Renungan Ayat Menegakkan Jasa 1. Memaknai Hidup

218 Buku Panduan Guru Mata Pelajaran

D. Mengerti Orang Lain Zhi Ren

Sebagai manusia dalam usahanya menjadi seorang Junzi mesti mengenal siapa orang-orang bijaksana dan siapa orang munafik. Oleh karena itu kita perlu mengenal dan memahami orang lain. Dalam hal ini, kita tidak boleh berprasangka, dan sebaliknya juga tidak boleh hanya percaya apa kata orang. Nabi bersabda, ”Tidak berprasangka kecurangan orang lain, tidak mencurigai apakah seseorang tidak mempercayai dirinya, tetapi dapat merasa kalau ada sesuatu yang tidak benar, inilah laku seorang yang bijaksana” Lunyu XIV: 31 Dalam hal ini Nabi Kongzi memberi suri teladan agar kita dapat lepas dari empat cacat; ”Tidak berangan-angan kosong, penuh prasangka; Tidak mengharuskan; tidak kukuh pada anggapan sediri; dan tidak menonjolkan aku” Lunyu IX: 4. Renungan Ayat ”Tiliklah latar belakang perbuatannya. Lihatlah bagaimana ia akan mewujudkannya, dan selidikilah kesenangannya. Dengan demikian bagaimana orang dapat menyembunyikan sifat-sifatnya?” Lunyu II: 10. ”Yang dibenci umum harus diperiksa, yang disukai umum harus diperiksa pula” Lunyu XV: 28. ”Bagaimanakah tentang seseorang yang disukai seluruh penduduk kampungnya?” ”Itulah belum cukup.” ”Bagaimanakah tentang seorang yang dibenci seluruh penduduk kampung?” ”Itupun belum cukup. Yang sebaik- baiknya ialah, kalau ia disukai orang-orang yang baik dan dibenci orang- orang yang jahat di kampung itu” Lunyu XIII: 24. ”Seorang Junzi tidak memuji seseorang karena kata-katanya, dan tidak menyia-nyiakan kata-kata karena orangnya” Lunyu XV: 23. ”Kepada orang-orang yang patut diajak bicara tetapi tidak mau mengajaknya bicara, ini berarti kehilangan orang. Kepada orang yang tidak patut diajak bicara tetapi mengajaknya bicara, ini berarti kehilangan kata-kata. Seorang yang bijaksana tidak akan kehilangan orang maupun kata-kata” Lunyu XV: 8. ”Jangan khawatir orang tidak mengenalmengerti dirimu, khawatirlah kalau- kalau tidak dapat mengenalmengerti orang lain” Lunyu I: 26.

E. Bahagia Di dalam Jalan Suci Le Dao

Dunia dengan segala romantika dan pergolakannya adalah bagai lautan dengan badai dan gelombangnya; kita hidup di dunia ini seperti sebuah perahu yang harus mengarungi lautan kehidupan ini. Dapatkah mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian? Sesungguhnya yang menjadi masalah itu bukan hal yang bergantung pada dunia dengan segala persoalannya, tetapi bagaimanakah diri kita menghadapi semuanya itu. “Kalau memeriksa diri Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri Kelas VIII 219 ternyata penuh iman, sesungguhnya tiada kebahagiaan yang lebih besar dari pada ini” Mengzi VII A: 4. Kedamaian dan kebahagiaan adalah kepada mereka yang dapat takut hormat akan Tuhan, melaksanakan Firman-Nya, yang dapat bahagia di dalam Tuhan Le Tian, menerima Firman dengan kelurusan berdiam dirumah luas’ nya dunia cinta kasih, berdiri pada ‘tempat lurus’ nya dunia kebenaran, berjalan di ‘jalan agung’ nya dunia hidup susila; bila berhasil cita-citanya dapat mengajak rakyat berbuat yang sama, dan bila tidak berhasil cita- citanya, tetap berjalan seorang diri di jalan suci. Di dalam keadaan kaya dan berkedudukan tinggi tidak dapat tercemar, di dalam keadaan miskin dan tanpa kedudukan tidak bergelisah, ancaman senjata tidak dapat menyebabkannya takluk, demikianlah seorang besar itu” Mengzi III B: 2. “Yang besar mau bekerja bagi yang kecil, itu menunjukan selalu gembira di dalam Tuhan Yang Maha Esa, yang kecil mau bekerja bagi yang besar itu menunjukkan takut akan Tuhan Yang Maha Esa.” “Takut akan kemuliaan Tuhan Yang Maha Esa memberi perlindungan sepanjang masa” Mengzi I B: 3. Renungan ayat ”Aku tidak menggerutu kepada Tuhan Yang Maha Esa, tidak pula menyesali manusia. Aku hanya belajar dari tempat yang rendah ini menuju tinggi. Tuhan Yang Maha Esa lah yang mengenalmengerti diriku” Lunyu XIV: 35. ”Melihat kebaikan, takut tidak dapat mencapai; melihat ketidakbaikan, merasa sebagai tercelup air mendidih.” ”Menyembunyikan diri memupuk cita, menjalankan kebenaran untuk menempuh jalan suci” Lunyu XVI: 11. ”Yang mengerti belum sebanding dengan yang menyukai, sedang yang menyukai belum sebanding dengan yang dapat merasa gembirabahagia di dalamnya” Lunyu VI: 20. ”Sungguh bijaksana Hui Dengan hanya sebakul nasi kasar, segayung air, diam di kampung miskin yang bagi orang lain sudah tidak akan tahan; tetapi Hui tidak berubah kegembiraannya” Lunyu VI: 11. ”Siapakah keluar rumah tidak melalui pintu? Mengapakah orang tidak hidup menempuh jalan suci?” Lunyu VI: 17. ”Kalau orang mau mengerti, haruslah merasa puas; kalau orang tidak mau mengerti, harus merasa puas pula” ”Bagaimana agar dapat selalu merasa puas?” ”Junjunglah kebajikan, berbahagialah di dalam kebenaran; dengan demikian akan selalu merasa puas. Maka seorang siswa itu biarpun miskin tidak kehilangan kebenaran, kalau berhasil iapun tidak mau terpisah dari jalan suci. Miskin tidak kehilangan kebenaran, maka seorang siswa dapat menjaga kehormatan diri. Berhasil tidak mau terpisah dengan jalan suci, maka rakyat tidak sampai kehilangan harapan. Maka orang-orang zaman dahulu, bila berhasil cita-citanya ia dapat memberi faedah bagi rakyat;