6 Buku Panduan Guru Mata Pelajaran
• Mengerti kebaikan dan keburukan kualitas muridnya. Guru yang baik mengenal kebaikan dan keburukan kualitas muridnya,
baik secara karakter maupun kemampuan dan bakatnya. Hal ini menjadikan guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang
akan dipergunakan.
Dalam hal meragamkan cara mengajar, Mengzi memberikan masukan sebagai berikut: “Seorang Junzi mempunyai 5 macam cara mengajar:
1. Ada kalanya ia memberi pelajaran seperti menanam di saat musim hujan. Memberikan materi saat situasi kondusif. Guru berkewajiban
untuk memberi tahu mengajarkan pengetahuan dasar kepada murid sebagai bekal mengeksplorasi lebih lanjut.
2. Ada kalanya ia menyempurnakan kebajikan muridnya. Memperhatikan sikap mental dan spiritualitas muridnya.
3. Ada kalanya ia membantu perkembangan bakat muridnya. Mendorong murid mengembangkan bakat yang dimiliki.
4. Ada kalanya ia bersoal jawab. Mengevaluasi kemajuan muridnya dengan bertanya jawab berdiskusi
5. Ada kalanya ia membangkitkan usaha murid itu sendiri.” Mengzi. VIIA: 40 Guru memberikan kesempatan murid melakukan kesalahan dan
memperbaikinya dalam belajar.
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri Kelas VIII 7
Menyempurnakan Adat Istiadat Rakyat Peradaban
Membentuk Manusia Berbudi Luhur
Junzi Menumbuhkan Keharmonisan
Membimbing Berjalan tidak Menyeret
Mengerti Kebaikan dan Keburukan Kualitas Muridnya
Menjadikan Orang Lain Menyambung Citanya
Memanusiakan Manusia Hakikat Pendidikan
Pendidikan yang Baik
Tujuan Pendidikan Pentingnya
Pendidikan
Guru yang Baik
Pendidikan
Meragamkan Cara Mengajar Menjadikan Orang Berpikir Membukakan
Jalan tetapi tidak Mengantar Sampai Akhir Pencapaian
Memberi Kemudahan Menguatkan dan Tidak Menjerakan
Mengerti Apa yang Sulit dan yang Mudah dalam Proses Belajar
8 Buku Panduan Guru Mata Pelajaran
Bab II
Karakteristik Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
A. Rasional
Tema pengembangan Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, melalui
penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Oleh karena itu proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Sebagai sarana untuk membangun peradaban manusia, Nabi Kongzi menegaskan pentingnya pendidikan, seperti disabdakan dalam kitab Liji,
“Bila penguasa selalu memikirkan atau memperhatikan perundang- undangan, dan mencari orang baik dan tulus, ini cukup untuk mendapat
pujian, tetapi tidak cukup untuk menggerakkan orang banyak. Bila ia berusaha mengembangkan masyarakat yang bajik dan bijak, dan dapat
memahami mereka yang jauh, ini cukup untuk menggerakkan rakyat, tetapi belum cukup untuk mengubah rakyat. Bila ingin mengubah rakyat
dan menyempurnakan adat istiadatnya, dapatkah kita tidak harus melalui pendidikan?” Liji XVI: 1
Pembelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti diarahkan untuk mendorong peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai
agama dalam kehidupannya kelak. Peserta didik diharapkan mampu mengamalkan ajaran agama dalam kehidupannya dan memaknai
pengalaman hidupnya secara positif dan membangun. Pembelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dilakukan dalam rangka
mencapai kompetensi Sikap Spiritual, Sikap Sosial, Pengetahuan, dan Keterampilan.
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri Kelas VIII 9
B. Tujuan Pendidikan Agama Khonghucu
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, menegaskan, “Pendidikan agama berfungsi
membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga
kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama” Pasal 2 ayat 1. Selanjutnya disebutkan, “Pendidikan agama bertujuan
untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan
penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.” Pasal 2 ayat 2.
Tujuan Pendidikan Agama Khonghucu seperti yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 47 tahun 2008 tentang
Standar Isi, adalah: 1. menumbuhkembangkan iman melalui pemahaman, pengembangan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang watak sejatinya sehingga menjadi manusia berbudi
luhur Junzi; 2. mewujudkan manusia Indonesia yang sadar tugas dan tanggung
jawabnya baik secara vertikal kepada Tian, maupun secara horisontal kepada sesama manusia dan alam semesta.
Sesuai tujuan tersebut, Pendidikan Agama Khonghucu diharapkan menghasilkan manusia berbudi luhur Junzi, yaitu manusia yang hidup
dalam Jalan Suci; menggemilangkan Kebajikan Bercahaya Watak Sejati, mengasihi sesama, dan berhenti pada Puncak Kebaikan. Pada
dasarnya perilaku Junzi memang merupakan tujuan utama yang ingin dan harus dicapai dalam pendidikan agama Khonghucu baik di rumah,
sekolah maupun masyarakat. Maka sudah sewajarnya aspek perilaku Junzi harus menjadi porsi terbesar dan utama dalam pendidikan agama
Khonghucu di sekolah.
Orang yang berpendidikan adalah seseorang yang memiliki moralitas tinggi. Orang yang memiliki pengetahuan tetapi tidak memiliki moralitas
yang tinggi tidak bisa disebut Junzi, inilah standar yang dipakai untuk mengukur kualitas manusia. Artinya, pendidikan selalu ditujukan kepada
pribadi manusia, yaitu untuk meningkatkan moral dan kemampuan sumber daya manusia SDM.
Untuk menjadi seorang
Junzi
, diperlukan suatu kemauan yang kuat untuk menjadi seorang siswa dalam kebajikan, yang senantiasa hidup dengan
semangat belajar tanpa kenal lelah, memperbarui diri dan membina diri. Semangat belajar bukan hanya diartikan sebagai semangat dalam
mempelajari text book. Semangat belajar dalam agama Khonghucu mengandung pengertian yang lebih luas, yang mencakup hakikat