39
berkesimpulan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme, siswa terlihat lebih aktif dan prestasinya lebih baik.
Sehubungan dengan hal tersebut dan dirasa perlu untuk mengembangkan penelitian yang ada, maka penulis ingin mengadakan penelitian dengan menerapkan
pendekatan konstruktivistik yang dibantu multimedia komputer matematika untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam prestasi belajar matematika.
C. Kerangka Berfikir
Belajar merupakan kegiatan bagi semua orang. Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses yang membuat siswa harus aktif. Proses belajar
menunjukkan adanya sesuatu rangkaian kegiatan yang menyeluruh menyangkut berbagai faktor dan situasi yang berbeda di seketarnya. Dengan demikian berhasil
tidaknya proses belajar tersebut tergantung dari faktor yang mempengaruhi. Faktor yang berperan penting dalam kegiatan belajar adalah penggunaan dan
pemilihan metode yang tepat dan sesuai. Untuk itu agar metode mengajar terpilih dengan tepat, seorang guru harus mengetahui macam-macam metode dan mengetahui
topik-topik apa saja yang lebih efektif dan efisien untuk metode tersebut.
Prestasi belajar siswa di sekolah merupakan indikator keberhasilan siswa dalam mencapai tujuannya terutama pelajaran matematika. Prestasi belajar yang
tinggi menggambarkan bahwa siswa mampu mencapai tujuan belajar dengan sukses. Prestasi belajar matematika yang rendah memperlihatkan siswa belum dapat
mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Bagi mereka yang telah berhasil perlu ditingkatkan dengan pengajaran materi dan bagi mereka yang belum berhasil perlu
diperbaiki agar dapat mencapai tujuan belajarnya. Salah satu cara untuk mencapai presatasi belajar yang baik adalah diperlukan
pembelajaran yang menarik, efektif dan efisien. Salah satu pembelajaran tersebut adalah pembelajaran menggunakan pendekatan konstrutivistik dengan multimedia
komputer. Pembelajaran konstruktivistik dapat membantu kemajuan anak didik kita dikemudian hari, dapat membantu agar siswa sungguh belajar mengkonstruksi
40
pengetahuan mereka selama dalam bangku sekolah, membantu siswa berpikir kritis terhadap bahan yang mereka pelajari dan membantu untuk mengungkapkan ide dan
gagasan serta interpretasi mereka terhadap apapun yang dipelajari dan membantu kreativitas siswa.
Selain cara di atas untuk menanamkan kebiasaan belajar siswa agar lebih berprestasi adalah mengaktifkan atau mengiatkan siswa, akan mungkin terjadi bila
guru menjelaskan manfaat atau pentingnya bahan pelajaran baik kini maupun untuk masa yang akan datang.
Dengan kedua metode tersebut dapat melatih dan merangsang siswa untuk bertanya, dan bertindak kritis objektif serta mengupayakan jawaban terhadap suatu
masalah, sehingga siswa dapat bertindak aktif. Selain metode belajar faktor lain yang sangat mempengaruhi prestasi belajar
siswa melalui aktifitas belajar. Aktivitas siswa sangat penting sebab belajar sendiri merupakan suatu kegiatan. Tanpa kegiatan tak mungkin seseorang belajar. Aktivitas
ini dapat dilakukan dimana dan kapan saja. Kemampuan anak dalam beraktivitas dengan pembibingan yang serius akan lebih terarah. Siswa sebagai organisme hidup
yang beragam dan mempunyai kemampuan untuk berkembang. Dengan keaktivan siswa belajar diharapkan seorang siswa dapat menguasai materi pelajaran matematika
dengan hasil yang optimal. Juga diperkirakan prestasi belajar matematika siswa akan meningkat bila keaktivan siswa belajarnya meningkat. Siswa yang mempunyai
keaktivan belajar yang tinggi diduga akan meningkat prestasi belajarnya. Jika pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivistik dengan
multimedia komputer dan keaktivan siswa disertakan dalam mendesain pembelajaran, ada dugaan bahwa terdapat pengaruh terhadap prestasi belajar. Bagi siswa yang
aktivitasnya tinggi dan sedang dengan pembelajaran menggunakan konstruktivisme dengan multimedia komputer diduga akan memperoleh prestasi belajar tinggi. Namun
siswa yang keaktivannya rendah, menggunakan pendekatan konstruktivistik dengan multimedia komputer diduga tetap berprestasi lebih rendah dibandingkan dengan jika
mereka menerima pembelajaran dengan konvensional. Hal ini karena prasyarat untuk
41
membangun pengetahuan mereka sendiri dalam membentuk makna di benak mereka tidak terpenuhi. Sehingga mereka tetap merasa kesulitan, bahkan ada kemungkinan
prestasinya akan lebih baik jika dengan metode konvensional, yang penting mereka hafal rumus yang digunakan.
D. Hipotesis