Situasi Saat Ini dan Pandangan ke Depan Bidang Limbah di Indonesia

Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 74 - Pengolahan secara Biologi - Insinerasi dan pembakaran terbuka • Insinerasi • Pembakaran terbuka - Penanganan dan pengolahan limbah padat industri termasuk lumpur, sludge 2. Limbah Cair a. Pengolahan dan pembuangan limbah cair domestik b. Pengolahan dan pembuangan limbah cair industri 3. Limbah lainnya other waste a. Limbah Klinis dan B3 b. Limbah pertanian tidak dihitung pada kategori ini tetapi pada AFOLU Dalam pengembangan NAMAs di bidang pengelolaan limbah ini, maka cakupan pembahasan meliputi sub bidang limbah padat domestik, limbah cair domestik, dan limbah cair industri. LIMBAH PENGOLAHAN LIMBAH PADAT SECARA BIOLOGI PENGOMPOSAN INSINERASI DAN PEMBAKARAN TERBUKA LIMBAH PADAT PENGOLAHAN DAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR LAIN-LAIN PEMBUANGAN LIMBAH PADAT TPA TERKELOLA BAIK TPA TIDAK TERKELOLA INSINERASI PENGOLAHAN DAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DOMESTIK TPA PADA KATEGORI ANTARA TERKELOLA BAIK DAN TIDAK TERKELOLA PEMBAKARAN TERBUKA PEMBUANGAN DAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR INDUSTRI Gambar 24. Struktur dan Kategori Bidang Limbah Dimodiikasi dari 2006 IPCC Guidelines for Nasional Greenhouse Gas Inventories, Volume 5, Waste. Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 75 Beberapa proyeksi dan perkiraan emisi GRK bidang limbah telah dilakukan oleh beberapa peneliti di Indonesia dan dapat digunakan sebagai informasi awal untuk menyusun baseline atau skenario mitigasi untuk NAMAs. Pengelolaan limbah, khususnya sub bidang limbah padatpersampahan, merupakan tanggung jawab dari pemerintah daerah. Meskipun demikian, masih banyak masalah yang muncul terkait dengan pengelolaan bidang limbah ini, seperti: a. Kebanyakan dari kota-kota di Indonesia belum memiliki perencanaan induk untuk pengelolaan limbah; b. Pengelolaan limbah padat belum mendapatkan prioritas dalam pengembangan kebijakan pemerintah daerah sehingga dana dikucurkan minim untuk pengelolaan limbah; c. Konlik dalam penetapanpemilihan lokasi TPA disebabkan permasalahan sosial maupun administratif; d. Terbatasnya fasilitas dan tenaga kerja untuk mengumpulkan, mengangkut, dan membuang sampah, sehingga tidak semua sampah yang dihasilkan dapat diangkut dan dikelola di Tempat Pembuangan Akhir TPA; e. Kualitas isik maupun operasi TPA yang buruk, sebagian besar TPA adalah “open dumping”, yang mengakibatkan pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran tanah; f. Pengelolaan sampah organik menjadi kompos belum mendapat perhatian khusus; g. Tidak adanya data yang berkualitas untuk dasar perhitungan emisi dan untuk pengembangan skenario Bisnis Seperti Biasa BAU. Masalah yang sama juga ditemui pada sub bidang limbah cair domestik dan limbah cair industri, terutama pada ketersediaan data untuk perhitungan.

4.2.6.2 Konsep Penyusunan Baseline BAU dan Metodologi untuk Bidang Pengelolaan Limbah

Menetapkan baseline Bisnis Seperti Biasa BAU untuk bidang pengelolaan limbah merupakan langkah penting untuk menilai skenario potensi mitigasi GRK dan tindakan. Penyusunan tersebut harus didasarkan proyeksi tentang perencanaan pengelolaan limbah masa depan, skenario lainnya seperti target MDGs untuk air limbah domestik, hingga rencana pelaksanaan UU No 182008 di tingkat daerah untuk limbah padat domestik, dengan mengambil pertimbangan data historis dan skenario masa depan populasi penduduk serta pengelolaan sampah. Untuk air limbah industri, data saat ini dan data ekspansi di masa depan, serta skenario pembangunan dari industri-industri utama perlu diidentiikasi untuk menyusun garis dasar baseline. Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 76 Secara keseluruhan, sub bidang limbah cair domestik, limbah cair industri, serta limbah padat domestik harus dipertimbangkan dalam penyusunan baseline. Berdasarkan Lampiran II Perpres No. 61 Tahun 2011 KLH berwenang untuk melakukan inventarisasi GRK sektor limbah, dengan demikian KLH berkompeten untuk pengembangan BAU sektor limbah nasional, dengan dukungan data limbah padat dan perencanaan dan dari Kementrian PU. Sedangkan pengembangan garis dasar BAU tingkat provinsi untuk bidang pengelolaan limbah dapat dilakukan oleh BPLHD Badan Lingkungan Hidup Daerah provinsi. BAPPEDA provinsi dapat berperan sebagai koordinator untuk pengembangan BAU semua bidang atau sebagai koordinator lintas sektor. Limbah Padat Domestik Skenario untuk menentukan kondisi baseline untuk limbah padat domestik mencakup: • Total sampah yang dihasilkan, komposisi serta data populasi serta laju timbulan sampah; • Kondisi saat ini dan perencanaan masa depan pengelolaan sampah yang meliputi pengangkutan, pengelolaan akhir, dan praktek pengelolaan sampah seperti pembakaran atau pengelolaan secara biologis; • Persentase sampah yang diangkut ke TPA; • Pengelolaan sampah yang dikumpulkan secara kolektif; dan • Pengelolaan sampah secara terpisahsendiri. Baseline untuk limbah padat domestik harus disusun dan dikumpulkan dari data tingkat sub nasional pemerintah daerah sehingga membentuk baseline nasional. Langkah-langkah yang disarankan untuk proses pengembangan baseline dari sub bidang limbah padat domestik meliputi: 1. Perhitungan jumlah total limbah padat perkotaan dan kabupaten berdasarkan: a Data historis populasi b Tingkat timbulan sampah per hari berdasarkan jenis kotakabupaten dapat diambil dari SNI 19-3983-1995 c Komposisi sampah berdasarkan data primer atau hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan d Jumlahpersentase sampah yang diangkut ke TPA, diolah secara biologis, insinerasi, pembakaran terbuka. e Spesiikasi TPA terkelola, tidak terkelola, diantaranya 2. Pengembangan tren skenario proyeksi emisi dari total timbulan sampah, pengumpulan, pengangkutan, proses, dan pembuangan akhir; dan 3. Pengembangan baseline dari skenario proyeksi perkiraan pengelolaan