24
2. Macam-Macam Nilai Religius
Nilai religius masih bersifat abstrak, sehingga perlu diidentifikasi mengenai macam-macam nilai religius. C. Y. Glock dan R. Stark dalam
Mukhsin Jamil 2007: 25 menyatakan bahwa ada lima dimensi yang dapat mengembangkan manusia menjadi religius. Lima dimensi tersebut
yaitu keyakinan agama, praktik agama, pengetahuan agama, pengalaman agama, dan konsekuensi pengamalan. Berikut ini penjelasan mengenai
kelima dimensi tersebut. a.
keyakinan agama religious believe C. Y. Glock dan R. Stark dalam Mukhsin Jamil 2007: 25
menyatakan bahwa keyakinan agama berisikan pengharapan hopeness sambil berpegang teguh pada teologi tertentu. Mohamad
Mustari 2014: 3 berpendapat bahwa keyakinan agama merupakan kepercayaan atas doktrin Ketuhanan. Jadi, sejauh mana seseorang
menerima hal-hal di dalam ajaran agamanya. Misalnya kepercayaan tentang adanya Tuhan, hari kiamat, surge, neraka, dan lain-lain. Tanpa
adanya keyakinan atau keimanan tidak akan ada ketaatan kepada Tuhan. Keyakinan atau keimanan seseorang itu bisa bertambah atau
berkurang, sehingga diperlukan pemupukan rasa keimanan tersebut. Keyakinan ini bersifat abstrak, sehingga perlu didukung oleh perilaku
keagamaan yang bersifat praktis, yaitu ibadat religious practice.
25 b.
praktik agama religious practice C. Y. Glock dan R. Stark dalam Mukhsin Jamil 2007: 25
menyatakan bahwa praktik agama meliputi perilaku simbolik dari makna-makna keagamaan yang terkandung di dalamnya. Praktik
agama ini juga disebut sebagai ibadat yang merupakan cara melakukan penyembahan kepada Tuhan dengan segala rangkaiannya
Mohamad Mustari, 2014: 3. Unsur ini merupakan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual atau ibadat di
dalam agamanya. Di dalam agama Islam misalnya sholat, zakat, puasa, dan sebagainya. Dengan melakukan ibadat ini dapat
meremajakan keimanan, menjaga diri dari kemerosotan budi pekerti atau dari mengikuti hawa nafsu yang berbahaya. Semua aktivitas bisa
jadi ibadat jika sesuai dengan hokum Tuhan dan hati yang berbuatnya dipenuhi dengan ketakutan terhadap Tuhan.
c. pengetahuan agama religious knowledge
Pengetahuan agama adalah pengetahuan tentang ajaran agama meliputi berbagai segi dalam suatu agama. Unsur ini merupakan
sejauh mana seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya. Hal ini berhubungan dengan aktivitas seseorang untuk mengetahui ajaran-
ajaran dalam agamanya Mohamad Mustari, 2014: 3. C. Y. Glock dan R. Stark dalam Mukhsin Jamil 2007: 25 menyatakan bahwa
pengetahuan agama meliputi keyakinan, ritus, kitab suci, dan tradisi.
26 Oleh karena itu, pengetahuan agama mencakup seluruh pengetahuan
mengenai ajaran agama. d.
pengalaman agama religious feeling C. Y. Glock dan R. Stark dalam Mukhsin Jamil 2007: 25
menyatakan bahwa pengamalan agama yang menuju pada seluruh keterlibatan subjek dengan hal-hal suci dalam agama. Mohamad
Mustari 2014: 3 berpendapat bahwa pengalaman agama adalah perasaan yang dialami orang beragama seperti seseorang merasa dekat
dengan Tuhan, merasa takut berbuat dosa, dan lain-lain. Unsur ini merupakan sejauh mana seseorang memiliki perasaan atau
pengalaman keagamaan yang pernah dirasakan atau dialaminya. Pengalaman keagamaan ini terkadang cukup mendalam pada diri
pribadi seseorang. e.
Konsekuensi atau pengamalan religious effect C. Y. Glock dan R. Stark dalam Mukhsin Jamil 2007: 25
menyatakan bahwa konsekuensi mengacu pada identifikasi akibat- akibat keyakinan praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang
dari hari ke hari. Konsekuensi adalah aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang berupa sikap, ucapan, dan perilaku atau
tindakan Mohamad Mustari 2014: 3. Dengan demikian, hal ini merupakan agregasi penjumlahan dari unsur lain. Walaupun
demikian, sering kali pengetahuan beragama tidak berkonsekuensi pada perilaku keagamaan. Ada orang yang pengetahuan agamanya
27 baik tetapi sikap, ucapan, dan tindakannya tidak sesuai dengan norma-
norma agama. Berdasarkan pada konsep religiusitas versi Stark dan Glock,
dimensi keyakinan agama dapat disejajarkan dengan akidah, ibadat praktik agama disejajarkan dengan syariah, konsekuensi pengamalan
disejajarkan dengan akhlak Fauzan, 2013: 56. Hal tersebut sesuai dengan bagian poko
k ajaran Islam yang terdiri dari Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak Ajat Sudrajat, dkk, 2008: 69.
Berikut ini penjelasan dari bagian pokok ajaran Islam tersebut. a.
Aqidah Fauzan 2013: 56 berpendapat bahwa aqidah menunjuk pada
seberapa tingkat keyakinan Muslim terhadap ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan
dogmatik. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ajat Sudrajat, dkk 2008: 73 yang mendefinisikan aqidah sebagai perjanjian manusia
dengan Tuhan yang berisi tentang kesediaan manusia untuk tunduk dan patuh secara sukarela pada kehendak Allah. Oleh karena itu,
aqidah dapat diartikan sebagai keyakinan hati seorang Muslim terhadap Allah.
b. Syari’ah
Ajat Sudrajat, dkk 2008: 77 menyatakan bahwa syari’ah dapat didefinisikan sebagai peraturan Allah yang diberikan kepada
manusia melalui para nabi agar manusia hidup selamat di dunia ini
28 maupun di dunia yang akan datang. Sementara itu, Fauzan 2013:
56 berpendapat bahwa syari’ah menunjukkan seberapa tingkat kepatuhan Muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual
sebagaimana dianjurkan oleh agamanya. Ruang lingkup syari’ah menurut Mahmud Syaltout dalam
Ajat Sudrajat, dkk 2008: 77 terdapat dua garis besar yaitu ibadat dan muamalat. Ibadat merupakan peraturan Allah yang berkaitan
dengan perbuatan manusia guna mendekatkan diri kepada Allah. Contoh ibadat antara lain sholat, zakat, puasa, dan haji. M
u’amalat merupakan peraturan Allah yang berkaitan dengan perbuatan untuk
menemukan kebaikan bersama dan mengurangi kedzaliman atas orang lain pada umumnya. Contoh
mu’amalat antara lain pernikahan, pembagian harta waris, pertukaran barang atau jasa, hak-
hak dasar manusia, dan lain-lain. Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa syari’ah merupakan peraturan Allah yang berkaitan
dengan perbuatan manusia dalam rangka mematuhi perintah Allah. c.
Akhlak Fauzan 2013: 56 berpendapat bahwa akhlak menunjuk
pada seberapa tingkatan Muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran- ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan
dunianya, terutama dengan manusia lain. Ahmad Amin dalam Ajat Sudrajat, dkk 2008: 81 berpendapat bahwa akhlak merupakan
29 tindakan membentuk atau membiasakan perbuatan yang bermanfaat
bagi orang lain. Ruang lingkup akhlak menurut Ajat Sudrajat, dkk 2008:
81 82 terdiri dari akhlak kepada Allah dan akhlak kepada manusia.
Contoh akhlak kepada Allah yaitu menjaga tubuh dan pikiran dalam keadaan bersih, menyadari bahwa semua manusia sederajat di
hadapan Allah, dan lain-lain. Sementara contoh akhlak kepada manusia yaitu saling tolong menolong, bertenggang rasa, dan lain-
lain. Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa akhlak merupakan perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam
menerapkan ajaran agama. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, indikator nilai religius
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu keyakinan agama, praktik agama, pengetahuan agama, pengalaman agama, dan pengamalan agama.
Keyakinan agama berkaitan dengan tingkat keyakinan terhadap agama yang dianutnya. Praktik agama berkaitan dengan bagaimana perilaku
simbolik atau ibadah yang dilaksanakan sesuai agama yang dianutnya. Pengetahuan agama berkaitan dengan sejauh mana pengetahuan
seseorang terhadap agamanya. Pengalaman agama berkaitan dengan bagaimana pengalaman seseorang tentang agamanya. Pengamalan agama
berkaitan dengan bagaimana seseorang mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari.
30
3. Pentingnya Nilai Religius