Budaya Sekolah Pelaksanaan Nilai Religius di Sekolah

35 f. memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku Novan Ardy Wiyani 2012: 108 berpendapat bahwa pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam mata pelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari- hari melalui proses pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu, guru perlu melakukan hal tersebut untuk meningkatkan nilai religius siswa melalui kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan paparan di atas, tampak jelas bahwa pelaksanaan nilai religius melalui kegiatan belajar mengajar perlu dilakukan mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan aktivitas utama siswa di sekolah. Sehingga, guru perlu sepandai mungkin untuk mengintegrasikan nilai religius di dalam pembelajaran.

2. Budaya Sekolah

Pelaksanaan pendidikan karakter melalui budaya sekolah dilakukan melalui integrasi ke dalam kegiatan sehari-hari siswa di sekolah. Pengertian budaya sekolah menurut Kemendiknas 2010: 19 yaitu suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, antar anggota kelompok masyarakat di sekolah. Ngainun Naim 2012: 127 berpendapat bahwa untuk menciptakan suasana keagamaan di sekolah dengan interaksi sesama guru, guru dengan peserta didik, atau sesama peserta didik. Novan Ardy 36 Wiyani 2012: 140 menyampaikan bahwa pembentukan budaya sekolah berbasis pendidikan karakter dapat dilakukan melalui empat hal yang meliputi kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengondisian. a. Kegiatan rutin Ngainun Naim 2012: 125 menyatakan bahwa untuk menanamkan nilai religius siswa dapat dilakukan melalui kegiatan rutin dalam hari-hari belajar biasa yang terintegrasi dengan kegiatan yang telah diprogramkan sehingga tidak memerlukan waktu khusus. Kemendiknas 2010: 15 mendefinisikan kegiatan rutin sebagai kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Berikut ini contoh kegiatan rutin berkaitan dengan pelaksanaan nilai religius di sekolah, yaitu dengan mengucapkan salam sebelum dan sesudah kegiatan, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, melaksanakan kegiatan infak, melakukan sholat berjamaah, dan lain-lain. Kegiatan- kegiatan tersebut sangat perlu untuk dilakukan secara rutin oleh peserta didik untuk menjadikan sebuah kebiasaan bagi peserta didik. b. Kegiatan spontan Kemendiknas 2010: 15 mendefinisikan kegiatan spontan sebagai kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga. Muchlas Samani dan Hariyanto, 2013: 146 37 berpendapat bahwa kegiatan spontan itu terjadi pada saat itu juga, secara spontan, pada waktu terjadi keadaan tertentu. Kemendiknas 2010: 15 menyatakan bahwa kegiatan spontan dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik dan perlu dikoreksi saat itu juga. Kegiatan spontan juga berlaku untuk perilaku dan sikap peserta didik yang baik untuk dipuji sementara yang kurang baik untuk dikoreksi. Ngainun Naim 2012: 126 menyatakan bahwa guru dapat memberikan pengetahuan nilai religius secara spontan ketika menghadapi sikap atau perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Manfaat pendidikan secara spontan ini antara lain menjadikan peserta didik langsung mengetahui dan menyadari kesalahan yang dilakukannya dan langsung pula mampu memperbaikinya, dapat dijadikan sebagai pelajaran atau hikmah bagi peserta didik lainnya, jika perbuatan salah jangan ditiru, sebaliknya jika ada perbuatan yang baik harus ditiru Ngainun Naim, 2012: 126. Kegiatan ini misalnya guru memberi teguran pada peserta didik yang tidak ikut ibadah, kurang serius dalam berdoa, memberi pujian bagi siswa yang sudah baik ibadahnya atau prestasi agamanya. c. Keteladanan Kemendiknas 2010: 16 mendefinisikan keteladanan sebagai perilaku atau sikap guru, tenaga pendidikan, dalam memberikan 38 contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Muchlas Samani dan Hariyanto, 2013: 146 berpendapat bahwa timbulnya sikap dan perilaku peserta didik karena meniru perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan di sekolah. Berdasakan uraian diatas, dapat diketahui bahwa seluruh warga sekolah baik itu kepala sekolah, guru, atau siswa dapat menjadi teladan bagi siswa sehingga perlu adanya teladan yang baik untuk siswa. Keteladanan yang dapat dilakukan oleh warga sekolah dalam pelaksanaan nilai religius dapat berwujud ketaatan dalam beribadah, beribadah tepat waktu, dan lain-lain. d. Pengondisian Muchlas Samani dan Hariyanto, 2013: 147 mendefinisikan pengondisian sebagai penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter. Sementara Kemendiknas 2010: 16 menyatakan bahwa untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan tersebut. Ngainun Naim 2012: 126 berpendapat bahwa menciptakan situasi atau keadaan religius bertujuan untuk mengenalkan kepada peserta didik tentang pengertian dan tata cara pelaksanaan agama dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu untuk menunjukkan pengembangan kehidupan religius di lembaga pendidikan yang 39 tergambar dari perilaku sehari-hari dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Ngainun Naim 2012: 126 juga berpendapat bahwa untuk menanamkan nilai religius perlu menciptakan lingkungan lembaga pendidikan yang mendukung dalam menumbuhkan budaya religius religius culture. Ngainun Naim 2012: 127 juga mendeskripsikan contoh menciptakan situasi atau keadaan religius dapat dilakukan dengan pengadaan peralatan peribadatan seperti tempat untuk sholat masjid atau mushola, alat-alat sholat seperti sarung, peci, mukena, sajadah, atau pengadaan Al Quran. Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa pengondisian merupakan cara yang dilakukan dalam menciptakan kondisi yang mendukung pelaksanaan pendidikan karakter. Karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai religius. Contoh pengondisian antara lain dengan guru mengondisikan siswa dalam berbagai aktivitas religius dan pengkonsisian fisik yang dilakukan sekolah untuk mendukung pelaksanaan nilai religius seperti pengadaan tempat ibadah, alat-alat ibadah, pengadaan Al Quran, dan fasilitas lainnya seperti tulisan di dinding tentang ajakan beribadah. Berdasarkan paparan di atas, dapat diuraikan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter melalui budaya sekolah ini dapat dilaksanakan melalu kegiatan rutin, kegiatan, spontan, keteladanan, dan pengondisian. 40 Seluruh kegiatan tersebut perlu dilaksanakan dengan kerja sama semua pihak di sekolah agar berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

3. Kegiatan Ekstrakurikuler

Dokumen yang terkait

MOTIVASI DAN PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KEGIATAN KELOMPOK WANITA TANI (KWT) “SEDYO RAHAYU” DI DUSUN POLAMAN, DESA ARGOREJO, KECAMATAN SEDAYU KABUPATEN BANTUL

0 4 11

MOTIVASI DAN PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KEGIATAN KELOMPOK WANITA TANI (KWT) “SEDYO RAHAYU” DI DUSUN POLAMAN, DESA ARGOREJO, KECAMATAN SEDAYU, KABUPATEN BANTUL

6 59 78

ANALISIS KINERJA LUMBUNG PANGAN DI DIUSUN BOTOKAN DESA ARGOSARI KECAMATAN SEDAYU KABUPATEN BANTUL

0 2 114

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON Aspek Pendidikan Nilai Religius Dalam Pelaksanaan Tradisi Meron (Studi Kasus Di Desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati).

0 0 14

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON Aspek Pendidikan Nilai Religius Dalam Pelaksanaan Tradisi Meron (Studi Kasus Di Desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati).

0 0 13

EFEKTIVITAS PROGRAM MAKAN SIANG SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN NILAI KARAKTER ANAK DI SDIT BINA ANAK SHOLEH (BIAS) GIWANGAN YOGYAKARTA.

0 1 186

PELAKSANAAN PROGAM 7K DI SD NEGERI KRAPYAK ARGOREJO KECAMATAN SEDAYU KABUPATEN BANTUL.

26 498 131

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SD 1 SEDAYU DESA ARGOREJO, KECAMATAN SEDAYU, KABUPATEN BANTUL.

0 0 83

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SD 1 SEDAYU ARGOREJO, SEDAYU, BANTUL.

0 0 91

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG LEPTOSPIROSIS DENGAN KEJADIAN LEPTOSPIROSIS PADA MASYARAKAT DI DESA ARGODADI DAN ARGOREJO SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

0 0 10