selanjutnya maka dibuatlah laporan langsung ke Dinas Kesehatan Kota tentang penderita demam berdarah serta foggingnya….
II Kalau ada warga yang terkena demam berdarah maka saya langsung melapor ke Puskesmas dan selanjutnya bersama petugas Puskesmas
kami turun melihat rumah dan penderita demam berdarah, dan biasanya kami memeriksa bak mandinya ada tidak jentik begitu
juga tempat-tempat yang ada mengandung air bersih seperti tempat penampung air Dispenser, selanjutnya petugas kesehatanlah yang
bekerja yaitu untuk fogging…..
Dari narasi di atas petugas kesehatan hanya menunggu laporan dari kelurahan ataupun ada penderita demam berdarah yang datang ke Puskesmas, petugas tidak
pernah menjemput bola sehingga kejadian demam berdarah dapat diantisipasi secara dini.
c. Pengamatan Penyakit dan Penyelidikan Epidemiologi
Berikut merupakan narasi dari petugas kesehatan yang menjadi penanggung jawab program penanggulangan demam berdarah tentang pengamatan dan
penyelidikan epidemiologi yang dilakukannya: I Bila ada masyarakat yang menderita penyakit demam berdarah
maka saya turun kelapangan untuk melakukan penyelidikan Epidemiologi serta melakukan pengamatan kepada seluruh warga
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
yang ada di lingkungan tersebut ada tidak yang sebelumnya terkena demam berdarah dan pemeriksaan jentik ke seluruh
rumah warga…..
Dari narasi petugas kesehatan tersebut dapat dilihat bahwa pengamatan penyakit demam berdarah baru dilakukan apabila ada masyarakat yang terkena demam
berdarah saja kalau tidak maka petugas kesehatan tidak turun. Sedangkan penyelidikan Epidemiologi memang dilakukan setelah ada masalah untuk melihat
perjalanan penyakit demam berdarah tersebut dan apa penyebabnya.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti oleh Keluarga
5.1.1. Cara Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti
Seperti influenza atau penyakit infeksi lain, infeksi virus dengue dapat
berulang, mungkin seseorang bisa mengalami infeksi virus dengue dua, tiga, atau
empat kali. Virus dengue dapat menyerang siapapun melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektornya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan
segala upaya untuk menghindari demam berdarah berulang. Ada dua faktor yang menyebabkan seseorang dapat tertular demam berdarah,
termasuk orang yang pernah mengalami sakit demam berdarah. Dua faktor ini sangat menentukan seseorang akan terkena DBD atau tidak, terutama saat
penyakit DBD meningkat. Dua faktor tersebut adalah faktor ekternal dan internal. Faktor eksternal meliputi ketahanan tubuh atau stamina seseorang. Jika kita
mampu menjaga kondisi badan tetap bugar, kemungkinan kecil untuk terkena demam berdarah. Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar tubuh
manusia. Faktor ini tidak mudah dikontrol karena melibatkan lingkungan dan perilaku orang-orang disekitar kita. Oleh karena itu, untuk menghindarinya perlu
usaha yang lebih keras Satari, 2004. Penyakit DBD menjadi masalah kesehatan masyarakat karena jumlah
penderitanya tinggi dan penyebarannya yang makin luas, terutama di musim
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
penghujan. Sejumlah pakar kesehatan setuju bahwa kondisi ini juga dipengaruhi oleh budaya masyarakat yang senang menampung air untuk keperluan rumah
tangga dan kebersihan dirinya. Hal ini menjadi faktor eksternal yang memudahkan seseorang menderita DBD. Masyarakat kita lebih senang mandi
dengan menampung air dahulu ke dalam bak mandi daripada menggunakan shower. Padahal kondisi ini memberikan kesempatan pada nyamuk Aedes
aegypti untuk hidup dan berkembang Satari, 2004. Hal tersebut sesuai dengan yang ditemukan di masyarakat Perumnas
Helvetia yang menampung air dengan wadah penampung air yaitu tong walaupun hal tersebut terpaksa mereka lakukan karena keterbatasan air bersih seperti narasi
keluarga berikut: “Maklumlah perumnas Helvetia sering mati air, sehingga untuk mandi, mencuci dan kakus harus ditampung dalam “tong” dan ember-ember”.
Nyamuk ini sangat senang berkembang biak ditempat penampungan air karena tempat itu tidak terkena sinar matahari langsung. Nyamuk ini tidak dapat
hidup dan berkembang biak di daerah yang berhubungan langsung dengan tanah. Dan dari berbagai tempat berkembang biak, bak mandi merupakan tempat
penampungan air yang paling banyak mengandung larva Aedes aegypti. Hal ini dikarenakan kamar mandi masyarakat kita umumnya lembab, kurang sinar
matahari dan sanitasi atau kebersihannya kurang terjaga. Nyamuk Aedes lebih menyukai beristirahat di tempat yang gelap, lembab,
tepat bersembunyi di dalam rumah atau bagunan, termasuk tempat tidur, kloset, kamar mandi dan dapur. Walaupun jarang, juga ditemukan di luar rumah
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
ditanaman atau tempat berlindung lainnya, tempat beristirahat di dalam rumah adalah di bawah perabotan, benda-benda yang digantung seperti baju dan tirai dan
dinding. Keluarga memegang peranan penting dalam menjaga kebersihan rumah,
apabila keluarga selalu menjaga kebersihan rumahnya maka nyamuk penyebab demam berdarah tidak dapat berkembang biak dikarenakan sifat dari nyamuk
demam berdarah sendiri yang sangat senang hidup dan berkembang biak ditempat yang lembab dan bersih. Selama ini kita terlalu banyak berharap kepada
Pemerintah agar dapat mencegah penyebaran demam berdarah padahal hal tersebut dapat dicegah oleh keluarga melalui kebersihan rumah dan lingkungan
Anonim, 2007. Kebersihan di dalam rumah bukan hanya dalam menjaga rumah tersebut
bersih tetapi juga dari semua hal yang dapat menjadi peristirahatan nyamuk seperti baju yang bergantungan dan kurangnya ventilasi sehingga rumah lembab.
Biasanya kebersihan di dalam rumah terdiri dari membersihkan rumah secara teratur setiap hari dan menjaga kebersihan rumah lainnya yaitu antara lain kamar
mandi. Adapun cara membersihkan bak mandi yaitu secara berkala keluarga
melakukan pengurasan dan pembersihan dinding dalamnya, lalu taburi air dengan larvasida untuk membunuh jentik-jentik yang ada, serta bila rumah akan
ditinggalkan untuk beberapa hari maka bak mandi harus dikosongkankeringkan.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
Mungkin hampir setiap rumah di Indonesia memiliki tempat penampungan air. Itu artinya di setiap rumah jentik Aedes aegypti dapat
berkembang biak. Oleh karena itu, gerakan memberantas nyamuk harus dilakukan pada setiap keluarga di rumahnya. Kegiatan ini harus dilakukan secara serempak
mengingat nyamuk ini mempunyai kemampuan terbang yang cukup jauh dengan radius 100-200 meter. Jadi, jika anda sudah membersihkan seluruh rumah, bukan
tidak mungkin salah satu keluarga kita atau bahkan kita sendiri tetap tertular DBD.
Penelitian Satari 2004, menunjukkan di daerah dengan persediaan air tanpa pipa atau PAM, perkembangan nyamuk Aedes aegypti-nya lebih tinggi karena
penampungan air lebih banyak dibandingkan di daerah yang sudah tersedia air dengan saluran pipa. Hal ini tidak sejalan dengan hasil pengamatan saya karena
walaupun masyarakat Perumnas Helvetia menggunakan PAM tetap saja masyarakatnya terkena demam berdarah.
Apabila aliran sumber air tidak memadai dan hanya tersedia pada jam-jam tertentu atau sedikit, maka harus diperhatikan kondisi penyimpanan air pada
berbagai jenis wadah karena hal tersebut dapat meningkatkan perkembangan Aedes. Kebanyakan wadah tersebut besar dan berat seperti tangki penyimpanan
air dan sulit untuk dikeringkan atau dibersihkan, bahkan sumur bersih apabila tidak dimanfaatkan juga bisa menjadi tempat kembang biak nyamuk. Sangat
penting tersedianya air minum dalam jumlah yang cukup, berkualitas baik dan
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
terus menerus untuk mengurangi kemungkinan penyimpanan air dalam wadah yang dapat berfungsi sebagai tempat perindukan jentik Depkes RI, 2007.
Sumber utama perkembangbiakan Ae. aegypti sebagian besar adalah wadah-wadah penampungan air untuk keperluan rumah tangga, termasuk wadah
dari keramik, tanah liat dan bak semen yang berkapasitas besar. Wadah penampungan harus ditutup dengan penutup yang rapat atau kasa. Setelah
menggunakan air harus dijaga agar wadah tertutup kembali Depkes RI, 2003. Dari hasil penelitian yang saya lakukan maka di Perumnas Helvetia dari
empat keluarga tersebut yang diamati seluruhnya melakukan penampungan air untuk kebutuhan sehari-hari. Sudah seharusnya keluarga dalam mengantisipasi
ketersediaan air tersebut dengan menggunakan wadah penampungan air yang tertutup dan terjaga baik. Walaupun menggunakan tong yang besar untuk
menampung air karena keterbatasan air tetapi selama tong penampung air tersebut tertutup rapat dan bila selesai mengambil air lalu tong tersebut ditutup kembali
serta membersihkan dan membuang air sisa yang ada di dalam tong secara berkala dan menyikat tong penampung air tersebut maka jentik demam berdarah
tidak akan ada di dalamnya.
5.1.2. Sanitasi Lingkungan
Menurut Depkes 2003, kebersihan lingkungan dari media seperti kaleng, ban bekas, plastik, tempurung dan lain-lain merupakan aspek lingkungan yang
mempengaruhi terjadinya DBD.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
Sanitasi lingkungan merupakan hal yang harus diperhatikan oleh keluarga dan warga, sanitasi lingkungan biasanya dilakukan secara bergotong royong oleh
seluruh warga di lingkungan tersebut, tetapi tidak semua warga yang merasa bertanggung jawab akan keadaan sanitasi lingkungannya apalagi yang tinggal di
perumahan. Warga baru mau bergotong royong apabila kepala lingkungan mereka aktif dan mau bersama-sama warga bergotong royong. Kepala lingkungan sebagai
tokoh masyarakat seharusnya berperan aktif tetapi hal tersebut sangat jarang sekarang ini.
Sanitasi lingkungan yaitu bagaimana menjaga kebersihan lingkungan di sekitar keluarga. Selama ini kejadian yang terjadi di masyarakat mereka kurang
sadar akan pentingnya sanitasi lingkungan. Masyarakat hanya mau membersihkan lingkungan di rumah mereka saja. Masyarakat tidak sadar bahwa nyamuk Aedes
aegypti bisa terbang dalam radius sampai 100 meter, jadi bukan mereka saja yang bisa terkena tetapi tetangga mereka juga bisa terkena.
Menurut Soegijanto 2004, dari semua pengendalian nyamuk Aedes seperti pengendalian kimiawi tetap saja yang paling penting dari semua itu adalah
menggugah dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau memperhatikan kebersihan lingkungannya dan memahami tentang mekanisme penularan penyakit
DBD sehingga dapat berperan aktif menanggulangi penyakit DBD. Sejalan dengan hal di atas maka kepala lingkungan dianggap sebagai
orang yang sangat dekat dengan masyarakat dan merupakan perpanjangan dari Pemerintah. Selama ini masyarakat merasa bahwa kepala lingkungan merekalah
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
yang harusnya berperan serta aktif untuk mengajak warganya membersihkan dan menjaga sanitasi lingkungan. Kepala lingkungan sudah seharusnya tanggap akan
situasi yang ada pada warganya apalagi warga merasa mereka yang mengangkat kepala lingkungan melalui musyawarah bersama.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahidin 2003 dan Kusdi 2003, menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor keadaan
lingkungan berupa kebersihan halaman rumah dari sampah yang dapat menampung air seperti botol bekas, tempurung dan lain-lain.
Hal tersebut berlawanan dengan yang peneliti dapatkan karena sampah juga dapat menimbulkan DBD bila sampah tersebut dibiarkan berserakan dan
tanpa memeriksa ada tidak air di dalamnya serta menempatkan sampah tersebut dengan baik, keluarga hanya membuang sampah yang tidak berguna seperti
sampah sayuran, sisa nasi, dan sampah belanjaan seperti bekas kantongan dan sampah kertas, tetapi sampah seperti kaleng bekas cat, botol plastik, botol kaca
dan benda-benda yang bisa mereka jual selalu mereka simpan padahal bila benda- benda tersebut tidak disimpan dengan benar dan benar-benar bersih dari air maka
akan menyebabkan demam berdarah karena jentik nyamuk bisa tinggal ditempat tersebut.
Menurut Satari H 2004, penanggulangan demam berdarah pada keluarga sampai saat ini masih belum berjalan dengan baik, penyakit demam berdarah
terus saja terjadi dikarenakan kurangnya kesadaran untuk menjaga lingkungan oleh keluarga. Penderita demam berdarah menjadi sangat tinggi dan menyebar
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
sangat luas biasanya pada musim penghujan. Kondisi ini dipengaruhi oleh budaya masyarakat yang senang menampung air untuk keperluan rumah tangga dan
kebersihan dirinya. Pemberantasan nyamuk demam berdarah yang paling efektif adalah
dengan tindakan PSN sehingga tempat-tempat perindukan dan peristirahatan nyamuk dapat dihilangkan.
Menjaga lingkungan sekitar menjadi prioritas agar kasus DBD tidak terjadi lagi. Memang, tidak mudah karena usaha ini membutuhkan kerjasama. Jika
mau bergerak sendiri akan sulit. Oleh karena itu, sebaiknya meminta aparat setempat memberikan himbauan atau gerakan langsung mengajak masyarakat
untuk melakukan aksi 3 M. Sampah merupakan masalah bagi setiap keluarga, apalagi masyarakat kita
masih mempunyi sifat “sayang” membuang “masih” bisa dipakai, padahal sampah merupakan sumber penyakit bila tidak dibuang pada tempatnya dan
dengan benar. Masyarakat yang tinggal diperumahan biasanya tidak terlalu pusing
dengan sampah karena “biasanya” selalu diangkut oleh pengangkut sampah tetapi kalau pengangkut sampahnya selalu tepat waktu mengangkut sampah, ketika hal
tersebut tidak terjadi maka sampah akan bertumpuk di pekarangan dan menimbulkan masalah.
Sampah padat, kering seperti kaleng, botol, ember atau sejenisnya yang tersebar di sekitar rumah harus dipindahkan dan dikubur di dalam tanah atau
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
sebelum dimusnahkan harus disimpan secara baik. Perlengkapan rumah tangga harus disimpan terbalik seperti mangkok, ember dan alat penyiram tanaman
sehingga tidak menampung air hujan. Sedangkan botol, kaca, kaleng dan wadah kecil lainnya harus dikubur di dalam tanah atau dihancurkan dan didaur ulang
untuk keperluan industri Depkes RI, 2004. Pembuangan sampah padat di Perumnas Helvetia tidak dapat dilakukan
dengan cara menguburmenanam karena keterbatasan lahan dari warga masyarakat Perumnas sehingga pencegahan yang mereka lakukan hanya
menguras bak mandi dan kontainer lain yang mengandung air, menutup wadah penampung air dan penyimpanan air lainnya serta telungkupkan wadah-wadah
yang tidak terpakai serta dapat menyimpan air.
5.1.3. Pengetahuan Keluarga
Penelitian yang dilakukan Paiman 2000, menjelaskan bahwa penderita DBD umumnya mempunyai pengetahuan yang kurang, sehingga berdampak terhadap
upaya pencegahan dan penanggulangan DBD. Pengetahuan yang kurang merupakan salah satu faktor resiko terhadap kejadian DBD. Masyarakat dengan
tingkat pengetahuan tinggi cenderung lebih memahami dan mengerti dalam menjaga kesehatan dirinya dan anggota keluarganya, apabila mengenai penyakit
menular seperti DBD. Sesuai dengan penelitian di atas, didapati bahwa dari keluarga yang
terkena demam berdarah, setelah ditanyakan kepada keluarga tersebut ternyata keluarga mengetahui dan mengenal demam berdarah selama ini hanya dari
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
“televisi”, tetapi begaimana tandagejala, cara penularan dan pencegahan penyakit demam berdarah tidak mereka ketahui secara jelas. Pengetahuan mereka dapatkan
selain dari televisi biasanya dari “mulut ke mulut” melalui tetangga ataupun saudara mereka yang pernah terkena demam berdarah serta pengalaman pribadi.
Tetapi kalau pengetahuan yang diberikan oleh petugas kesehatan sangatlah jarang bahkan tidak pernah mereka dapatkan.
Dari dua keluarga yaitu keluarga Ibu Dita dan Ibu Ida dalam mengobati demam berdarah hanya secara naluriah sebagai seorang ibu yang anaknya
mengalami sakit dengan membawa anak mereka berobat tanpa pengetahuan yang cukup sehingga kemungkinan untuk terulang kembali demam berdarah kepada
keluarga mereka sangat besar, karena demam berdarah bisa menular keanggota keluarga yang lain bila mereka tidak tahu akan penyebab demam berdarah dan
gejala-gejalanya. Pengetahuan yang kurang dan sikap ibu yang tidak mau tahu akan pentingnya
penanggulangan demam berdarah juga menjadi kendala yang sangat besar dikarenakan mereka ketidak mau tahuan keluarga akan pentingnya 3 M, bukan
kalau telah di fogging mereka sudah dapat terhindar dari demam berdarah. Sedangkan dua keluarga yang tidak terkena demam berdarah yaitu
keluarga Bapak Sitorus dan Bapak Nainggolan didapati bahwa pengetahuan mereka sudah baik terhadap penanggulangan demam berdarah bahkan mereka
telah mengetahui bagaimana cara pencegahan demam berdarah tersebut sehingga keluarga mereka tidak terkena demam berdarah.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
5.2. Peran Petugas
5.2.1. Tanggung Jawab Petugas
Petugas kesehatan dalam penanggulangan DBD mempunyai tanggung jawab yaitu melakukan kunjungan rumah dalam hal ini untuk melakukan penyuluhan
kepada masyarakat yaitu keluarga agar mereka mengerti dan melaksanakan penanggulangan DBD, melakukan pemeriksaan jentik di rumah-rumah
masyarakat, menggerakkan dan mengawasi pemberantasan sarang nyamuk serta membuat laporan hasil pemeriksaan jentik serta melaporkannya setiap bulan
Depkes RI, 2006. Dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010
diakui oleh Departemen Kesehatan bahwa kelemahan pembangunan kesehatan dari sudut tenaga adalah yang menyangkut penyebaran yang belum merata, mutu
pendidikan yang belum memadai, komposisi tenaga kesehatan yang timpang Depkes RI, 1999.
Hal tersebut sesuai dengan yang peneliti dapati di lapangan di mana tenaga kesehatan program penanggulangan DBD hanya satu orang dengan pendidikan
DIII keperawatan dengan luas wilayah kerja yang sangat luas yaitu 7 wilayah, dengan minim pengetahuan dan pengalaman serta sering berganti-ganti petugas
penanggung jawab sehingga kinerja petugas kesehatan tersebut kurang. Petugas kesehatan selama ini merasa bahwa tugas mereka bukan hanya
untuk mengontrol masyarakat agar mau menjaga keluarga mereka terhadap demam berdarah. Petugas merasa bahwa masyarakat lah yang tidak aktif dan
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
sangat pasif, karena selama masyarakat merasa bahwa “fogginglah” yang paling penting dalam pencegahan demam berdarah maka demam berdarah akan terus
terjadi, padahal fogging hanya membunuh nyamuk dewasa tetapi tidak membunuh jentik-jentik nyamuk jadi semua harus “berpulang” ke masyarakat
kembali untuk menjaga rumah dan lingkungannya sehingga tidak menjadi tempat perindukan nyamuk demam berdarah.
Petugas dalam menjalankan tanggung jawabnya sudah seharusnya melakukan kunjungan rumah untuk melakukan penyuluhan tentang
pemberantasan demam berdarah kepada keluarga tetapi pada kenyataannya hal itu tidak mereka lakukan, hanya ketika terjadi kasus demam berdarah saja mereka
melakukan kunjungan rumah hal itu pun dikarenakan harus melakukan penyelidikan Epidemiologi.
Selain melakukan kunjungan rumah petugas kesehatan juga melakukan pemeriksaan jentik berkala ke rumah-rumah masyarakat yang dilakukan secara
rutin yaitu pada waktu yang telah ditetapkan bersama. Ibu Herta selaku petugas penanggung jawab penanggulangan demam berdarah di Puskesmas Helvetia
mengatakan, mereka secara rutin melakukan pemeriksaan jentik pada hari Jumat, di mana dikerahkan seluruh petugas yang ada di Puskesmas dan dijadwalkan
secara terperinci kapan saja mereka turun melakukan melakukan pemeriksaan jentik tersebut karena mereka dibagi sebanyak empat kelompok di seluruh
wilayah kerja Puskesmas.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
Selain itu petugas kesehatan juga merupakan penggerak dan pengawas dalam pemberantasan sarang nyamuk tetapi melihat kenyataan di lapangan di
mana petugas penanggung jawab penanggulangan demam berdarah hanya satu orang saja maka hal tersebut sulit dilakukan. Di mana seharusnya petugas
kesehatan mengawasi dan mengajak masyarakat agar mau melakukan PSN secara serentak dan mengingat wilayah kerja Puskesmas Helvetia yang sangat luas
dengan 7 wilayah kerja maka petugas sangat kewalahan untuk melakukannya. Petugas kesehatan dalam hal ini penanggung jawab program
penanggulangan demam berdarah setiap melakukan pemeriksaan jentik yaitu setiap hari Jumat membuat catatan atau hasil rekapan pemeriksaan jentik, tetapi
dari hasil yang saya lihat sewaktu saya mengikuti pemeriksaan jentik yang mereka lakukan rekap itu hanya sekedar catatan berapa jumlah rumah yang
diperiksa dan itu dicatat hanya pada selembar kertas bukan pada kertas rekapan tetap dan nama pemilik rumah tidak dicatat secara lengkap.
Setiap selesai melakukan pemeriksaan jentik maka hasil catatan pemeriksaan itu lalu diserahkan kepada petugas penanggulangan DBD lalu si
petugas tersebutlah yang merekap hasil pemeriksaan jentik tersebut lalu dilaporkanlah kepada Kepala Puskesmas.
5.2.2. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan di Puskesmas Helvetia tidak berjalan di mana seharusnya hal ini dilakukan mengingat angka kejadian demam berdarah yang tinggi
di Puskesmas Helvetia. Promosi kesehatan sangat penting dilakukan sehingga
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
masyarakat tergugah untuk mengubah perilaku mereka dari yang tidak baik menjadi perilaku yang baik.
Petugas kesehatan penanggung jawab program penanggulangan DBD di Puskesmas Helvetia bahkan tidak tahu apa itu promosi kesehatan atau apa saja
yang dilakukan dalam melakukan promosi kesehatan, bahkan ketika ditanya hal yang paling sederhana tentang penyuluhan apa saja yang mereka lakukan
sepertinya petugas tersebut juga kurang mengerti. Promosi kesehatan yang mereka lakukan hanya sekedar himbauan kepada
keluarga agar melakukan 3 M tanpa menunjukkan dan mempraktekkan apa-apa saja 3M tersebut. Bahkan brosur dan leafleat Puskesmas Helvetia mengenai DBD
tidak ada, padahal itu sangatlah banyak di Dinas Kesehatan tinggal bagaimana cara mereka untuk bisa memperoleh dan membagi-bagikan kepada masyarakat
yang datang ke Puskesmas Helvetia. Promosi kesehatan yang mereka akui hanya pada waktu “Gerakan Bulan
DBD” berupa pergerakkan yang dilakukan Pemerintah melalui Dinas Kesehatan dengan pemberian tas dan kaos yang bertuliskan pencegahan demam berdarah
kepada anak-anak SD dan hal tersebut telah sangat lama tidak ada lagi. Promosi kesehatan dengan melakukan penyuluhan sangat penting dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat. Hal tersebut merupakan proses jangka panjang untuk mencapai perubahan perilaku manusia, yang harus dilaksanakan
secara berkelanjutan. Penuluhan kesehatan dinilai cukup efektif untuk daerah- daerah endemis dan beresiko terjangkitnya DBD Depkes RI, 2003.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
Penyuluhan kesehatan dilakukan melalui berbagai saluran komunikasi personal meliputi kegiatan pendidikan kelompok dan berbagai media massa
seperti televisi, Koran dan majalah.
5.2.3. Pemberantasan Sarang Nyamuk
Dari hasil pengamatan saya petugas kesehatan melakukan kegiatan PSN setiap hari Jumat sudah dilaksanakan dengan baik tetapi karena setiap melakukan
yang “kata mereka” adalah PSN tetapi kenyataannya hanyalah pemeriksaan “jentik”
di dalam rumah dikarenakan pelaksanaan“PSN” tersebut dilakukan pada wilayah kerja Puskesmas yang didapati penderita demam berdarah. Ketika petugas
Puskesmas ditanya mengapa hanya di wilayah atau lingkungan yang terkena kasus demam berdarah saja yang dilakukan Jumat bersih “kata” petugas
Puskesmas karena luasnya wilayah kerja Puskesmas. PSN sebenarnya bagaimana mengajak masyarakat agar turut serta dalam
pemberantasan sarang nyamuk dengan bergotong royong bersama membersihkan lingkungan tetapi karena umumnya warga Perumnas Helvetia adalah pekerja
maka hal tersebut sangat sulit untuk dilakukan bersama dengan warga. Salah satu cara hanya dengan memeriksa ada tidaknya jentik di wadah penampungan air
warga serta memberikan penyuluhan langsung kepada keluarga agar selalu melakukan 3M+1T.
PSN dapat dilakukan secara serentak oleh warga hanya harus diatur dan disepakati waktu yang tepat seperti hari Minggu atau hari libur di mana
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
masyarakat tidak bekerja dan berada di rumah, sehingga semua masyarakat dapat bersama melakukan kegiatan PSN tersebut karena tindakan PSN tersebut harus
serenpak sehingga nyamuk demam berdarah tidak dapat berpindah tempat dan dapatlah diputuskan rantai kehidupan nyamuk demam berdarah tersebut.
Masyarakat sebenarnya mau untuk diajak melakukan kegiatan PSN tersebut jika semua warga turun dan kepala lingkungan mereka juga mau turut serta bersama
mereka.
5.3. Penanggulangan terhadap DBD
Penanggulangan DBD pada dasarnya adalah pemutusan mata rantai penularan dari nyamuk demam berdarah yang dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
sebagai berikut:
a. Perlindungan Perorangan
Nyamuk Aedes aegypti menghisap darah manusia dan merupakan spesies yang aktif disiang hari. Nyamuk betina mempunyai waktu menggigit, yaitu
beberapa jam diwaktu pagi hari dan beberapa jam sebelum gelap. Pada umumnya Aedes aegypti tidak menggigit di malam hari, namun mungkin menggigit dalam
ruangan yang terang di malam hari Depkes RI, 2003. Menurut Depkes RI 2003, pakaian dapat mengurangi resiko gigitan nyamuk
bila pakaian tersebut cukup tebal dan longgar, lengan panjang dan celana panjang dengan kaki yang merupakan daerah gigitan nyamuk.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
Merujuk hal di atas maka anak sekolah seharusnya mengenakan pakaian semacam itu. Selama ini pakaian anak sekolah tidak seperti itu apalagi kalau anak
TK dan SD di mana seragam anak TK dan SD adalah jelana pendek untuk anak laki-laki dan rok pendek untuk anak perempuan. Tidak banyak anak TK dan SD
yang memakai seragam yang menutup seluruh badannya, sehingga nyamuk dengan mudah menggigit mereka.
Produk insektisida rumah tangga, seperti obat nyamuk bakar, semprotan pyrentrum dan aerosol semprot banyak digunakan sebagai alat perlindungan diri
terhadap nyamuk Depkes RI, 2003. Membunuh nyamuk dewasa dengan memanfaatkan penyemprot aerosol yang
dijual dan tersedia secara aman. Adapun cara penggunaannya dengan menyemprot kamar-kamar tidur termasuk kamar mandi, kloset dan dapur selama
beberapa detik dan tutup kamar-kamar tersebut selama 15 – 20 menit. Waktu penyemprotan harus berbarengan dengan saat puncak waktu menggigit diawal
pagi hari dan sore hari. Hal tersebut dilakukan oleh keluarga Bapak Nainggolan untuk mencegah gigitan nyamuk.
Menurut Depkes RI 2003, dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit demam berdarah, tirai yang telah dicelupkan ke larutan insektisida mempunyai
manfaat yang terbatas dalam program pemberantasan dengue karena spesies vector menggigit pada siang hari. Walaupun demikian, kelambu dapat digunakan
secara efektif melindungi bayi dan pekerja malam. Yang sedang tidur siang kelambu tersebut dapat juga secara efektif.
Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
Keluarga Bapak Sugi untuk mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu nyamuk yang mereka pakai setiap hari dan anak-anak Bapak Sugi juga
bermain di dalam kelambu hal tersebut menunjukkan bahwa ketakutan yang amat sangat dari Ibu Ida terhadap kemungkinan anak-anaknya terkena demam berdarah
kembali, terlihat dari narasi berikut: Saya takut sekali, sehingga anak-anak saya bermain di dalam kelambu bahkan ketika makan juga mereka di dalam kelambu.
b. Pemberantasan Vektor Jangka Panjang