Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2000 1 4
5. PERKEMBANGAN PENDIRIAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT DI EMPAT DESA PROYEK
Saat ini ada indikasi bahwa desa lain Tumbak, Bentenan dan Talise ingin segera memiliki daerah perlindungan laut marine sanctuary. Keinginan
ini semakin besar terutama setelah proses pendirian daerah perlindungan laut di desa Blongko semakin jelas dan populer. Namun mengingat ada
perbedaan fokus kegiatan dan prioritas, tingkat perkembangan proses pendirian daerah perlindungan laut di tiap desa. Ini disebabkan oleh strategi
proyek yang memfokuskan pada salah satu desa Blongko agar dapat menarik pelajaran dari proses yang terjadi di desa tersebut sebelum pelaksanaan
kegiatan serupa di desa lainnya. Strategi ini diterapkan karena Proyek Pesisir Rp 2,561.000,- . Bahan yang diperlukan untuk tanda batas adalah tali-temali,
bahan pelampung, bahan jangkar, kain bendera tanda dan perkakas tukang. Dalam konteks proses pendirian daerah perlindungan laut di desa Blongko,
sumberdaya yang diberikan untuk merangkul dukungan masyarakat, dilakukan dengan pemberian bantuan teknis dana, seperti bantuan terhadap
pembangunan jaringan air bersih dan MCK. Total besarnya biaya yang dikeluarkan oleh PP Sulut untuk pembangunan perbaikan sistem air bersih
adalah Rp 2.400.000,-. Uang ini sebagai pelengkap karena sudah ada bantuan pemerintah sebesar Rp 61.500.000,- dalam bentuk jaringan air minum dan
kontribusi masyarakat senilai Rp 10.100.000,- dalam bentuk bahan bangunan material dan tenaga kerja.
Untuk pembangunan satu unit MCK diperlukan dana sebesar Rp
1.737.000,-. Masyarakat Blongko menyiapkan kontribusi sebesar Rp
497.500,- dalam bentuk bahan bangunan lokal dan tenaga. Sisa
kekurangan dana disediakan oleh PP Sulut Rp 1.239.500 untuk pembelian
bahan bangunan yang tidak tersedia di lingkungan desa, seperti atap seng,
kloset, batubata, kayu dan paku. Jumlah MCK yang dibangun di desa Blongko
adalah 11 unit, sehingga total kontribusi PP Sulut untuk pembangunan fasilitas
ini adalah Rp 13.634.500.
No. Kegiatan
Blongko Bentenan
Tumbak Talise
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Survei data dasar Sosialisasi daerah perlindungan laut
Pembentukan kelompok pengelola Pendidikan lingkungan hidup
Studi banding Penentuan lokasi daerah perlindungan laut
Konsultasi peraturan daerah perlindungan laut Pemasangan tanda batas, papan informasi
Pengesahan peraturan Implementasipelaksanaan
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
- -
- x
x x
x x
x
x x
x x
x x
- -
-
Tabel 1. Perkembangan pendirian daerah perlindungan laut di empat desa Proyek Pesisir Blongko, Bentenan, Tumbak dan Talise.
Keterangan: x: sudah selesai, : sebagian atau masih dalam proses, -: belum dilaksanakan
1 5 Pelajaran dari Pengalaman Proyek Pesisir 1997 - 2000
memiliki keterbatasan sumberdaya staf dalam mendampingi dan menfasilitasi masyarakat khususnya dalam pelaksanaan pelatihan dan
pendidikan. Hal ini juga berkaitan dengan prioritas kebutuhan masyarakat akan penanganan permasalahan isu yang ada di desanya yaitu masyarakat
mengutamakan masalah lain yang dianggap lebih penting daripada pendirian DPL.
Rangkuman perkembangan proses pendirian daerah perlindungan laut dimana Proyek Pesisir terlibat, mulai dari tahap persiapan hingga pengelolaan
setelah implementasi, dapat dilihat dalam Tabel 1. Sementara ini perkembangan pendirian daerah perlindungan laut di desa Tumbak lebih
maju dari perkembangan di desa Bentenan dan Talise. Di desa Tumbak, lokasi daerah perlindungan laut sudah ditentukan sementara peraturan desa
dan kelompok pengelolanya sudah mulai dibicarakan.
6. APA YANG DAPAT DIPELAJARI DARI PENGALAMAN PENDIRIAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT?
Pemeran utama dalam pendirian daerah perlindungan laut adalah anggota masyarakat desa dimana daerah perlindungan laut akan berada.
Namun selain itu ada pemeran lain, yaitu penyuluh lapangan yang ditempatkan oleh Proyek Pesisir dan warga setempat yang berperan sebagai
asisten penyuluh lapangan, kepala desa dan anggota kelompok inti berperan sebagai motor kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.
Dari catatan pengalaman masyarakat Blongko terlihat bahwa penyuluh lapangan dan asistennya, kelompok pengelola daerah perlindungan laut serta
kepala desa sangat memiliki peran penting dalam kelancaran proses pendirian daerah perlindungan laut. Dengan mempertimbangkan peranan tersebut,
ke-empat pemeran tersebut diharapkan memiliki kriteria yang mendukung partisipasi masyarakat desa dan prinsip-prinsip yang diterapkan proyek dalam
menfasilitasi pendirian DPL.
Penyuluh lapangan berfungsi sebagai jembatan antara manajemen proyek dan masyarakat desa. Tugas penyuluh lapangan adalah: 1 dapat
berperan sebagai wakil proyek, koordinator, fasilitator dan mediator antara Proyek Pesisir, masyarakat dan pemerintahan; 2 membantu proses
pelaksanaan proyek dengan bantuan
asisten dan bertanggung-jawab
terhadap Proyek Pesisir; 3
Melaksanakan dan k o o r d i n a s i
p e n d i d i k a n lingkungan hidup
kepada masyarakat desa; 4
M e m b a n g u n motivasi masyarakat
desa untuk upaya pengelolaan pesisir.
Seorang penyuluh lapangan merupakan
ujung tombak proyek karena
terlibat mulai dari
awal persiapan pelaksanaan proyek di desa hingga masyarakat desa memiliki kemampuan yang memadai untuk mengelola sumberdaya pesisir sesuai
dengan norma keterpaduan, kelangsungan sustainability, dan dalam sosialisasi proyek ke lingkungan masyarakat dan kegiatan proyek dalam
rangka mengenal masyarakat. Tugas-tugas seperti itu tampaknya memerlukan seseorang yang memiliki kriteria sebagaimana dicantumkan
dalam kotak.
Untuk melaksanakan tugasnya, penyuluh lapangan ini dibantu oleh asisten penyuluh lapangan yang diambil dari masyarakat desa setempat.
Ide dibalik pengangkatan seorang asisten penyuluh lapangan yang berasal dari desa proyek adalah untuk memudahkan komunikasi antara proyek
dengan masyarakat setempat. Tugas asisten penyuluh lapangan adalah: 1
Kriteria penyuluh lapangan
Orang luar desa dan bersedia tinggal di desa; Memiliki latar belakang pengetahuan yang
memadai; sebaiknya yang mengenal aspek lingkungan dan masyarakat pesisir, misalnya
perikanan atau kelautan; Bersedia dilatih untuk meningkatkan kapasitas
dalam mengkoordinasikan masyarakat, proyek dan pimpinan pemerintahan serta stakeholder
pesisir; Memiliki jiwa pemimpin serta mau mendengar
dan belajar dari masyarakat. Bisa bekerjasama dengan pimpinan desa dan
asisten penyuluh lapangan; Memiliki pendidikan minimum SMU atau
sederajat; Bersikap dewasa dalam berfikir dan bertindak,
sehat dan kuat fisik maupun metal, memiliki inisitatif, kreatif, jujur, terbuka dan dapat
dipercaya; Mendapat dukungan dari keluarga;
Memiliki komitmen untuk berpartisipasi kapan saja.