Sanitasi Lingkungan Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti oleh Keluarga

terus menerus untuk mengurangi kemungkinan penyimpanan air dalam wadah yang dapat berfungsi sebagai tempat perindukan jentik Depkes RI, 2007. Sumber utama perkembangbiakan Ae. aegypti sebagian besar adalah wadah-wadah penampungan air untuk keperluan rumah tangga, termasuk wadah dari keramik, tanah liat dan bak semen yang berkapasitas besar. Wadah penampungan harus ditutup dengan penutup yang rapat atau kasa. Setelah menggunakan air harus dijaga agar wadah tertutup kembali Depkes RI, 2003. Dari hasil penelitian yang saya lakukan maka di Perumnas Helvetia dari empat keluarga tersebut yang diamati seluruhnya melakukan penampungan air untuk kebutuhan sehari-hari. Sudah seharusnya keluarga dalam mengantisipasi ketersediaan air tersebut dengan menggunakan wadah penampungan air yang tertutup dan terjaga baik. Walaupun menggunakan tong yang besar untuk menampung air karena keterbatasan air tetapi selama tong penampung air tersebut tertutup rapat dan bila selesai mengambil air lalu tong tersebut ditutup kembali serta membersihkan dan membuang air sisa yang ada di dalam tong secara berkala dan menyikat tong penampung air tersebut maka jentik demam berdarah tidak akan ada di dalamnya.

5.1.2. Sanitasi Lingkungan

Menurut Depkes 2003, kebersihan lingkungan dari media seperti kaleng, ban bekas, plastik, tempurung dan lain-lain merupakan aspek lingkungan yang mempengaruhi terjadinya DBD. Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008 Sanitasi lingkungan merupakan hal yang harus diperhatikan oleh keluarga dan warga, sanitasi lingkungan biasanya dilakukan secara bergotong royong oleh seluruh warga di lingkungan tersebut, tetapi tidak semua warga yang merasa bertanggung jawab akan keadaan sanitasi lingkungannya apalagi yang tinggal di perumahan. Warga baru mau bergotong royong apabila kepala lingkungan mereka aktif dan mau bersama-sama warga bergotong royong. Kepala lingkungan sebagai tokoh masyarakat seharusnya berperan aktif tetapi hal tersebut sangat jarang sekarang ini. Sanitasi lingkungan yaitu bagaimana menjaga kebersihan lingkungan di sekitar keluarga. Selama ini kejadian yang terjadi di masyarakat mereka kurang sadar akan pentingnya sanitasi lingkungan. Masyarakat hanya mau membersihkan lingkungan di rumah mereka saja. Masyarakat tidak sadar bahwa nyamuk Aedes aegypti bisa terbang dalam radius sampai 100 meter, jadi bukan mereka saja yang bisa terkena tetapi tetangga mereka juga bisa terkena. Menurut Soegijanto 2004, dari semua pengendalian nyamuk Aedes seperti pengendalian kimiawi tetap saja yang paling penting dari semua itu adalah menggugah dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau memperhatikan kebersihan lingkungannya dan memahami tentang mekanisme penularan penyakit DBD sehingga dapat berperan aktif menanggulangi penyakit DBD. Sejalan dengan hal di atas maka kepala lingkungan dianggap sebagai orang yang sangat dekat dengan masyarakat dan merupakan perpanjangan dari Pemerintah. Selama ini masyarakat merasa bahwa kepala lingkungan merekalah Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008 yang harusnya berperan serta aktif untuk mengajak warganya membersihkan dan menjaga sanitasi lingkungan. Kepala lingkungan sudah seharusnya tanggap akan situasi yang ada pada warganya apalagi warga merasa mereka yang mengangkat kepala lingkungan melalui musyawarah bersama. Penelitian yang dilakukan oleh Wahidin 2003 dan Kusdi 2003, menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor keadaan lingkungan berupa kebersihan halaman rumah dari sampah yang dapat menampung air seperti botol bekas, tempurung dan lain-lain. Hal tersebut berlawanan dengan yang peneliti dapatkan karena sampah juga dapat menimbulkan DBD bila sampah tersebut dibiarkan berserakan dan tanpa memeriksa ada tidak air di dalamnya serta menempatkan sampah tersebut dengan baik, keluarga hanya membuang sampah yang tidak berguna seperti sampah sayuran, sisa nasi, dan sampah belanjaan seperti bekas kantongan dan sampah kertas, tetapi sampah seperti kaleng bekas cat, botol plastik, botol kaca dan benda-benda yang bisa mereka jual selalu mereka simpan padahal bila benda- benda tersebut tidak disimpan dengan benar dan benar-benar bersih dari air maka akan menyebabkan demam berdarah karena jentik nyamuk bisa tinggal ditempat tersebut. Menurut Satari H 2004, penanggulangan demam berdarah pada keluarga sampai saat ini masih belum berjalan dengan baik, penyakit demam berdarah terus saja terjadi dikarenakan kurangnya kesadaran untuk menjaga lingkungan oleh keluarga. Penderita demam berdarah menjadi sangat tinggi dan menyebar Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008 sangat luas biasanya pada musim penghujan. Kondisi ini dipengaruhi oleh budaya masyarakat yang senang menampung air untuk keperluan rumah tangga dan kebersihan dirinya. Pemberantasan nyamuk demam berdarah yang paling efektif adalah dengan tindakan PSN sehingga tempat-tempat perindukan dan peristirahatan nyamuk dapat dihilangkan. Menjaga lingkungan sekitar menjadi prioritas agar kasus DBD tidak terjadi lagi. Memang, tidak mudah karena usaha ini membutuhkan kerjasama. Jika mau bergerak sendiri akan sulit. Oleh karena itu, sebaiknya meminta aparat setempat memberikan himbauan atau gerakan langsung mengajak masyarakat untuk melakukan aksi 3 M. Sampah merupakan masalah bagi setiap keluarga, apalagi masyarakat kita masih mempunyi sifat “sayang” membuang “masih” bisa dipakai, padahal sampah merupakan sumber penyakit bila tidak dibuang pada tempatnya dan dengan benar. Masyarakat yang tinggal diperumahan biasanya tidak terlalu pusing dengan sampah karena “biasanya” selalu diangkut oleh pengangkut sampah tetapi kalau pengangkut sampahnya selalu tepat waktu mengangkut sampah, ketika hal tersebut tidak terjadi maka sampah akan bertumpuk di pekarangan dan menimbulkan masalah. Sampah padat, kering seperti kaleng, botol, ember atau sejenisnya yang tersebar di sekitar rumah harus dipindahkan dan dikubur di dalam tanah atau Karmila : Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Perumnas Helvetia Medan Tahun 2009, 2009 USU Repository © 2008 sebelum dimusnahkan harus disimpan secara baik. Perlengkapan rumah tangga harus disimpan terbalik seperti mangkok, ember dan alat penyiram tanaman sehingga tidak menampung air hujan. Sedangkan botol, kaca, kaleng dan wadah kecil lainnya harus dikubur di dalam tanah atau dihancurkan dan didaur ulang untuk keperluan industri Depkes RI, 2004. Pembuangan sampah padat di Perumnas Helvetia tidak dapat dilakukan dengan cara menguburmenanam karena keterbatasan lahan dari warga masyarakat Perumnas sehingga pencegahan yang mereka lakukan hanya menguras bak mandi dan kontainer lain yang mengandung air, menutup wadah penampung air dan penyimpanan air lainnya serta telungkupkan wadah-wadah yang tidak terpakai serta dapat menyimpan air.

5.1.3. Pengetahuan Keluarga