154
selalu membuka komunikasi dengan karyawan apabila terdapat masukan ataupun komplain dari karyawan melalui kotak saran. Kemudian
membahasnya sebulan sekali bersama menajemen terkait, untuk kemudian hasilnya diumumkan secara transparan kepada para karyawan.
Oleh karena itu, untuk dapat lebih meningkatkan kinerja pegawai, maka pihak instansi harus memperhatikan seluruh faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja pegawai dan juga mempraktekkan berbagai cara-cara peningkatan keproduktifan kerja seperti pendekatan personal untuk dapat meningkatkan
kinerja pegawai, karena dengan kinerja yang baik dari pegawainya akan mempermudah instansi dalam mencapai tujuannya dan dapat menggerakan
roda organisasi ini dengan baik.
6.9 Pengaruh Penempatan Kerja Berdasarkan Kesesuaian Pengetahuan
Terhadap Kinerja Pegawai di Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa variabel kesesuaian pengetahuan dalam penempatan kerja dapat mempengaruhi kinerja pegawai
dan pengaruh dari variabel kesesuaian pengetahuan kuat terhadap variabel
kinerja pegawai. Hal tersebut menjelaskan bahwa semakin baik kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki seorang pegawai dengan bidang pekerjaan
yang dibebankan kepadanya akan semakin baik pula kinerja pegawai yang bersangkutan. Kesesuaian pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pegawai
dengan kualifikasi pekerjaan yang ditempati, dapat dilihat dari indikator-
155
indikator seperti kesesuaian latar belakang pendidikan formal dan informal dalam penempatan pegawai serta kesesuaian wawasan pengetahuan pekerjaan
yang dimiliki pegawai dengan penempatan kerjanya yang akan dapat mendukungnya dalam pelaksanaan pekerjaan.
Semakin baik kesesuaian antara latar belakang pendidikan formal yang dimiliki seorang pegawai dengan bidang pekerjaan yang dibebankan
kepadanya akan semakin baik pula kinerja pegawai yang bersangkutan. Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara 2007 tingkat pendidikan
adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan
konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Tingkat pendidikan seorang karyawan dapat membuat karyawan memiliki pengetahuan
konseptual dan teoritis yang membantunya dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Hal tersebut juga sesuai dengan
pendapat Notoatmodjo 1989 dalam Syaiin 2008, bahwa melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga
dapat membuat keputusan dalam bertindak. Pengetahuan pegawai yang didapatkan dari pendidikan formal yang dijalaninya dapat meningkatkan
kemampuan pegawai yang bersangkutan. Dengan adanya kemampuan yang dimiliki dalam mengerjakan pekerjaannya, maka hal tersebut dapat membantu
pegawai dalam mencapai kinerja yang optimal dan memuaskan. Demikian pula halnya dengan wawasan pengetahuan tentang pekerjaan
dan pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh pegawai. Semakin
156
baik wawasan pengetahuan pegawai tentang pekerjaan yang dibebankan kepadanya akan semakin baik pula kemampuannya dalam melaksanakan
pekerjannya, dan akan semakin baik pula kinerja pegawai tersebut. Menurut Gibson 1988 dalam Yuliastuti 2007 bahwa pengetahuan merupakan
pemahaman lisan seorang pegawai tentang apa yang dia ketahui dari pengalaman dan proses belajar. Apabila pegawai tersebut memiliki wawasan
pengetahuan yang baik tentang pekerjaannya, maka dia akan dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik. Wawasan pengetahuan yang
dimiliki cenderung dapat meningkatkan kualitas pekerjaan pegawai. Kemudian, menurut Yanti 2012 bahwa semakin sesuai antara materi
pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh seorang pegawai dengan tuntutan tugas yang dibebankan kepadanya akan semakin baik pula kinerja
pegawai tersebut. Didukung pula oleh pendapat menurut Sirait 2006 dalam Yuliastuti 2007 bahwa pendidikan dan pelatihan dapat memberikan pegawai
keterampilan yang mereka butuhkan dan dengan adanya keterampilan, maka hal tersebut dapat mengurangi rasa takut mereka dalam menghadapi tugas-
tugas baru. Hal tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kesesuaian pengetahuan dengan kinerja pegawai di
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI. Hasil tersebut mendukung pendapat bahwa penempatan pegawai pada
bidang tertentu hendaknya mempertimbangkan beberapa hal sehingga pegawai yang terpilih adalah mereka yang memiliki kualifikasi yang baik.
Kesesuaian antara kualifikasi yang dimiliki pegawai dengan bidang tugasnya
157
akan meningkatkan kinerjanya, sehingga roda organisasi akan berjalan dengan baik. Penempatan pegawai pada suatu bidang pekerjaan dengan
mempertimbangkan kesesuaian pengetahuan, kesesuaian keterampilan dan kesesuaian sikap dari pegawai yang bersangkutan merupakan hal yang sangat
penting untuk menghasilkan kinerja yang diinginkan. Pengetahuan merupakan suatu kesatuan informasi terorganisir yang
biasanya terdiri dari sebuah fakta atau prosedur yang diterapkan secara langsung terhadap kinerja. Sebuah fungsi pengetahuan seseorang dapat
diperoleh melalui pendidikan formal, pendidikan informal, pengalaman, membaca buku dan lain-lain. Pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai dapat
membantunya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaannya. Mulyasa 2002 mengungkapkan bahwa pengetahuan dapat membuat seorang
pegawai dapat mengetahui metode penyelesaian tugas dengan baik. Oleh karena itu pegawai dituntut untuk memiliki pengetahuan yang sesuai dengan
pekerjaannya. Adanya keterkaitan antara kesesuaian pengetahuan dan keterampilan
dengan kinerja pegawai juga diperkuat oleh pendapat Siagian 2009 yang menyatakan bahwa dalam kehidupan organisasional, pengetahuan dan
keterampilan yang tinggi dalam melaksanakan tugas merupakan modal yang amat besar. Kepercayaan pada diri sendiri perlu ditanamkan dalam organisasi,
karena hal ini akan berpengaruh pada kinerja pegawai. Mutu pekerjaan juga berhubungan dengan pendidikan dan kecerdasan dimana peningkatan
pendidikan dan kecerdasan meningkatkan cara berpikir secara kritis sehingga
158
lebih mampu mengekspresikan keinginan menurut persepsi yang harus dipenuhi.
Kemudian, didukung pula oleh pendapat Robbins 2008 yang mengatakan bahwa semakin baik pengetahuan dan keterampilan kerja
seorang pegawai, maka kemampuan kerjanya juga semakin baik. Kemampuan merujuk ke kapasitas individu untuk melaksanakan tugas dalam
bidang pekerjaan tertentu. Semakin baik pengetahuan seorang pegawai akan semakin tinggi pula kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Pekerjaan
membebankan tuntutan-tuntutan berbeda kepada pelaku untuk menggunakan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penempatan kerja yang sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki pegawai sangat penting untuk kelancaran pelaksanaaan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Soares 2010 yang menemukan hasil bahwa penempatan, berpengaruh signifikan
terhadap motivasi dan kinerja karyawan. Selain itu, adapula penelitian lain yang dilakukan oleh Eduard L. Pessiwarissa 2008, Andri Latif Asikin
Mansoer 2009, T.Murad 2012, Asri Nur Fadillah, dkk, Diana Prihartini 2012, serta Athkan,dkk 2013 yang menemukan bahwa kesesuaian
penempatan kerja yang meliputi kesesuaian pengetahuan, keterampilan dan sikap pegawai berhubungan positif dan memiliki pengaruh yang kuat
terhadap prestasi kerja pegawai. Hasil penelitian tersebut didukung pula oleh pendapat Menurut
Komaruddin yang dikutip oleh Suwatno 2001, yang menjelaskan bahwa
159
penempatan pekerjaan karyawan pada jabatan yang tepat akan berdampak pada setiap karyawan, mereka dapat bertugas dengan efisien, dapat
mengembangkan diri untuk berprestasi dan merasa puas. Kemudian menurut Yana Octaria 2000 dalam Murad 2012, menjelaskan bahwa penempatan
karyawan yang tepat merupakan salah satu cara yang menunjang kearah terciptanya prestasi, sehingga hal ini dapat mencapai tujuan perusahaan
karena didapatnya orang-orang yang tepat, dimana orang-orang tersebut dapat memenuhi kebutuhan masa sekarang dan masa akan datang perusahaan serta
meningkatkan kinerja di masa yang akan datang. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Hasibuan 2006 yang menyatakan
bahwa prinsip penempatan harus dilaksanakan secara konsekuen supaya seorang pekerja bekerja sesuai dengan spesialisasinyakeahliannya masing-
masing. Dengan penempatan yang sesuai dan tepat ini maka gairah kerja, mental kerja, dan prestasi kerja mencapai hasil yang optimal bahkan
kreativitas serta prakarsa karyawan dapat berkembang. Penempatan yang sesuai dan tepat merupakan motivasi yang akan menimbulkan antusias dan
semangat kerja yang tinggi bagi seseorang dalam mengerjakan pekerjaan itu. Jadi penempatan karyawan yang sesuai dan tepat merupakan salah satu kunci
untuk memperoleh kinerja yang optimal dari setiap karyawan selain moral kerja, kreativitas, dan prakarsanya juga akan berkembang Hasibuan, 2006.
Selain itu, menurut Siagian 2009 bahwa kinerja para pegawai juga merupakan pencerminan prosedur pengadaan pegawai yang ditempuh oleh
bagian kepegawaian. Artinya, jika sistem rekruitmen, seleksi, pengenalan dan
160
penempatan pegawai sudah baik, sangat besar kemungkinan kinerja para pegawai pun akan memuaskan.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Schuler dan Jackson 1997 yang menyatakan penempatan adalah
pencocokan seseorang dengan jabatan yang akan dipegangnya, berdasarkan pada kebutuhan jabatan dan pengetahuan, keterampilan, kemampuan,
preferensi, dan kepribadian karyawan tersebut. Dari teori tersebut menunjukkan bahwa perusahaan harus tepat dalam menempatkan karyawan
serta mencocokan minat dan keterampilan karyawan agar mampu dalam menopang segala yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan demikian, hasil
penelitian ini sesuai dengan teori yang digunakan sebagai acuan dan sesuai pula dengan hasil-hasil penelitian yang relevan.
6.10 Pengaruh Penempatan Kerja Berdasarkan Kesesuaian Keterampilan