan kegunannya, yang meliputi: cair, padat, dan gas. c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. d. Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. e. Sains, Lingkungan Teknologi dan Masyarakat salingtemas merupakan penerapan konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana. 18 Asy’ari 2006: 24 menjelaskan bahwa ruang lingkup materi pembelajaran IPA di Sekolah Dasar terbagi dalam 5 topik antara lain makhluk hidup dan proses kehidupan; benda, sifat, dan kegunaannya; energi dan perubahannya; bumi dan alam semesta; serta sains, lingkungan teknologi, dan masyarakat Salingtemas. Aspek proses sains diintegrasikan langsung dalam pembelajaran IPA untuk dapat memahami dan menemukan konsep IPA. Dengan demikian, diharapkan ada kesatuan antara proses sains dan produk sains dalam pembelajaran. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPA untuk SD meliputi makhluk hidup dan proses kehidupan: bendamateri, sifat-sifat dan kegunaannya; energi dan perubahannya; bumi dan alam semesta. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

B. Tinjauan tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Menurut Piaget, seperti yang dikutip dalam Asy’ari 2006: 37-38, perkembangan kognitif anak dapat dibedakan menjadi empat tahap, yaitu sensori motor usia 0-2 tahun, pra-operasional usia 2-6 tahun, operasional konkret usia 7-11 tahun, dan operasional formal usia 11 tahun. Mengingat umumnya siswa 19 Sekolah Dasar SD berada pada usia 6-12 tahun, maka siswa Sekolah Dasar SD berada pada tahap operasional konkret. Majid 2014: 9-10 menyatakan bahwa anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret yang menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut. 1. Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak. 2. Mulai berpikir secara operasional. 3. Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda- benda. 4. Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab-akibat 5. Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Piaget Anitah, 2008: 2.22 yakni pada usia sekolah dasar siswa akan memiliki kemampuan berpikir operasional konkret sehingga pada tahap ini siswa sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, menghubungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi. Pada usia 7 tahun ke atas, siswa sudah mulai mengembangkan berpikir logis. Siswa sekolah dasar sudah mampu menyadari konservasi yaitu menghubungkan aspek-aspek yang berbeda secara cepat. Selain itu, Asy’ari 2006: 38 menjelaskan bahwa pada usia sekolah dasar dimana anak memasuki tahap operasional konkret, umumnya anak memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. 2. Senang bermain atau suasana yang menggembirakan. 3. Dapat mengatur dirinya sendiri, mengeksplorasi situasi sehingga suka mencoba-coba. 20 4. Memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan tidak suka mengalami kegagalan. 5. Akan belajar efektif jika ia merasa senang dengan situasi yang ada. 6. Belajar dengan cara bekerja dan suka mengajarkan apa yang ia bisa pada temannya. Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah dasar berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret. Adapun karakteristik siswa sekolah dasar antara lain mulai memandang dunia secara objektif; dapat mengklasifikasikan benda-benda; dapat menghubungkan aspek-aspek yang berbeda, dapat menggunakan hubungan aturan-aturan prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab-akibat; dapat memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat; memiliki rasa ingin tahu yang tinggi; senang bermain atau suasana yang menggembirakan, senang bereksplorasi dan suka mencoba-coba; serta akan belajar efektif jika ia merasa senang dengan situasi yang ada. Jika dilihat secara mendalam dan lebih spesifik, maka karakteristik antara siswa kelas rendah dan siswa kelas atas memiliki perbedaan. Dengan melihat telah berkembangnya kemampuan berpikir siswa kelas atas daripada kemampuan berpikir siswa kelas rendah, maka untuk pembelajaran di kelas atas diarahkan pada pelatihan kemampuan berpikir yang lebih kompleks. 21

C. Tinjauan tentang Metode Permainan

1. Hakikat Metode Permainan