PERKEMBANGAN PENDIRIAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT DI EMPAT DESA PROYEK

1 5 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2000 memiliki keterbatasan sumberdaya staf dalam mendampingi dan menfasilitasi masyarakat khususnya dalam pelaksanaan pelatihan dan pendidikan. Hal ini juga berkaitan dengan prioritas kebutuhan masyarakat akan penanganan permasalahan isu yang ada di desanya yaitu masyarakat mengutamakan masalah lain yang dianggap lebih penting daripada pendirian DPL. Rangkuman perkembangan proses pendirian daerah perlindungan laut dimana Proyek Pesisir terlibat, mulai dari tahap persiapan hingga pengelolaan setelah implementasi, dapat dilihat dalam Tabel 1. Sementara ini perkembangan pendirian daerah perlindungan laut di desa Tumbak lebih maju dari perkembangan di desa Bentenan dan Talise. Di desa Tumbak, lokasi daerah perlindungan laut sudah ditentukan sementara peraturan desa dan kelompok pengelolanya sudah mulai dibicarakan. 6. APA YANG DAPAT DIPELAJARI DARI PENGALAMAN PENDIRIAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT? Pemeran utama dalam pendirian daerah perlindungan laut adalah anggota masyarakat desa dimana daerah perlindungan laut akan berada. Namun selain itu ada pemeran lain, yaitu penyuluh lapangan yang ditempatkan oleh Proyek Pesisir dan warga setempat yang berperan sebagai asisten penyuluh lapangan, kepala desa dan anggota kelompok inti berperan sebagai motor kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Dari catatan pengalaman masyarakat Blongko terlihat bahwa penyuluh lapangan dan asistennya, kelompok pengelola daerah perlindungan laut serta kepala desa sangat memiliki peran penting dalam kelancaran proses pendirian daerah perlindungan laut. Dengan mempertimbangkan peranan tersebut, ke-empat pemeran tersebut diharapkan memiliki kriteria yang mendukung partisipasi masyarakat desa dan prinsip-prinsip yang diterapkan proyek dalam menfasilitasi pendirian DPL. Penyuluh lapangan berfungsi sebagai jembatan antara manajemen proyek dan masyarakat desa. Tugas penyuluh lapangan adalah: 1 dapat berperan sebagai wakil proyek, koordinator, fasilitator dan mediator antara Proyek Pesisir, masyarakat dan pemerintahan; 2 membantu proses pelaksanaan proyek dengan bantuan asisten dan bertanggung-jawab terhadap Proyek Pesisir; 3 Melaksanakan dan k o o r d i n a s i p e n d i d i k a n lingkungan hidup kepada masyarakat desa; 4 M e m b a n g u n motivasi masyarakat desa untuk upaya pengelolaan pesisir. Seorang penyuluh lapangan merupakan ujung tombak proyek karena terlibat mulai dari awal persiapan pelaksanaan proyek di desa hingga masyarakat desa memiliki kemampuan yang memadai untuk mengelola sumberdaya pesisir sesuai dengan norma keterpaduan, kelangsungan sustainability, dan dalam sosialisasi proyek ke lingkungan masyarakat dan kegiatan proyek dalam rangka mengenal masyarakat. Tugas-tugas seperti itu tampaknya memerlukan seseorang yang memiliki kriteria sebagaimana dicantumkan dalam kotak. Untuk melaksanakan tugasnya, penyuluh lapangan ini dibantu oleh asisten penyuluh lapangan yang diambil dari masyarakat desa setempat. Ide dibalik pengangkatan seorang asisten penyuluh lapangan yang berasal dari desa proyek adalah untuk memudahkan komunikasi antara proyek dengan masyarakat setempat. Tugas asisten penyuluh lapangan adalah: 1 Kriteria penyuluh lapangan Orang luar desa dan bersedia tinggal di desa; Memiliki latar belakang pengetahuan yang memadai; sebaiknya yang mengenal aspek lingkungan dan masyarakat pesisir, misalnya perikanan atau kelautan; Bersedia dilatih untuk meningkatkan kapasitas dalam mengkoordinasikan masyarakat, proyek dan pimpinan pemerintahan serta stakeholder pesisir; Memiliki jiwa pemimpin serta mau mendengar dan belajar dari masyarakat. Bisa bekerjasama dengan pimpinan desa dan asisten penyuluh lapangan; Memiliki pendidikan minimum SMU atau sederajat; Bersikap dewasa dalam berfikir dan bertindak, sehat dan kuat fisik maupun metal, memiliki inisitatif, kreatif, jujur, terbuka dan dapat dipercaya; Mendapat dukungan dari keluarga; Memiliki komitmen untuk berpartisipasi kapan saja. Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2000 1 6 membantu penyuluh lapangan dalam proses pelaksanaan proyek dengan bantuan asisten dan bertanggung-jawab terhadap Proyek Pesisir; 2 sebagai fasilitator dan mediator antara Proyek Pesisir dan penyuluh lapangan, masyarakat serta pemerintahan; 3 membangun motivasi masyarakat desa untuk upaya pengelolaan pesisir; 4 menjadi anggota kelompok inti; 5 bertanggungjawab kepada penyuluh lapangan. Kriteria seorang asisten penyuluh lapangan sebaiknya seperti yang tercantum dalam kotak. Kelancaran penyelenggaraan suatu kegiatan tergantung juga pada pimpinan formal di wilayah kepala desa. Komitmen kepala desa untuk mendukung Proyek Pesisir merupakan modal dasar dari kelancaran tersebut. Komitmen ini timbul setelah kepala desa mengetahui manfaat suatu kegiatan bagi masyarakatnya. Dengan komitmennya, kepala desa akan memfasilitasi proyek, memberikan motivasi kepada masyarakat untuk mendukung kegiatan. Salah satu sifat kepala desa yang penting perlu dicatat dalam memfasilitasi proyek adalah sifat sabar dalam arti memberi kesempatan kepada anggota masyarakatnya untuk memahami makna atau manfaat kegiatan. Sifat ini perlu digarisbawahi mengingat dalam proyek ini aspek partisipasi masyarakat atau community-based adalah ciri utama dari contoh pengelolaan pesisir yang diperkenalkan. Sifat sabar ini berlaku juga untuk pelaku-pelaku lain dari kegiatan-kegiatan di desa. Jika makna dan manfaat suatu kegiatan telah diketahui oleh anggota masyarakat maka kesinambungan sustainability relatif lebih terjamin karena dapat menimbulkan masyarakat merasa memiliki dan kemudian menjadi merasa bertanggungjawab. Peran kepala pemerintahan yang lebih tinggi, misalnya camat, juga penting. Namun peran khusus camat ini terutama sebagai pemberi dukungan resmi terhadap upaya-upaya yang dilakukan desa. Sebagai kepala pemerintahan yang membawahi sejumlah desa, camat memiliki posisi strategis sebagai pejabat yang menyebarluaskan pengalaman desa proyek kepada desa- desa lainnya. Oleh karena itu, seorang camat seyogyanya mengetahui perkembangan terakhir upaya-upaya yang berlangsung di desa. Kriteria sebuah daerah perlindungan laut yang dikelola masyarakat desa Berbagai hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan sebuah daerah perlindungan laut adalah kemampuan masyarakat desa dalam mengawasi kawasan dimana kegiatan eksploitatif tidak diperkenankan. Hal ini sangat mempengaruhi pemilihan lokasi dan besar ukuran daerah perlindungan laut. Hal lain yang har us diperhatikan adalah kualitas aspek estetika kawasan ditinjau dari kualitas terumbu karang dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, kesepakatan masyarakat tentang pengelolaan dan pemanfaatan daerah perlindungan laut, dan tingkat ancaman terhadap kelestarian terumbu karang. Berdasarkan hal-hal Kriteria asisten penyuluh lapangan Orang penduduk asli desa dan diterima oleh masyarakat desa; Bisa bekerjasama dengan penyuluh lapangan dan pimpinan desa; Memiliki pendidikan minimum SMU atau sederajat; Bersikap dewasa dalam berfikir dan bertindak, sehat dan kuat fisik maupun metal, memiliki inisitatif, kreatif, jujur, terbuka dan dapat dipercaya; Mendapat dukungan dari keluarga; Memiliki komitmen untuk berpartisipasi kapan saja Kriteria sebuah daerah perlindungan laut yang dikelola masyarakat desa Lokasinya relatif dekat dengan pemukiman desa sehingga mudah diawasi atau dipantau; Ukurannya masih sanggup ditangani oleh desa, anggapan ideal 10 dari luas seluruh terumbu karang yang ada; Terdapat terumbu karang yang kondisinya masih bagus dan lebih dominan dari padang- lamun serta memiliki keanekaragaman ikan dan biota yang relatif tinggi untuk memudahkan pengelolaan; Habitat tersebut kurang dimanfaatkan, baik oleh orang desa maupun oleh orang luar; bukan daerah penangkapan ikan utama, tapi mungkin lokasi alternatif; Ada kesepakatan dan komitmen dari para stake- holder tentang pemanfaatan dan pengelolaannya; Lokasinya tidak mengalami sedimentasi dan jauh dari sumber polusi.