Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek penting yang berperan dalam setiap lini kehidupan manusia. Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan seseorang. Dengan pendidikan manusia dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta dapat mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah laku. Sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 yang menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab Fadlillah, 2014 : 13. Dalam menggapai tujuan pendidikan tersebut, tentu tidak bisa terlepas dari kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan. Berhasil dan tidaknya sebuah pendidikan sangat bergantung dengan kurikulum yang digunakan. Di Indonesia, perubahan kurikulum telah terjadi beberapa kali. Pada tahun pelajaran 20132014, Kemendikbud menyusun, mengembangkan dan menetapkan sebuah kurikulum baru yang disebut kurikulum 2013. Kurikulum ini merupakan kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dalam konteks ini, kurikulum 2013 berusaha untuk lebih menanamkan nilai- nilai yang tercermin pada sikap dapat berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh peserta didik melalui pengetahuan di bangku sekolah. Dengan kata lain, antara soft skills dan hard skills dapat tertanam secara seimbang, berdampingan dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari Fadlillah, 2014 : 14. Dalam mewujudkan hal tersebut, tentunya diperlukan sistem pembelajaran yang berkualitas sehingga kedua kemampuan tersebut dapat terbangun secara maksimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru sebagai pendidik dan pengajar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut adalah penggunaan media dalam proses pembelajaran. Karena terkadang, untuk menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas, guru seringkali menemukan kesulitan dalam memberikan materi pembelajaran. Khususnya pembelajaran yang berhubungan dengan matematika. Terutama dalam memberikan gambaran konkret dari materi yang disampaikan, sehingga mengakibatkan banyak siswa yang merasa matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan bahkan momok yang menakutkan. Tak hanya itu, kurangnya penggunaan media dalam pembelajaran matematika juga akan menyebabkan siswa merasa bosan terhadap proses pembelajarannya. Akibatnya, kesulitan terus dialami siswa dalam memecahkan soal matematika yang disajikan guru. Kondisi pembelajaran matematika yang kurang kondusif seperti di atas, juga terjadi dalam pembelajaran matematika di kelas II SD Negeri Kalasan 1. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan guru wali kelas II pada tanggal 30 September 2015, tepatnya pukul 11.00 di ruang kelas II SD Negeri Kalasan 1, diperoleh informasi bahwa pembelajaran matematika masih kurang dipahami oleh siswa, khususnya yang ada dalam subtema Hidup Bersih dan Sehat Di Tempat Bermain. Hal ini karena didukung oleh kurangnya penggunaan media pembelajaran. Guru hanya menjelaskan materi di depan kelas tanpa tersedianya benda konkret yang dapat diamati siswa. Oleh karena itu, siswa menjadi kurang tertarik terhadap pembelajaran matematika. Untuk mengatasi masalah tersebut, alternatif yang dapat dipilih yaitu guru menggunakan media dalam menjelaskan suatu materi. Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal Sundayana, 2013 : 4. Di lain pihak, Hamidjojo dalam Sundayana, 2013 : 5 juga memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat tersebut dapat sampai kepada penerima yang dituju. Pengertian lain disebutkan bahwa media adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk pesan pembelajaran. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Sedangkan pembelajaran sendiri adalah usaha guru untuk menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan informasi dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dan pada akhirnya dapat menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa media sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, termasuk untuk peningkatan kualitas pembelajaran matematika. Penggunaan media dalam pembelajaran matematika oleh guru akan lebih menarik perhatian siswa serta dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dijelaskan. Dengan begitu akan memberikan dampak positif pula pada prestasi siswa. Dan diharapkan dengan adanya bantuan media ini selain memberikan kemudahan bagi siswa juga dapat memberikan motivasi belajar. Atas dasar latar belakang tersebut, peneliti tertarik menggunakan judul penelitian “Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Pada Muatan Pelajaran Matematika Dalam Subtema Hidup Bersih dan Sehat Di Tempat Bermain Untuk Siswa SD Kelas II.

B. Identifikasi Masalah