53 penjualan yang tinggi dan akhirnya membangun tingginya loyalitas
merek. Beberapa studi menunjukkan bahwa biaya untuk menarik pelanggan baru adalah lebih dari lima kali biaya untuk mempertahankan
loyalitas pelanggan. RSIA Kemang Medical Care telah menggunakan media website
sebagai media pemasaran. Menurut marketing officer RSIA Kemang Medical Care, diantara media twitter dan website, calon konsumen
paling banyak mengakses website untuk melihat lebih jauh informasi mengenai RSIA Kemang Medical Care baik pelayanan, dokter, info
kesehatan, dan event yang diselenggarakan. RSIA Kemang Medical Care juga memaksimalkan website dengan mengubah tampilannya
menjadi lebih baik dan lebih lengkap.
2.9 Brand Positioning Posisi Merek
Positioning memposisikan didefinisikan sebagai the strategy to lead your customer credibly yaitu suatu upaya untuk mengarahkan pelanggan
secara kredibel Kartajaya, 2004. Lalu, menurut Gelder 2005 dalam Pamungkas 2013, brand positioning posisi merek adalah suatu cara
untuk mendemonstrasikan keunggulan suatu merek dan perbedaanya dari kompetitor lain.
Kotler dan Keller 2008 dalam Fau 2013 menjelaskan positioning memposisikan sebuah brand merek berkaitan dengan asosiasi brand
merek tersebut di benak konsumen, dan apabila kampanye positioning
54 memposisikan sebuah brand merek telah berhasil akan terbentuk asosiasi
dari konsumen terhadap sebuah brand merek seperti yang diinginkan oleh pihak produsen.
Dalam hal ini suatu perusahaan atau organisasi dalam menciptakan brand positioning tidak hanya memunculkan keunggulan semata tetapi
mendemonstrasikannya secara bertanggungjawab dimana sesuai dengan keadaan rumah sakit atau sesuai kenyataannya. Hal ini menjadi etika rumah
sakit dalam memposisikan diri dimata konsumen atau calon konsumen. Menurut Kepala Bagian Pemasaran, brand positioning yang ingin
ditunjukkan RSIA Kemang Medical Care adalah yang sesuai dengan filososfi, visi, misi, dan tujuan RSIA Kemang Medical Care, yaitu sebagai
rumah sakit ibu dan anak yang menyediakan dan memberikan layanan kesehatan untuk wanita dan anak. Oleh karena itu event marketing yang
diselenggarakan berfokus pada wanita dan anak, tidak hanya wanita yang sudah menjadi ibu, tetapi seluruh wanita baik anak, remaja, dewasa, hingga
lansia.
2.10 Rumah Sakit Ibu dan Anak
Menurut Permenkes RI No. 159 bMENKESPer1988, rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan terhadap tenaga kesehatan dan penelitian kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit
berupa pelayanan rawat jalan, rawat inap dan pelayanan gawat darurat yang
55 mencakup pelayanan medik dan penunjang medik. Dari aspek kepemilikan
rumah sakit dibedakan: 1. Rumah sakit pemerintah adalah rumah sakit yang dimiliki dan
diselenggarakan oleh Depkes, Pemda, BUMN, ABRI, dan instansi pemerintah lainnya.
2. Rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh yayasan yang disahkan sebagai badan hukum atau
badan hukum lain yang bersifat sosial ekonomi. Rumah Sakit Ibu dan Anak sebagai salah satu institusi pelayanan
kesehatan memiliki tanggung jawab tidak hanya pada pemberian pelayanan kesehatan Ibu dan Anak saja, namun harus dapat memberikan pelayanan
pencegahan terhadap terjadinya kegawat-daruratan persalinan dengan cara perencanaan dengan seksama, pelaksanaan petunjuk-petunjuk klinis yang
telag ditetapkan serta pemantauan secara teratur terhadap ibu hamil. Rumah Sakit Ibu dan Anak juga harus dapat menerapkan prinsip kedaruratan,
prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi, pelayanan transfusi darah, anestesia dan analgesia, serta perawatan operatif dan pegobatan antibiotika
Kepmenkes. Komponen pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak meliputi
Kepmenkes: 1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara terpadu.
2. Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. 3. Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak.
56 4. Menyelenggarakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Komprehensif PONEK. 5. Meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan Inisiasi dini menyusui pada
ibu baru melahirkan.
57
2.11 Kerangka Teori