Skenario Baseline NAMAs – Langkah-langkah Konseptual

Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 21 Selama penetapan skenario baseline BAU nasional sebaiknya dipertimbangkan keberadaan struktur spesiik dari masing-masing bidang. Hal ini dikarenakan setiap bidang mungkin dapat terdiri dari tingkat sub-bidang, sub-nasional atau multi-lapisan sesuai dengan situasi nasional. Baseline BAU nasional diperoleh melalui penggabungan dari setiap bidang terkait dengan menjumlahkan nilai GRK absolut tahunan di dalam jangka waktu yang sama. Perhitungan tersebut akan digunakan sebagai rujukan nasional untuk mengukur apakah target pengurangan emisi nasional dicapai secara utuh. Lebih lanjut, baseline BAU nasional ini secara inheren bersifat multi bidang dan perlu dibuat melalui proses nasional yang terpadu dan pendekatan dari bawah ke atas bottom-up. Gambar 5 memperlihatkan proses untuk menetapkan skenario baseline BAU nasional dan multi bidang. Garis Dasar Baseline Bisnis Seperti Biasa Nasional Data Dasar BAU Gabugan Proses terpadu yang dibutuhkan untuk menetapkan Garis Dasar BAU NasionalGaris Dasar BAU Gabungan Pendekatan bottom-up Bidang Energi Be rd a sa r mo d a d a n ti n g ka t su b -n a si o n a l T in g ka t su b -n a si o n a l Su b -b id a n g I n d u st ri Semen Pulp Kertas Besi Baja Tekstil Si st e m list ri k te rko n e ksi te ri so la si Bidang Berbasis Lahan Bidan Transportasi Other Activity Bidang Industri REDD+ Bidang Listrik Bidang Pendukung Lapisan Pertama Lapisan Kedua Lapisan Ketiga Gambar 5. Penyusunan Baseline. Langkah-langkah dalam penyusunan baseline BAU nasional adalah dengan menetapkan tiga lapisan untuk mendapatkan gabungan skenario baseline BAU nasional: 1. Membuat skenario baseline BAU gabungan dari setiap sub bidang, Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 22 contoh: REDD+, industri. Penjelasan lebih lanjut untuk penyusunan ini dapat dilihat di Bab 4. 2. Membuat baseline BAU gabungan dari setiap bidang, misalnya listrik, industri, bidang berbasis lahan. Untuk lapisan ini, sebaiknya menggunakan pendekatan bottom-up dari bawah ke atas daripada top-down dari atas ke bawah. Hal ini dikarenakan setiap bidang bisa terdiri dari berbagai sub bidang misal, bidang industri, atau banyak tingkat sub-nasional misal, REDD+, atau banyak sistem interkoneksi dan sistem listrik terisolasi seperti dalam bidang listrik. Penjelasan lebih lanjut untuk penyusunan ini juga dapat dilihat di Bab 4. 3. Membuat baseline BAU yang menggabungkan semua bidang yang ditargetkan. Dalam penyusunan informasi baseline BAU ini, Bappenas bertindak sebagai koordinator dalam penyusunan baseline BAU nasional. Setiap Kementerian Lembaga terkait bertanggung jawab dalam penyusunan baseline BAU per bidang, dan pemerintah provinsi berkoordinasi dengan pemerintah kabupatenkota bertanggung jawab untuk penyusunan baseline BAU lokal sesuai dengan kewenangan daerah masing-masing. Selanjutnya, masing-masing lapisan harus dibuatkan skenario dengan mempertimbangkan faktor-faktor utama berikut ini : 1. Kebijakan saat ini dan masa mendatang tanpa adanya intervensi dan aksi kebijakan perubahan iklim; 2. Tren pasar dan macamnya; 3. Ketidakpastian terkait; 4. Evolusi dari suplai dan permintaan supply dan demand, 5. Penghematan biaya; dan 6. Kinerja sistem yang diharapkan. Sementara itu, pengkonversian skenario dan parameter menjadi angka emisi GRK selama periode ini dapat menggunakan metodologi standar dari IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change untuk penghitungan inventarisasi GRK, misalnya, 2006 IPCC Guidelines for National GHG Inventories. Volume pengurangan emisi yang ditargetkan akan berbeda-beda, tergantung pada baseline BAU mana yang digunakan. Tingkat ketidakpastian ini akan bergantung pada bidang, faktor-faktor seperti tren dalam teknologiproses bahan bakar, pertumbuhan permintaan, dll. Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 23

3.1.2 Mendeinisikan Aksi Mitigasi

Setelah membuat skenario baseline BAU nasional, maka gabungan aksi mitigasi nasional dari setiap bidang dapat diperoleh. Tidak hanya itu, anggaran karbon nasional dan sektor juga dapat dibuat dengan mempertimbangkan pemenuhan target pengurangan emisi GRK nasional. Oleh karena itu, harus segera merencanakan potensi aksi mitigasi dari setiap bidang dan menyiapkan skenario pengurangan emisi CO 2 untuk jangka panjang dari setiap aksi tersebut. Aksi-aksi mitigasi yang sudah terdaftar dalam Perpres RAN-GRK No. 61 Tahun 2011 dapat dikaji ulang kembali untuk melihat apakah aksi-aksi tersebut dapat menurunkan emisi GRK, serta dilakukan analisa biaya dan rencana implementasinya. Hal ini mencakup rencana penurunan emisi CO2 jangka panjang secara tahunan dan disusun secara teratur sesuai dengan peringkat yang ditetapkan lihat proses seleksi di bawah ini, dengan mengikuti tahun awal dan tahun penutup yang sama seperti pada pembuatan skenario baseline BAU. Untuk penyusunan RAD-GRK pendeinisian aksi mitigasi dapat dilihat secara lebih jelas di Bab. 7 dan buku Panduan Penyusunan RAD-GRK. Dalam Perpes No. 61 Tahun 2011, belum ada pendeinisian aksi mitigasi untuk pencapaian target -26 sampai dengan -41. Pada Bab 3 akan dibahas lebih lanjut mengenai pendeinisian aksi ini.

3.1.3 Tingkat Keterlaksanaan yang Diusulkan dan Proses Seleksi atas Aksi Mitigasi

Sebagai salah satu pihak pada UNFCCC, Indonesia telah menegaskan kembali bahwa pembangunan ekonomi, sosial dan pengentasan kemiskinan merupakan prioritas pertama dan terpenting dari para negara berkembang. 7 Karena, negara berkembang masih harus terus berkembang memenuhi pertumbuhan ekonomi, sosial dan pembangunan. Ketentuan ini menjadi unsur penting yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan aksi mitigasi nasional. Beberapa kriteria pengujian dapat digunakan untuk menetapkan peringkat dari opsi aksi mitigasi potensial yang diajukan dari setiap bidang, yaitu: 7 UNFCCC COP 16, Cancun, in Decision 1CP.16. Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 24 i eisiensi biaya biaya rendah untuk mencapai pengurangan emisi yang signiikan ii menjaga konsistensi terkait tujuan pembangunan nasional; iii menjaga konsistensi terkait tujuan lingkungan nasional; iv ketersediaan dan kualitas data; v kelayakan politik dan sosial; vi replikabilitas, yaitu daya penyesuaian pada latar belakang geograis, sosio-ekonomi-budaya, hukum dan peraturan; dan vii pertimbangan makroekonomi, seperti dampak atas PDB, jumlah lapangan pekerjaan yang diciptakan dan ditutup, implikasi atas pembangunan jangka panjang, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial yang berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, dan nilai tukar uang asing dan perdagangan, dll. Untuk kriteria pengujian sebaiknya sejalan dengan keseluruhan kerangka skenario mitigasi potensial yang diusulkan dari setiap bidang yang penting dan berguna dengan menggunakan pendekatan bottom-up. Selain itu, keragaman teknologi, kebijakan nasional dan kerangka hukum dan perundangan yang ada juga harus dipertimbangkan. Lebih lanjut, penghitungan biaya pengurangan emisi GRK abatement cost untuk setiap aksi mitigasi potensial dianggap sangat penting. Besarnya biaya dan kriteria yang disepakati akan menentukan tingkat prioritas dari setiap aksi mitigasi dalam lingkup bidang terkait dan skala nasional. Percobaan Lapangan Kerja Pengentasan Kemiskinan Pembangunan Sosial dan Ekonimi Memenuhi Target Pengurangan Emisi Nasional sebagai Kontribusi bagi Upaya mitigasi Global yang Terpadu Gambar 6. Empat Pilar dalam Penentuan Aksi Mitigasi untuk Setiap Bidang. Beberapa kriteria pengujian yang diusulkan dalam Gambar 6 digunakan untuk menetapkan peringkat dari aksi mitigasi potensial yang diusulkan setiap bidang sesuai dengan situasi nasional dan sub-nasional. Sementara, untuk proses seleksi digambarkan pada Gambar 7.