Pelaksanaan di Rumah Sembahyang Qing Ming Sejarah

168 Buku Panduan Guru Mata Pelajaran Diperkenankan kiranya kami melakukan sujud sebagai pernyataan bakti kepada leluhur kami. Kami berdoa semoga Tuhan berkenan bagi para arwah beliau, selalu di dalam cahaya Kemuliaan Kebajikan Tian , sehingga damai dan tenteram yang abadi boleh selalu padanya. Shanzai diakhiri dengan sekali Ding Li . Setelah selesai sembahyang kepada Tian , kemudian menuju altar leluhur. Menyalakan dua batang atau empat batang dupa. Dupa dinaikkan dua kali lalu ditancapkan. Kemudian dengan bersikap Bao Xin Ba De memanjatkan doa, sebagai berikut: “ Ke hadapan leluhur atau nama panggilan kita kepada beliau yang kami hormati dan cintai, terimalah hormat dan bakti kami, segenap kasih dan teladan mulia yang telah kami terima akan tetap kami junjung dan lanjutkan, serta kembangkan, sebagaimana Nabi Kongzi telah menyadarkan dan membimbing kami. Kami akan selalu berusaha menjaga keharuman dan nama baik keluarga dan leluhur, tidak menodai dan memalukan. Terimalah hormat dan bakti kami.” Shanzai

2. Pelaksanaan di Makam Kuburan

Pada zaman dahulu umumnya tanah pemakaman cukup jauh untuk ditempuh, maka dipilihlah hari yang paling cerah dengan tujuan agar perjalanan dan pelaksanaan sembahyang Qing Ming tidak terganggu oleh cuaca yang buruk. Kebanyakan masyarakat pagi-pagi sekali bahkan sebelum fajar telah berangkat ke tanah pemakaman, untuk membersihkan makam terlebih dahulu. Kebiasaan seperti ini masih tetap dilakukan hingga sekarang sekalipun makam itu letak berdekatan dengan rumah tinggal. Waktu pelaksanaan persembahyangan Qing Ming jamnya bebas. Catatan: - Membersihkan kuburan pada saat atau menjelang sembahyang Qing Ming itu berkaitan dengan tumbuhnya rumput yang khawatir akan merusak kuburan dan akan mengganggu kenyamanan saat pelaksanaan sembahyang. - Pada dinasti Tang, hari Qing Ming ditetapkan sebagai hari wajib untuk para pejabat membersihkan kuburan, mengurus kuburan-kuburan yang terlantar dan menghormati para leluhur. - Upacara di makam leluhur dilengkapi dengan peralatan sembahyang dan sesaji yang merupakan pernyataan sikap Laku Bakti dan Kasih terhadap leluhur. Setelah tiba di makam, kemudian makam dibersihkan dan diletakkan secara teratur peralatan upacara. Sebelum melakukan sembahyang di hadapan makam, terlebih dahulu melakukan sambahyang di hadapan altar malaikat Bumi Fu De Zheng Shen yang selalu menjadi perawat bagi kehidupan di semesta alam atau di atas dunia, kemudian dilanjutkan bersembahyang kehadirat Tuhan Yang Maha Esa bagi arwah orang tua maupun saudara yang telah mendahului yang kita hormati, dengan penuh harapan semoga penghormatan ini dapat menjadi Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri Kelas VIII 169 pendorong bagi kita untuk selalu berperilaku luhur dan mulia sebagaimana yang Tian Firmankan, bahwa kebahagiaan atau rahmat Fu dan Kebajikan De merupakan kesatuaan yang tidak terpisahkan. Penting Kelenteng Miao Sebagai Rumah Ibadah Khonghucu 1. Sejarah Kelenteng Miao atau Kelenteng dalam istilah Indonesia sudah ada sejak awal turunnya Wahyu Tian dalam agama Khonghucu. Dalam Wu Jing dan Sishu, paling tidak di zaman Raja Suci Yao dan Shun 2356 – 2205 SM., sudah disebut tentang kuil untuk sembahyang kepada Tuhan dan Leluhur. Nabi Kongzi meneliti dan mencatat kenyataan tentang pelaksanaan ibadah umat Ru, baik ibadah kepada Tuhan, para Shen Ming , atau para leluhur. Didapati kenyataan bahwa peribadahan tersebut diatur sebagai berikut: a. Ibadah kepada Tian Yang Maha Pencipta Qian hanya boleh dilaksanakan dan dipimpin kaisar Huang Di sebagai putera Tuhan Tian Zi. b. Sembahyang kepada malaikat bumi Tu Shen dilaksanakan oleh raja muda Gong , dan berkembang menjadi persembahyangan bagi para suci Shen Ming . c. Sembahyang kepada Leluhur Zu Zong dimana yang wajib melaksanakannya adalah rakyat atau umat manusia. Di zaman purba hingga masa kehidupan Nabi Kongzi para pembesar Da Fu sampai rakyat hanya boleh bersembahyang dan berdoa kepada arwah para leluhurnya. Ketika Nabi Kongzi menjabat sebagai Pembesar Da Fu, Beliau mulai merenungkan agar sistem ibadah Ru Jiao dapat diajarkan kepada seluruh rakyatmanusia. Pada zaman Nabi Kongzi, Miao atau Kelenteng sudah ada sebagai tempat penghormatan kepada raja. Miao pada waktu itu juga menjadi tempat menyimpan benda-benda milik raja yang sudah meninggal. Nabi Kongzi sering mengunjungi Miao sebagai tempat belajar membuka wawasan. Dalam kitab Lunyu diceritakan bahwa setiap kali Nabi Kongzi memasuki Miao Kelenteng selalu saja banyak hal yang ditanyakan. Di dalam kitab Lunyu tercatat: Tatkala Nabi Kongzi masuk ke dalam Miao besar untuk memperingati Pangeran Zhao, segenap hal ditanyakan. Ada orang berkata, “Siapa berkata anak negeri Co itu mengerti kesusilaan? Masuk ke dalam Miao segenap hal ditanyakan.” Mendengar itu nabi bersabda, “Justru demikian inilah Kesusilaan” Lunyu. III: 15.

2. Peran Nabi Kongzi dalam Sejarah Kelenteng

Nabi Kongzi mempunyai kesan yang mendalam terhadap Kelenteng. Beliau mempunyai ide untuk menjadikan Kelenteng itu sebagai media belajar bagi rakyat di luar istana. Nabi Kongzi menyadari bahwa di dalam