Penemuan Penderita Upaya Penanggulangan DBD

Air yang digunakan dan tidak berhubungan langsung dengan tanah merupakan tempat perindukan yang potensial bagi vektor DBD. b. Kualitas Tempat Penampungan Air TPA Tempat penampungan air yang berjentik lebih besar kemungkinan terjadinya DBD dibandingkan dengan tempat penampungan air yang tidak berjentik. c. Kebersihan Lingkungan Kebersihan halaman dari kalengban bekas, tempurung, dan lain-lain juga merupakan faktor terbesar terjadinya DBD Depkes, 1997.

2.5. Upaya Penanggulangan DBD

2.5.1. Penemuan Penderita

Selama hampir dua abad, penyakit dengue digolongkan sejajar dengan demam, pilek atau diare. Penyakit ini dianggap sebagai penyesuaian diri seseorang terhadap iklim tropis. Tetapi, hal ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di Manila pada tahun 1953-1954, yang disertai renjatan shock dan perdarahan gastrointestinal yang berakhir dengan kematian penderita, menyebabkan pandangan ini berubah Soedarmo, 1988. Pada awal perjalanan penyakit DBD tandagejalanya tidak spesifik. Oleh karena itu masyarakatkeluarga diharapkan waspada jika terdapat tandagejala yang mungkin merupakan awal perjalanan penyakit DBD Depkes RI, 1992. Apabila keluargamasyarakat menemukan tandagejala di atas, maka penderita segera diberi obat penurun panas golongan parasetamol. Beri kompres hangat dan minum banyak seperti air teh, susu, sirop, oralit dan lain-lain. Jika dalam dua hari Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008 panas tidak turun atau timbul tandagejala lanjut seperti perdarahan kulit seperti gigitan nyamuk, muntah-muntah, gelisah, mimisan dianjurkan segera dibawa berobat ke dokter atau ke unit pelayanan kesehatan Puskesmas, RS atau sarana pelayanan kesehatan lain untuk segera mendapat pemeriksaan dan pertolongan Depkes RI, 2006. Dokter atau petugas kesehatan yang menentukan penderita DBD maka wajib dilaporkan dalam 1 kali 24 jam ke Puskesmas sesuai dengan tempat tinggal penderita. Pelaporan resmi dilakukan dengan jalan mengirim formulir pemeriksaan spesimen DBD atau tanpa spesimennya kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota setempat. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 Tahun 1989 Depkes RI, 1992. Penanggulangan seperlunya adalah kegiatan untuk mencegah atau membatasi penularan penyakit DBD di rumah penderitatersangka DBD dan lokasi sekitarnya yang diperkirakan dapat menjadi sumber penularan lebih lanjut. Jenis kegiatan yang dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi sebagai berikut Depkes RI, 1992: a. Bila ditemukan penderitatersangka DBD lainnya atau ditemukan satu atau lebih penderita panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukan jentik, dilakukan penyemprotan fogging focus di rumah penderita dan sekitarnya dalam radius 200 meter, 2 siklus dengan interval 1 minggu siklus 1 untuk mematikan nyamuk Aedes aegypti yang ada dan siklus II untuk mematikan nyamuk Aedes aegypti pada siklus 1 belum menjadi nyamuk atau masih berstadium pupa, Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008 penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk. b. Bila ditemukan penderita tetapi tidak ditemukan jentik, dilakukan penggerakan masyarakat PSN dan penyuluhan. c. Bila tidak ditemukan penderita dan tidak ditemukan jentik dilakukan penyuluhan terhadap masyarakat. Penanggulangan lain yang dilakukan di desakelurahan rawan dilaksanakan oleh petugas kesehatan dibantu masyarakat untuk mencegah terjadinya KLB dan membatasi penyebaran penyakit ke wilayah lain. Jenis kegiatan disesuaikan dengan stratifikasi daerah rawan sebagai berikut Soegijanto, 2004: a. Desakelurahan rawan I endemis yaitu apabila dalam tiga tahun terakhir setiap tahun terjangkit DBD maka dilakukan: i. Penyemprotan massal sebelum musim penularan, yaitu penyemprotan yang dilakukan di sebagian atau di seluruh wilayah DesaKelurahan rawan I sebelum masa penularan untuk membatasi penularan dan mencegah KLB. ii. Pemeriksaan jentik berkala di rumah dan di tempat umum yaitu pemeriksaan tempat-tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur sekurang- kurangnya tiga bulan sekali untuk mengetahui populasi jentik nyamuk penular DBD dengan menggunakan indikator Angka Bebas Jentik ABJ. iii. Penyuluhan pada masyarakat. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008 b. Desakelurahan rawan II sporadis yaitu apabila dalam tiga tahun terakhir terjangkit DBD tetapi tidak setiap tahun maka dilakukan: i. Pemeriksaan jentik berkala. ii. Penyuluhan pada masyarakat. c. DesaKelurahan rawan III potensial yaitu apabila dalam tiga tahun terakhir tidak pernah terjangkit penyakit DBD tetapi penduduknya padat, mempunyai hubungan transportasi yang ramai dengan wilayah lain dan persentase ditemukan jentik lebih dari 5, maka dilakukan: i. Pemeriksaan Jentik Berkala di rumah dan tempat umum akan tetapi pemeriksaan di rumah di lakukan jika ada DesaKelurahan rawan I atau II di kecamatan yang sama. ii. Penyuluhan kepada masyarakat. d. DesaKelurahan bebas yaitu desakelurahan yang tidak pernah terjangkit DBD, dan ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut atau yang ketinggiannya kurang dari 1000 meter tetapi persentase rumah yang ditemukan jentik kurang dari 5 maka dilakukan: i. Pemeriksaan jentik berkala di tempat umum. ii. Penyuluhan kepada masyarakat.

2.5.2. Pelaporan dan Tindak Lanjut Penanggulangan DBD