35 yang bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Ini
berarti penelitian
pengembangan dalam
pendidikan berfungsi
untuk
mengembangkan suatu produk sebagai solusi bagi permasalahan pendidikan.
Model pengembangan perangkat pembelajaran RPP dan LKS ini akan menggunakan metode ADDIE yang meliputi lima tahap: Analysis Analisis,
Desain Perencanaan,
Development Pengembangan,
Implementation Implementasi, dan Evaluation Evaluasi. Mulyatiningsih 2012: 178
menyatakan bahwa model ADDIE merupakan singkatan dari Analysis Design, Development or Production, Implementation or Delivery and Evaluation. Tahap-
tahap dari pengembangan ADDIE yaitu:
a. Analysis Analisis
Tahap analisis yaitu kegiatan untuk menetapkan tujuan dari pengembangan produk yang dikembangkan. Langkah analisis yang dilakukan yaitu analisis
kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik siswa. b.
Desain Perencanaan Tahap perencanaan yaitu tahapan terpenting pada pengembangan. Pada tahap
ini dilakukan pengumpulan referensi dan gambar, penyuusnan rancangan bahan ajar.Tahap perencanaan yaitu tahapan terpenting pada pengembangan.
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan referensi dan gambar, penyusunan rancangan bahan ajar, dan penyusunan instrumen penilaian bahan ajar.
c. Development Pengembangan
Tahap pengembangan meliputi kegiatan pengembangan rancangan, validasi, dan revisi bahan ajar untuk mencapai bahan ajar yang diharapkan.
36 d.
Implementation Implementasi Tujuan utama tahap implementasi yang merupakan langkah realisasi bahan
ajar yang telah dibuat. Langkah implementasi sering diasosiasikan dengan uji coba.
e. Evaluation Evaluasi
Tahap evaluasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap bahan ajar.
2. Kualitas Produk Pengembangan
Nieveen 1999: 126 menyatakan bahwa suatu produk pengembangan material kegiatan pembelajaran dikatakan berkualitas, jika memenuhi 3 aspek
antara lain: 1 validasi, 2 kepraktisan, 3 keefektifan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini dikatakan baik dan berkualitas jika
memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. a.
Kevalidan Nieveen 1997: 127 mengungkapkan bahwa:
the components of the material should be based on state-of-the-art knowledge content validity and all component should be consistently
linked to each other contruct validity, if the product meets these requirements it is consideres to be valid.
Ini artinya komponen material harus didasarkan pada aspek teoritisnya validitas isi dan semua komponen harus konsisten dihubungkan satu sama lain
validitas konstruk, jika produk memenuhi persyaratan ini itu dianggap valid. b.
Kepraktisan Menurut Nieveen 1999: 127 mengungkapkan bahwa:
37 a characteristic of a high quality materials is that teachers consider the
materials to be usable and that it is easy for teachers and students to use the material. This means that consistency should exist between the
intended and perceived curriculum and the intended and operational curriculum. If both consistencies are in place, we call these materials
practical
”. Ini artinya kepraktisan dilihat dari kemudahan bagi guru dan siswa dalam
menggunakan bahan ajar. Ini dimaksudkan adanya konsistenan antara intended dan perceived curriculum dan intended and operational curriculum. Jika
keduanya konsisten maka produk tersebut dikatakan praktis. Berdasarkan pendapat di atas, maka tingkat kepraktisan dalam penilitian ini
ditinjau dari kemudahan guru dalam menggunakan RPP dan LKS, kemudahan siswa dalam pembelajaran, dan keterlaksanaan di lapangan.
c. Keefektifan
Nieveen 1999: 127 menyatakan bahwa “a characteristic of high quality materials is that students appreciate the learning program and that desired
learning takes place ”. Ini artinya karakteristik tingkat keefektifan adalah siswa
memberikan penghargaan terhadap pembelajaran dengan menggunakan perangkat dan adanya keinginan siswa untuk terus menggunakan perangkat tersebut.
Bahan ajar yang dikembangkan dikatakan efekif jika hasil belajar siswa dapat memenuhi standar indikator ketercapaian materi yang telah ditentukan, serta hasil
tes evaluasi belajar siswa menunjukkan tuntas secara klasikal dan di atas KKM kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah.