81
2013. Setelah menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik, guru menyampaikan metode yang akan digunakan,
yakni metode ceramah dan diskusi singkat. Guru menggunakan metode tersebut karena guru hanya mempunyai sedikit waktu untuk
melaksanakan pembelajaran. Bangun Ruang Sisi Datar yang seharusnya dilaksanakan dalam 8 jam pelajaran, ini hanya
dilaksanakan dalam 5 jam pelajaran. Peserta didik diminta memerhatikan setiap penjelasan guru karena guru mengajar dengan
tempo yang cepat dan langsung pada inti pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Setelah penulis mengamati kegiatan pembelajaran di kelas pada 3 kali pertemuan, dapat penulis simpulkan bahwa guru pada tahapan
Pendahuluan pembelajaran tidak banyak melibatkan peserta didik akan tetapi lebih fokus pada materi yang diajarkan. Waktu yang
singkat setiap pembelajaran membebani guru dan berdampak pada kurang terpenuhinya aspek pada tahapan pendahuluan pembelajaran.
4.4.1.2. Tahap Inti Pembelajaran
Tahapan kedua adalah Kegiatan Inti Pembelajaran. Ada 6 aspek dalam tahapan ini, yaitu : pertama, penguasaan materi pelajaran,
kedua, penerapan strategi pembelajaran yang mendidik, ketiga, penerapan pendekatan saintifik, keempat, pemanfaatan sumber
belajarmedia dalam pembelajaran, kelima, pelibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan keenam, penggunaan bahasa yang benar dan
82
tepat dalam pembelajaran. Hasil analisisnya adalah 61,1 yang berarti termasuk dalam kategori cukup sesuai dengan yang diidealkan
Kurikulum 2013. 1.
Aspek penguasaan materi pelajaran Dari 3 pertemuan, indikator pertama yaitu “Kemampuan
menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran” selalu disampaikan oleh guru. Materi yang disampaikan guru sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Guru menjelaskan mengenai cara mencari luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar sehingga tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dapat tersampaikan dengan baik. Indikator kedua yaitu “Kemampuan mengaitkan materi dengan
pengetahuan lain yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.” Dalam tiga pertemuan guru tidak mengungkapkan contoh-
contoh dari materi yang ada. Beberapa contoh yang dikemukakan kurang relevan dengan perkembangan Iptek maupun dengan
pengetahuan lain, meskipun sudah sesuai dengan kenyataan. Bagi peserta didik, pelajaran akan lebih menarik jika materi yang
disampaikan ada kaitannya dengan kehidupan nyata dan pengetahuan lain yang mereka miliki selain sebagai bekal untuk menghadapi
ulangan atau ujian. Indikator ketiga adalah menyajikan pembahasan materi
pembelajaran dengan tepat. Hanya pada pertemuan pertama dan kedua guru melakukan hal ini, sedangkan pada pertemuan ketiga guru tidak
83
melakukan. Pembahasan materi dengan alur yang tepat sangat membantu peserta didik dalam menguasi kompetensi yang
diharapkan. Pembahasan materi yang dilakukan guru dinilai tepat dan sesuai dengan materi ajar. Materi “luas permukaan dan volume
bangun ruang sisi datar” dibahas dengan sangat jelas dan tepat. Hal ini memudahkan peserta didik menerima pelajaran dan menyiasati
kurangnya waktu pembelajaran. Untuk indikator keempat yaitu menyajikan materi secara
sistematis dari mudah ke sulit, dari konkret ke abstrak guru selalu
melakukan pada 3 pertemuan. MPG Matematika 2013 menyebutkan
pendekatan saintifik atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, lebih mengedepankan penalaran induktif inductive reasoning
daripada penalaran deduktif deductive reasoning. Guru dengan cermat memberikan penjelasan dari contoh yang mudah dan nyata
kemudian secara perlahan menuju ke hal yang agak sulit dan abstrak. Hal tersebut dilakukan dengan baik oleh guru walaupun guru hanya
memberikan sedikit contoh. Guru
menguasai materi
pembelajaran dan
cenderung menyajikan materi secara ringkas. Keterlibatan peserta didik yang
kurang dan guru yang agak tergesa-gesa dalam mengajar mengakibatkan guru kurang mengaitkan materi dengan pengetahuan
lain yang relevan, perkembangan Iptek, dan kehidupan nyata. Akan tetapi, karena pembelajaran disajikan secara sistematis, peserta didik
84
tidak mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru.
2. Aspek penerapan strategi pembelajaran yang mendidik
Sebagaimana diungkapkan dalam Permendikbud No. 41 Tahun 2007, pembelajaran merupakan proses yang mengandung serangkaian
perbuatan antara guru, peserta didik, dan sumber belajar pada suatu lingkungan yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu dan memperoleh pengalaman yang bermakna. Untuk mencapai tujuan tertentu dan memperoleh pengalaman yang bermakna
pembelajaran harus tetap berada pada lingkar mendidik. Indikator yang ada dalam aspek ini, pertama, melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan kompetensi yang akan dicapai, kedua, memfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, ketiga,
melaksanakan pembelajaran secara runtut, keempat, menguasai kelas, kelima, melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual,
keenam, melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif nurturant effect dan ketujuh, melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Dalam observasi yang dilakukan penulis di kelas 8E sebanyak 3
kali pertemuan, guru selalu melakukan indikator pertama, ketiga, keempat, dan keenam. Guru selalu melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan kompetansi yang akan dicapai. Dalam pembelajaran guru selalau menyampaikan materi secara runtut mulai dengan kubus,
85
balok, prisma, dan limas. Secara umum guru dapat menguasai kelas dengan baik, walaupun peserta didik cenderung ramai karena belum
memahami penjelasan
guru. Guru
mampu melaksanakan
pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, misalnya bertanya jika mengalami kesulitan, mendengarkan orang lain
yang sedang berbicara, menghargai teman, memberikan pujian bagi yang berhasil, dan menghagai usaha bagi yang belum berhasil.
Indikator yang masih perlu diperhatikan adalah indikator kedua, kelima, dan ketujuh. Ketiga indikator ini dari 3 kali pertemuan belum
dilakukan. Guru belum memfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, serta belum
melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual. Kedua hal ini cenderung kurang ditunjukkan dalam proses pembelajaran karena
pembelajaran masih berpusat pada guru sebagai satu-satunya sumber belajar dan kurangnya contoh yang bersifat kontekstual. Hal ini tidak
selaras dengan tujuan Kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada proses pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan. Peserta
didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru hanyalah seorang fasilitator
yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Guru juga belum melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan. Dalam satu pertemuan guru meninggalkan kelas
86
sebelum waktu pembelajaran berakhir dan waktu pembelajaran dikurangi dalam satu pertemuan.
3. Aspek penerapan pendekatan saintifik
Pada aspek ini terdapat 7 indikator yang akan dikaji. Pertama, memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana. Setelah kegiatan
pembelajaran kelas 8E dianalisis, dari 3 kali pertemuan guru melakukan pada pertemuan pertama dan kedua, itu pun tidak banyak,
sedang pada pertemuan ketiga, guru tidak melakukan. Guru lebih banyak memberikan ceramah tentang materi pembelajaran. Dari hasil
deskripsi pembelajaran, hanya beberapa kali guru bertanya kepada peserta didik. Guru menanyakan kepada peserta didik mengenai
rusuk. Atau Guru menanyakan cara mencari panjang diagonal ruang kepada peserta didik dengan memberikan catatan, yang harus
diperhatikan adalah panjang, lebar, dan tinggi. Pertanyaan tersebut
memancing peserta didik untuk mengamati objek yang dihadirkan guru. Guru menyajikan gambar di papan tulis yang dapat
menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik. Indikator kedua adalah memancing peserta didik untuk bertanya.
Dari 3 kali pertemuan, guru belum melakukan hal ini. Guru tidak membuat peserta didik banyak bertanya. Sebagian besar pertanyaan
peserta didik disebabkan peserta didik kurang mendengarkan penjelasan dari guru dan kurang memahami materi, bukan pertanyaan
mengenai pengembangan kreativitas, rasa ingin tahu, atau kemampuan
87
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis sesuai dengan Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013.
Ketiga adalah indikator memfasilitasi peserta didik untuk mecoba. Sama seperti sebelumnya, dari 3 kali pertemuan hal ini juga
belum dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Diungkapkan M. Hosnan 2014: 67, dengan melakukan eksperimen atau mencoba,
peserta didik menjadi lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari pendidik dan buku, dapat memperkaya pengalaman,
mengembangkan sifat ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan peserta didik. Hal-hal tersebut kurang didapatkan
oleh peserta didik saat kegiatan pembelajaran. Indikator keempat adalah memfasilitasi peserta didik untuk
mengamati. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013,
hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat,
menyimak, mendengar, dan membaca sehingga meniscayakan keterlibatan peserta didik secara langsung. Kegiatan tersebut dalam 3
kali pertemuan telah diterapkan oleh guru. Peserta didik diajak untuk melihat guru mencontohkan proses menggambar dan memberi nama
bangun ruang. Peserta didik menyimak dan mendengarkan penjelasan guru dan membaca buku siswa sebagai sumber belajar, serta
membaca tulisan guru di papan tulis.
88
Indikator kelima adalah memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis atau mengolah informasi. Menurut H. E. Mulyasa 2014:
66, kemampuan mengolah informasi atau analisis melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus
dimiliki oleh peserta didik. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk menemukan
katerkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil kesimpulan dari pola
yang ditemukan. Guru mengajak peserta didik mengolah informasi dari hasil pengamatan terhadap penjelasan yang diberikan guru
sehingga peserta didik mampu menangkap maksud guru dan memahami setiap pesan dan pembelajaran dari guru. Dalam 3 kali
pertemuan, guru selalu melaksanakan hal ini. Hal tersebut dtunjukkan pada saat menentukan luas permukaan bangun ruang sisi datar dengan
terlebih dahulu menentukan luas sisi-sisi datarnya. Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar proses
berfikir yang logis dan sistematis merupakan indikator keenam. Menalar, sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor
81A Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan
baik terbatas
dari hasil
kegiatan mengumpulkaneksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati
dan kegiatan mengumpulkan informasi. Dalam kegiatan pembelajaran, hal ini belum terlihat karena peserta didik sama sekali tidak
89
melaksanakan eksperimen
atau percobaan
sehingga sulit
memunculkan proses berpikir yang logis dan sistematis. Indikator terakhir adalah memfasilitasi peserta didik untuk
berkomunikasi. Berkomunikasi dan membentuk jejaring atau networking menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 adalah
menyampaikan hasil pengamatan atau menyampaikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik. Hal ini belum
dilaksanakan oleh guru dalam 3 kali pertemuan karena tidak sekali pun peserta didik melaksanakan proses pembelajaran dengan metode
diskusi. Sepenuhnya guru mengambil peran utama dalam proses pembelajaran dan tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengamati maupun menganalisis materi dalam diskusi kelompok. Hal ini berakibat tidak ada bahan bagi peserta didik untuk
mengomunikasikan hasil pengamatan atau analisisnya. Pendapat M. Hosnan 2014: 34 bahwa pendekatan saintifik
adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hokum, atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati untuk mengidentifikasi dan menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
90
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi dapat berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari
guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari
berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberi tahu. Jika mengacu pada hal ini, maka kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
belum sesuai dengan yang diharapkan karena kurang sesuai dengan karakteristik pembelajaran dengan metode saintifik menurut M.
Hosnan 2014: 36. Kegiatan pembelajaran tidak berpusat pada peserta didik, tidak melibatkan keterampilan proses sains dalam
mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip, kurang dalam hal melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat peserta didik, dan kurang mengembangkan karakter peserta didik
karena semua dalam kendali guru. 4.
Aspek keempat pemanfaatan sumber belajarmedia dalam pembelajaran.
Penggunaan sumber belajar sebagai penunjang kegiatan pembelajaran adalah penggunaan buku pegangan siswa, buku
pegangan guru, maupun buku lain sebagai sumber belajar. Media pembelajaran sangat beragam jenisnya. Untuk materi Bangun Ruang
91
Sisi Datar ini beberapa media yang bisa digunakan adalah barang- barang berbentuk kubus, balok, prisma, dan limas, seperti kardus
makanan, bekas bungkus coklat, atau kotak makanan. Kerangka bangun ruang kubus, balok, prisma, dan limas juga merupakan media
yang mendukung proses pembelajaran. Media lainnya adalah proyektor, laptop, dan power point materi ajar.
Dari lima indikator aspek keempat, hanya 2 yang terpenuhi yakni melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar
dan melibatkan peserta didik dalam memanfaatkan media pembelajaran. Guru mengajar hanya berbekal pengetahuan mandirinya
tanpa menggunakan media yang bermakna. Guru menggunakan papan tulis sebagai media dan menggambar bangun ruang untuk membantu
pemahaman peserta didik. Guru menggunakan media ruang kelas sebagai contoh bangun ruang kubus dan balok. Guru selalu melibatkan
peserta didik dalam penggunaan media ini. Sumber belajar yang dimiliki peserta didik adalah Buku Matematika Kelas VIII SMPMts
Kurikulum 2013 yang dipinjamkan sekolah kepada seluruh peserta didik.
Saat kegiatan
pembelajaran berlangsung,
guru jarang
menggunakan buku pegangan guru. Guru menggunakan buku pegangan guru hanya pada saat memberikan soal kepada peserta didik.
Guru kurang menghasilkan pesan yang menarik bagi peserta didik.
92
Menurut Kemendikbud, sedikitnya ada dua faktor besar dalam keberhasilan Kurikulum 2013. Salah satunya yaitu kesesuaian
kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan PTK dengan kurikulum dan buku teks. Buku teks yang diterbitkan pemerintah
adalah Buku Matematika Kelas VIII SMPMTs Kurikulum 2013 yang ditulis berdasarkan pada materi dan kompetensi yang disesuaikan
dengan standar internasonal. Kompetensi pengetahuan tidak hanya meliputi kemampuan memahami secara konseptual, tetapi sampai
kepada penerapan melalui pengetahuan prosedural dalam pemecahan masalah matematika. Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus
dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013,
peserta didik diberanikan untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Akan tetapi masalah yang
timbul adalah dalam buku teks mata pelajaran Matematika SMP, materinya terlalu tinggi sehingga kurang sesuai untuk anak-anak yang
baru lulus sekolah dasar. Berdasarkan daftar pustaka yang disajikan pada bagian akhir
buku, buku teks Matematika menggunakan buku-buku referensi untuk konsumsi mahasiswa Jurusan Matematika. Contoh soal yang disajikan
pun tidak berjenjang dari mudah ke sukar, namun langsung ke persoalan yang sukar dipahami oleh peserta didik. Bahkan, banyak
soal latihan yang bobotnya setara dengan soal-soal untuk Olimpiade
93
Sains Nasional OSN. Bukan hanya peserta didik yang mengeluhkan sulitnya memahami buku teks, guru pun demikian. Masalah yang
timbul ini menjadikan buku teks Matematika jarang digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
5. Aspek kelima pelibatan peserta didik dalam pembelajaran.
Secara keseluruhan aspek ini sudah dilaksanakan guru selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Peserta didik menikmati cara
guru mengajar dan guru mampu melibatkan peserta didik dalam menjawab soal maupun menjawab pertanyaan peserta didik. Respon
positif ditunjukkan saat guru memberikan pujian dan menanggapi segala bentuk pertanyaan dan komentar peserta didik dengan bijak.
Ada sedikit kendala karena sumber belajar tidak begitu berperan sehingga partisipasi peserta didik terbentuk hanya pada saat guru
memberikan penjelasan, tidak bisa lebih dari itu. Pelibatan peserta didik secara umum dapat dinilai baik. Hanya
sedikit kurang pada bagian menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, dan sumber belajar.
Interaksi antara guru dan peserta didik baik, tetapi interaksi antara guru dan peserta didik dengan sumber belajar masih kurang.
Sedangkan indikator lain yakni merespon positif partisipasi peserta didik, menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik,
menunjukkan hubungan
antar pribadi
yang kondusif,
dan
94
menumbuhkan keceriaan atau antuisiasme peserta didik dalam belajar sudah dilaksakan dengan baik.
6. Aspek keenam penggunaan bahasa yang benar dan tepat dalam
pembelajaran. Pada aspek keenam ada 2 indikator yang diamati yaitu 1
menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar dan 2 menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. Kedua hal ini selalu
dilaksanakan guru pada 3 kali pertemuan. Secara umum bahasa tulis dan bahasa lisan yang digunakan guru sudah sesuai dengan EYD
Bahasa Indonesia. Namun pada beberapa kesempatan guru masih menggunakan bahasa daerah. Penggunaan bahasa daerah ini masih
dapat dimengerti oleh peserta didik sehingga tidak menghambat kegiatan pembelajaran, tetapi justru memperjelas pembahasan materi
pembelajaran. Setelah peneliti mengamati kegiatan pembelajaran di kelas pada
3 kali pertemuan, dapat disimpulkan bahwa guru pada tahapan inti pembelajaran cukup sesuai dengan kegiatan pembelajaran Kurikulum
2013. Untuk mencapai pembelajaran yang diidealkan dalam Kurikulum 2013, perlu pemenuhan pada 4 aspek pertama khususnya
aspek pendekatan saintifik.
95
4.4.1.3. Tahap Penutup Pembelajaran