96
guru mengajar hanya separuh waktu karena harus mengikuti rapat di luar sekolah sebagai persiapan UN kelas 9. Kedua hal tersebut
menunjukkan bahwa guru tidak melaksanakan indikator kedua dan ketiga. Tes lisan maupun tes tertulis sangat dibutuhkan untuk
mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Portofolio juga dibutuhkan untuk mengetahui kemampuan dan
tanggungjawab peserta didik atas tugas yang diberikan. Setelah peneliti mengamati kegiatan pembelajaran di kelas pada
3 kali pertemuan, dapat disimpulkan bahwa guru pada tahapan penutup pembelajaran kurang sesuai dengan kegiatan pembelajaran
Kurikulum 2013. Guru belum sepenuhnya melaksanakan seluruh tahapan penutup pembelajaran seperti yang diidealkan dalam
Kurikulum 2013. Untuk mencapai pembelajaran yang diidealkan dalam Kurikulum 2013, perlu pemenuhan pada 2 indikator yang masih
kurang yakni memberikan tes lisan, tes tertulis, dan mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio.
4.4.2. Pembahasan Hasil Analisis Keseluruhan Tahapan Pembelajaran
Hasil dari analisis kegiatan pembelajaran yang diperoleh adalah 55,6. Artinya kegiatan pembelajaran Matematika yang dilaksanakan di
kelas 8E SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta untuk materi Bangun Ruang Sisi Datar menurut standar yang diterbitkan MPG SMP Matematika tahun
2013 dikatakan kurang sesuai dengan pendekatan saintifik yang diidealkan Kurikulum 2013. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Ibu
97
Siska dan Ibu Eva. “Saya sendiri agak mengejar waktu saat melaksanakan
pembelajaran materi bangun ruang sisi datar, sehingga yang saya tekan kan adalah peserta didik mengerti rumus dan tahu cara mengerjakan soal.
Sebiasa mungkin pendekatan saintifik tetap diterapkan meski kurang bisa maksi
mal karena memang membutuhkan waktu yang lebih lama.” ungkap
Bu Siska. Meskipun begitu, pembelajaran yang dilaksanakan tetap sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai yakni menentukan luas permukaan
dan volume kubus, balok, prisma, dan limas. Senada dengan hal tersebut, Ibu Eva menyampaikan,
“Saya berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Kurikulum yang berlaku yakni Kurikulum 2013. Akan tetapi,
pada kenyataan di kelas memang pendekatan ilmiah atau saintifik tidak dapat dilakukan secara utuh karena adanya kendala. Kendala yang paling
sering dihadapi adalah waktu.”
Menurut M. Hosnan 2014 : 37, terdapat 8 prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Dari pembahasan 8 prinsip ini akan
menguatkan hasil analisis pembelajaran yang dilaksanakan di kelas 8E materi Bangun Ruang Sisi Datar. Pertama adalah pembelajaran berpusat
pada peserta didik. Hal ini tidak tercermin dalam pembelajaran materi Bangun Ruang Sisi Datar yang dilaksanakan di kelas 8E karena sebanyak 3
kali pertemuan guru menjadi pusat dari kegiatan pembelajaran dan peserta didik hanya memperhatikan setiap kali guru mengajar. Kedua adalah
pembelajaran membentuk student self concept. Yang dimaksud dengan student self concept adalah peserta didik secara aktif mengkonstruksi
98
konsep, hukum, atau perinsip melalui tahapan-tahapan mengamati untuk mengidentifikasi dan menemukan masalah. Karena dari 3 pertemuan tidak
ada satu pun yang menggunakan metode eksperimen, maka peserta didik tidak memiliki kesempatan untuk secara aktif mengkonstruksi konsep
hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati untuk mengidentifikasi dan menemukan masalah dari eksperimen yang dilakukan.
Ketiga adalah pembelajaran terhindar dari verbalisme. Verbalisme yang dimaksud di sini adalah terlampau banyak penjelasan yang diberikan guru
dan melebihi penekanan pada proses pencarian pengetahuan oleh peserta didik. Sama seperti prinsip yang kedua, prinsip ketiga ini juga tidak
dilaksanakan dengan baik. Hal ini memerlukan waktu dan kesiapan materi yang lebih banyak dari guru. Keempat dan kelima adalah pembelajaran
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip dan pembelajaran mendorong
terjadinya peningkatan kemampuan berpikir peserta didik. Apabila peserta didik diberi kesempatan untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep,
hukum, dan prinsip maka akan terjadi peningkatan kemampuan berpikir peserta didik. Sebaliknya, jika peserta didik diberikan materi dari guru
secara satu arah tanpa adanya proses mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip, maka kemampuan berpikir peserta didik tidak
meningkat. Begitu pula yang terlihat selama pembelajaran. Guru hanya memberikan pertanyaan sederhana mengani hal-hal yang tidak memerlukan
asimilasi atau akomodasi konsep, hukum, dan prinsip sehingga prinsip
99
keempat dan kelima juga kurang terpenuhi. Keenam adalah pembelajaran meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan motivasi mengajar guru.
Motivasi ini timbul karena adanya ketertarikan peserta didik untuk belajar dan kepiawaian guru membawakan materi pembelajaran. Sepanjang
pembelajaraan berlangsung, guru dinilai piawai membawa peserta didik ke dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik menyimak seluruh
pembelajaran dengan baik meskipun sebagian besar berupa transfer ilmu dari guru kepada peserta didik. Ketujuh adalah memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam komunikasi. Menyampaikan pendapat merupakan salah satu bentuk komunikasi yang
ingin dibangun dalam pendekatan saintifik Kurikulum 2013. Salah satu contoh sederhana yang dilakukan adalah dengan menjawab pertanyaan dari
guru, peserta didik sudah belajar berkomunikasi. Contoh lain yang dianjurkan adalah menyampaikan pendapatnya atau hasil analisisnya
mengenai suatu masalah yang diberikan guru dalam kaitannya dengan materi pembelajaran. Kedelapan adalah adanya proses validasi terhadap
konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya. Jika kembali pada prinsip ketujuh, jawaban peserta didik
terhadap pertanyaan yang diberikan guru sebenarnya tidaklah cukup dikatakan sebagai kegiatan komunikasi karena sebelumnya ada serangkaian
proses yang harus dilewati. Prinsip yang kedelapan adalah prinsip terakhir. Jika prinsip sebelumnya tidak tercapai, maka prinsip kedelapan ini juga
tidak tercapai. Guru hanya memberikan informasi pelajaran, dalam hal ini
100
transfer ilmu, bukan proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya.
Setelah dilakukan pembahasan hasil analisis ketiga tahapan pembelajaran sebagaimana yang tercantum dalam MPG SMP Matematika
2013 yang diterbitkan oleh Kemendikbud dan pembahasan delapan prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik seperti yang dikemukakan oleh
M. Hosnan 2014: 37 dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran di kelas 8E SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dilaksanakan kurang sesuai
dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013. Guru berperan sebagai fasilitator. Selain itu, peran peserta didik
sebagai subjek pembelajaran tidak boleh dilupakan. Setiap peserta didik memiliki tanggapan terhadap Kurikulum 2013. Sebagian mengalami
kesulitan dan sebagian merasa diuntungkan. Menurut mereka selalu ada kelebihan dan kekurangan yang mengikuti perubahan dalam Kurikulum.
“Kurikulum 2013 itu sebenernya cukup nyaman buat anak-anak belajar. Kita juga dituntut untuk lebih aktif dalam pelajaran. Kalau Matematika ya
mencari dan menemukan rumus, misalnya. Namun, karena ini adalah kurikulum yang masih baru, maka kurang dipahami oleh peserta didik
maupun guru. Masih sulit untuk langsung diterima.” Hal ini diungkapkan Guido. Sependapat dengan Guido, Glorika mengatakan, “Kalo menurutku
dari persiapannya masih kurang, misalnya waktu kelas 8 beberapa buku baru dikasih di semester 2. Sebelumnya masih yang softcopy. Kalau
kurikulumnya sendiri lumayan, nggak terlalu banyak pelajaran, minus
101
akuntansi dan TIK. Soal-soalnya aja kadang tingkat dewa, susah-susah, tugasnya juga ribet, sama pelajaran isinya ppt aja. Hal-hal kayak gitu yang
malah membebani murid. Tapi, dengan model yang seperti itu kita jadi lebih
siap untuk jenjang selanjutnya.”
Peserta didik sendiri mengungkapkan walau mereka kurang paham dengan pendekatan ilmiah atau saintifik, mereka nyaman dengan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru selama ini. Saat ditanya mengenai pendekatan saintifik, Marcel mengungkapkan,
“Apa itu, Bu? Kayaknya pernah denger tapi nggak
tahu maksudnya.” Hal yang sama juga diungkapkan oleh Anja, “Kayaknya sih pernah dijelasin sama Bu Siska.”
Minimnya pengetahuan peserta didik mengenai Kurikulum 2013 adalah cermin dari kurangnya kesiapan pemerintah melaksnakan Kurikulum 2013.
Sebaliknya peserta didik merasa terbantu dengan penjelasan yang masih berpusat pada guru seperti diungkapkan David, “Justru Bu Siska lebih
membantu memahami pelajaran ketimbang bukunya. Kalau buku caranya sulit dipahami kalo
Bu Siska langsung.” Sependapat dengan David, Guido mengiyakan , “Karena gurunya jelasinnya bikin mudeng, ya jadi enak.
Paling kesulitannya kalau belajar di rumah dan nggak ngerti, bukunya nggak
begitu bisa membantu.” Terbantunya peserta didik dengan penjelasan yang berpusat pada guru terbukti dengan nilai ulangan peserta didik yang
dapat dikatakan bagus. Marcel mendapat nilai 100, Guido mendapat nilai 85, Glorika mendapat nilai 95, David mendapat nilai 89, dan Anja mendapat
nilai 100.
102
4.4.3. Pembahasan Hasil Analisis Penggunaan Buku Matematika SMP