PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL LESSONS
Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2000 4 8
yang akan dikembangkan. Pembuatan peta lokasi kepemilikan tambak dengan melibatkan masyarakat secara langsung menghilangkan kecurigaan
mereka terhadap anggapan bahwa pihak luar datang untuk menguasai atau mengambil alih lahan mereka.
Namun dengan keterbatasan waktu dan kurangnya sosialisasi tujuan dari survei mengakibatkan terjadi salah pengertian antara masyarakat dan
tim penggali data. Masyarakat menaruh curiga pada tim penggali data, karena ada dugaan oleh masyarakat akan adanya pengambil alihan ataupun
pemberian sertifikat masal lahan tambak. Hal ini dikarenakan penduduk belum mengerti secara jelas tujuan dari penggalian data-data tersebut, dan
juga timbul rasa curiga, yang akhirnya masyarakat akan memberikan data yang didasari pada kepentingan sendiri untuk ‘penyelamatan diri’.
Penentuan desa lokasi percontohan
Selain melibatkan masyarakat, proses penentuan desa lokasi percontohan perlu melibatkan pemerintah daerah Kepala Pemerintahan
Wilayah, kepala-kepala dinas dan lain lain. Keterlibatan dan partisipasi pemerintah ini sangat penting untuk mendapatkan dukungan dan komitmen
pemerintah dalam pelaksanaan program. Cermin kesungguhan pemerintah ini selanjutnya akan menumbuhkan semangat, komitmen dan kepercayaan
diri masyarakat dalam mendukung terlaksananya program-program yang diinginkannya.
Pembentukan Tim Pantai Timur
Komposisi anggota tim yang akan melakukan kontak dengan masyarakat perlu memperhatikan aspek gender. Hal ini penting terutama
jika tim akan berhubungan dengan kelompok masyarakat yang memisahkan laki-laki dan perempuan dalam aktivitas religiusnya. Fasilitator wanita
menghadapi kesulitan sulit untuk bersosialisasi dengan kelompok pria di desa. Pada siang hari kaum pria umumnya pergi bekerja baik di sawah,
tambak ataupun berdagang. Fasilitator wanita agak sulit untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan kaum pria tersebut. Pada sore dan malam
hari, masyarakat biasanya melakukan kegiatan pengajian dimana antara kaum wanita dan pria terpisah. Oleh karena itu, efektifitas dan efisiensi kegiatan
pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator wanita relatif rendah untuk berkomunikasi dengan kaum pria. Padahal jenis pertemuan masyarakat
seperti ini merupakan forum yang baik untuk mensosialisasikan program. Selain faktor gender, anggota tim seyogyanya memiliki kapasitas untuk dapat
memahami budaya dan bahasa masyarakat setempat.
Kesamaan persepsi di antara anggota tim tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan proyek sangat menentukan kelancaran pencapaian tujuan
pembentukan tim. Perbedaan persepsi di antara anggota tim akan dapat membingungkan dan juga menimbulkan salah pengertian masyarakat yang
menjadi target pendampingan. Sehingga pada akhirnya dapat menghambat kelancaran dan keberhasilan kegiatan tersebut.
Sosialisasi tim dan kegiatannya
Meskipun kegiatan sosialisasi sebenarnya sudah diawali pada saat kegiatan penentuan lokasi, namun sosialisasi seyogyanya tidak berhenti setelah
satu tahap kegiatan terlaksana. Dengan kata lain kegiatan sosialisasi sebaiknya harus terus menerus hingga masyarakat benar-benar memahami proses
pelaksanaan program dan manfaat yang akan diperoleh masyarakat. Kegiatan sosialisasi disamping berfungsi untuk menjelaskan tujuan kegiatan kepada
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMBENTUKAN TIM PENDAMPING SEPERTI TPT
Komposisi gender anggota tim; Kesamaan visi dan misi sesama anggota;
Anggota memahami budaya dan adat masyarakat setempat; Anggota mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat di desa;
Anggota memiliki pengetahuan yang memadai dalam memfasilitasi masyarakat; Anggota bersedia dilatih dan dapat dilatih untuk menambah pengetahuan
yang relevan dengan tujuan pengembangan program; Anggota sabar dan mau mendengar serta belajar dari masyarakat;
Anggota memiliki komitmen untuk berpartisipasi kapan saja; Anggota mendapat dukungan dari keluarga, dan menempatkan kepentingan
didesa diatas kepentingan keluarga; Anggota memiliki inisitif dan bersifat, kreatif dan jujur
4 9 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2000
masyarakat luas, juga dapat berfungsi sebagai media untuk membangun kontak dengan tokoh-tokoh kunci key persons, yaitu tokoh-tokoh masyarakat
yang berpengaruh, dan menemukan berbagai permasalahan atau isu yang terjadi dalam masyarakat. Kepala desa, pemuka adat dan agama ini sangat
penting untuk dihubungi dan dilibatkan dalam menciptakan kelancaran komunikasi antara fasilitator dengan masyarakat. Dalam komunikasi ini
seyogyanya terbentuk pula dukungan dan komitmen dari para tokoh masyarakat tersebut untuk mendukung program ini.
Beberapa hal penting yang perlu disampaikan kepada masyarakat adalah tujuan kegiatan dan manfaatnya bagi masyarakat serta peran fasilitator
atau tim pendampin dalam kegiatan tersebut. Hal ini sangat penting agar tidak timbul salah paham dan menjadikan masyarakat tidak terlalu tergantung
kepada TPT. Masyarakat harus disiapkan agar mereka menyadari bahwa keberadaan TPT di lokasi hanyalah untuk sekedar membantu dan
mendampingi mereka. Keseluruhan dari kegiatan akan dikembangkan haruslah mencerminkan keinginan masyarakat setempat. Tim pendamping
lebih berperan sebagai pihak yang menjelaskan dan memberikan pemahaman sekaligus memberikan pengarahan kepada masyarakat tentang manfaat
kegiatan dan kontribusi yang perlu disiapkan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut.
Studi banding
Studi banding sangat efektif untuk meningkatkan dan mengembangkan kapasitas capacity building perorangan maupun tim,
membuka wawasan, serta merangsang tumbuhnya ide-ide masyarakat untuk mengatasi permasalahannya.