Informan II Keluarga Bapak Apri

selokan tersebut seluruhnya dibuat dari semen sehingga bila air tidak mengalir dapat menjadi perindukan nyamuk. Semua keluarga yang tinggal merasa tidak penting dan tidak memperhatikan selokan yang mampet tersebut karena berada di belakang rumah mereka.

2. Informan II Keluarga Bapak Apri

Bapak Apri berusia 32 tahun, bekerja sebagai supir dengan pendidikan SMA. Bapak Apri mempunyai istri yang bernama Ibu Ida yang berusia 25 tahun dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, adapun pendidikan Ibu Ida adalah SLTP. Bapak Apri dan Ibu Ida bersuku Jawa dan bertempat tinggal di Perumnas Helvetia Medan. Keluarga Bapak Apri mempunyai dua orang anak yang bernama Arif berumur 6 tahun tetapi belum bersekolah menurut Ibu Ida nanti tahun ajaran baru Arif langsung masuk SD, dan anak kedua bernama Yolanda berumur 3 tahun, adapun anak Bapak Apri yang terkena demam berdarah adalah Yolanda. Keluarga Bapak Apri tinggal di sebelah rumah orang tua Bapak Apri, mereka menumpang di rumah orang tuanya Bapak Apri tetapi tidak satu rumah. Rumah Bapak Apri sangat kecil yang hanya terdiri dari tiga ruangan yaitu ruang depan tamu yang mereka “jadikan” kamar tidur, ruang tengah yang merupakan dapur tempat Ibu Ida memasak dan yang terakhir adalah kamar mandi di mana mereka tidak menggunakan bak mandi tetapi hanya “ember sedang” tanpa penutup dan dibiarkan terbuka untuk mempung air dan “jamban”. Ibu Ida mencuci pakaian di kamar mandi tersebut, kamar mandi tersebut juga berfungsi Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008 untuk menjemur pakaian kelurga Ibu Ida apabila belum kering ataupun Iibu Ida malas menjemur di halaman. Kamar mandi tersebut ada ventilasi yang juga merupakan sumber cahaya bagi kamar mandi tersebut dan tanpa “kawat kasa” padahal ventilasi tersebut langsung berhubungan dengan rumah tetangga mereka yang terkena demam berdarah empat orang yaitu bapak, ibu dan dua ponakan mereka kejadian tersebut sebelum “Yolanda” terkena demam berdarah. Rumah Bapak Apri tidak mempunyai “jendela” sama sekali karena rumah mereka terhimpit antara rumah orang tua Bapak Apri dan “warung sarapan pagi” orang tua Bapak Apri, satu-satunya sumber ventilasi adalah pintu masuk rumahnya. Rumah Bapak Apri terlihat bersih dan rapi dikarenakan Ibu Ida “rajin” menjaga kebersihan rumah mereka. Walaupun bersih tetapi rumah mereka langsung berhadapan dengan gudang tempat penyimpanan barang-barang berkas milik ibu mertua Ibu Ida di ruang gudang tersebut tidak berdinding rapat melainkan setengah terbuka karena bekas “warung sarapan pagi” mereka yang tidak dipakai lagi. Di dalam gudang berukuran 2 x 3 m2 tersebut banyak berserakan barang-barang tidak terpakai lagi seberti kaleng bekas cat, tumpukan kayu, tumpukan kardus, bekas tempat “rak” piring dan ada kran air serta ember untuk menampung air karena ibu mertua sering mencuci piring dan kadang- kadang pakaian di tempat tersebut, gudang tersebut gelap dan lembab. Sebelum Yolanda terkena demam berdarah Ibu Ida mengatakan bahwa mereka pulang kampung dikarenakan ibu kandung Ibu Ida meninggal dunia Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008 sehingga mereka meninggalkan rumah dalam kedaan terkunci selama lebih dari seminggu. Sewaktu pulang kembali kerumah mereka Ibu Ida mengatakan bahwa ember penampung air yang ada di kamar mandi dalam keadaan penuh terisi air walaupun Ibu Ida tidak bisa memastikan ada tidaknya jentik nyamuk di dalam ember tersebut. Dikarenakan hari sudah malam mereka langsung tidur sehingga tidak sempat membuang air yang ada dalam ember penampung tersebut dan keesokan harinya ketika mau “memasak” barulah air dalam ember tersebut dibuang dan diganti baru. Selokan di sekitar rumah Bapak Apri dalam keadaan lancar walaupun sebelumnya dalam keadaan mampet hal itu dilakukan setelah kepala lingkungan mereka meminta seluruh warganya agar bergotong royong. Selokan di belakang rumah Ibu Ida lancar hanya selokan ibu mertuanya dalam keadaan mampet karena tersumbat “batu besar”.

3. Informan III Keluarga Bapak Sitorus