pembaca  BSa  mudah  mengerti.  Namun  terjemahan  ini  sedikit  menyampaikan makna  BSu  ke  dalam  BSa.  Data  103  bagai  meniup  api  dalam  sekam
diterjemahkan  menjadi  seemed  to  open  old  wounds.  Dalam  BSu  ungkapan  ini bermakna bahwa sebuah keinginan yang lama terpendam tetapi terungkit kembali
ketika ada orang yang membicarakannya sehingga keinginan tersebut ingin untuk diraih atau dilakukan. Api menandakan semangat yang berkobar-kobar. Ungkapan
ini diterjemahkan ke dalam BSa menjadi  seemed to  open old wounds.  Ini berarti bahwa bagai membuka luka lama. Terjemahan ini memiliki makna ada keiginan,
rencana atau perasaan yang menggelora untuk sebuah perjuangan, dan diandaikan sebagi  luka  yang  ingin  cepat  disembuhkan.  Ini  menunjukkan  bahwa  istilah  BSu
memiliki padanan dalam BSa yang dimaksudkan sebuah keiginan yang terpendam dan memiliki semangat untuk meraihnya. Terjemahan ini mudah dipahami dalam
BSa.
4.1.5 Bahasa Isyarat dan Kebiasaan
Istilah budaya yang berkaitan dengan bahasa isyarat dan kebiasaan dalam novel Negeri 5 Menara dan terjemahannya The Land Of Five Towers, adalah :
4.1.5.1 Istilah Budaya yang Berkaitan dengan Bahasa Isyarat
Istilah  budaya    yang  berkaitan  dengan  bahasa  isyarat  1  data.  Ke-1  data tersebut adalah data bernomor :
68 No.  Data
Bahasa sumber Bahasa Sasaran
1. 68
marosok. N5M, 2009:91. Marosok TLOFT, 2011:84.
Data  68  marosok  diterjemahkan  menjadi  marosok.  Marosok  merupakan proses  tawar-menawar  yang  berlangsung  antara  penjual-pembeli  seperti  orang
Universitas Sumatera Utara
bersalam-salaman  di  Minangkabau.  Tangan  yang  bersalaman  itu  selalu  ditutupi benda  lain,  seperti  sarung,  baju  atau  topi.  Setiap  jari  melambangkan  nilai  uang.
Transaksi cukup  dilakukan  “berduaan”  antara  penjual  dan  pembeli  dengan
menggunakan bahasa isyarat. Tanpa bicara, pedagang-pembeli cukup bersalaman dan  memainkan  masing-masing  jari  tangan  untuk  bertransaksi.  Tujuannya  agar
orang  lain  tak  melihat  proses  transaksi  tersebut.  Dengan  begitu,  harga  ternak hanya diketahui antara penjual dan pembeli. Marosok berlangsung di hari jual-beli
ternak  atau  pakan  taranak.    Sewaktu  tawar  menawar  berlangsung,  penjual  dan pembeli saling menggenggam, memegang jari, menggoyang ke kiri dan ke kanan.
Jika  transaksi  berhasil,  setiap  tangan  saling  melepaskan.  Sebaliknya,  jika  harga belum  cocok,  tangan  tetap  menggenggam  erat  tangan  yang  lain  seraya
menawarkan  harga  baru  yang  bisa  disepakati.  Dalam  marosok,  setiap  jari melambangkan  angka  puluhan,  ratusan,  ribuan,  bahkan  jutaan  rupiah.  Misalnya,
pedagang ingin menjual ternaknya seharga Rp 6,4 juta, maka dia akan memegang telunjuk pembeli yang melambangkan sepuluh juta rupiah. Setelah itu, empat jari
yang lain digenggam dan digoyang ke kiri. Ini berarti Rp 10 juta dikurangi Rp 4 juta. Sedangkan untuk  menunjukkan Rp 400 ribu, empat jari  yang digoyang tadi
digenggam lagi dan dihentakkan. Bila disepakati, transaksi berakhir dengan harga Rp. 6,4 juta. Tradisi ini sudah dimulai sejak zaman raja-raja di Minangkabau dan
diterima secara turun temurun. http:urangminang.comkategori147-adat-dan- budaya368-marosok-cara-trangsaksi-jual-beli-ternak-sapi-di-
minangkabau,diakses  tanggal  13  April  2013.  Penerjemah  menerjemahkan budaya  marosok  ke  dalam  BSa  menjadi  marosok  culture.  Ini  berarti  bahwa
Universitas Sumatera Utara
penerjemah  mempertahankan  istilah  BSu  ke  dalam  BSa  agar  makna  dalam  BSu tetap tersampaikan dalam BSa.
Berdasarkan  semua  uraian  istilah  budaya  di  atas,  temuan  penelitian  yang berkaitan dengan istilah budaya dalam novel Negeri 5 Menara dan terjemahannya
The  Land  Of  Five  Towers  adalah  terdapat  103  data,  dengan  penjelasan  sebagai berikut.  sub  kategori  istilah  budaya  bangunan  rumahkota  dan  gelarsebutan
memiliki persentase paling tinggi,  yaitu 15,53, diikuti makanan dan bangunan rumahkota 13,59, transportasi  dan benda budaya memiliki persentase  yang
sama  8,73,  flora  6,79,  pakaian  dan  organisasi  memiliki  persentase  yang sama  5,82,  pekerjaan  dan  kesenian  memiliki  persentase  yang  sama  4,85,
agama  dan  fauna  memiliki  persentase  yang  sama  2,91,  admnistratif  dan konsep  memiliki  persentase  yang  sama  1,94,  dan  persentase  yang  paling
rendah adalah hukum dan bahasa isyarat 0,97.
4.2  Teknik Penerjemahan
Teknik penerjemahan
yang digunakan
oleh penerjemah
dalam menerjemahkan    novel  Negeri  5  Menara  ke  dalam  bahasa  Inggris  The  Land  Of
Five  Towers  menurut  Molina  dan  Albir  2002:509  adalah  adaptasi  20,38, diikuti  amplifikasi  5,82,  peminjaman  murni  16,50,  deskripsi  2,91,
generalisasi  9,70,  harfiah  32,03,  modulasi  0,97,  reduksi  2,91  dan teknik penerjemahan kuplet terdiri atas amplifikasi + peminjaman murni 0,97,
peminjaman  murni  +  deskripsi  0,97,  generalisasi  +  deskripsi  0,97  dan kalke + peminjaman murni 5,82, seperti terlihat dalam tabel 4.2 dibawah ini .
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Teknik penerjemahan
No. Teknik Penerjemahan
Jumlah Data   Persentase A.
Teknik Tunggal
1 Adaptasi
21 20,38
2. Amplifikasi
6 5,82
3. Peminjaman Murni
17 16,50
4. Deskripsi
3 2,91
5. Generalisasi
10 9,70
6. Harfiah
33 32,03
7. Modulasi
1 0,97
8. Reduksi
3 2,91
B. Teknik Penerjemahan Kuplet Kombinasi Dua Teknik Penerjemahan
1. Amplifikasi + Peminjaman Murni
1 0,97
2. Peminjaman murni + Deskripsi
1 0.97
3. Generalisasi + Deskripsi
1 0,97
4. Kalke + Peminjaman Murni
6 5.82
Jumlah 103
100,00 Berdasarkan  tabel  4.2  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  teknik
penerjemahan  yang  digunakan  oleh  penerjemah  dalam  menerjemahkan  novel Negeri  5  ke  dalam  bahasa  Inggris  The  Land  Of  Five  Towers,  tidak  hanya
menggunakan  satu  teknik  penerjemahan  tetapi  menggunakan  dua  teknik penerjemahan  kuplet.  Dalam  penelitian  ini,  teknik  penerjemahan  harfiah
merupakan  teknik  yang  digunakan  paling  banyak  oleh  penerjemah  32,03, diikuti  teknik  penerjemahan  adaptasi  20,38,  peminjaman  murni  16,50,
generalisasi  9,70,  amplifikasi  dan  kalke  +  peminjaman  murni  memiliki persentase  yang  sama  5,82,  deskripsi  dan  reduksi  memiliki  persentase  yang
sama 2,91, dan teknik penerjemahan yang memiliki persentase yang terendah
Universitas Sumatera Utara
adalah modulasi, amplifikasi + peminjaman murni, peminjaman murni + deskripsi dan  generalisasi  +  deskripsi  0,97.  Data
–data  ini  menunjukkan  bahwa  setiap persentase  yang  ditemukan  peneliti  menggambarkan  banyaknya  jumlah  teknik
penerjemahan  yang  digunakan  oleh  penerjemah  dalam  menerjemahkan  novel Negeri  5  Menara  ke  dalam  bahasa  Inggris  The  Land  Of  Towers.  Teknik
penerjemahan  yang  paling  tinggi  digunakan  oleh  penerjemah  adalah  teknik penerjemahan  harfiah  32,03  dan  diikuti  teknik  yang  lainnya.  Teknik
penerjemahan  harfiah  digunakan  oleh  penerjemah  dengan  maksud  untuk mendekatkan  istilah  BSu  ke  dalam  BSa,  sehingga  pembaca  BSa  dapat  mengerti
makna BSu. Namun, penggunaan teknik ini sering mengabaikan makna yang ada dalam BSu sehingga terjadi distorsi makna dan sedikit menyampaikan makna BSu
ke dalam BSa. Sementara teknik penerjemahan yang paling rendah diikuti teknik penerjemahan  modulasi,  amplifikasi  +  peminjaman  murni,  peminjaman  murni  +
deskripsi  dan  generalisasi  +  deskripsi  0,97.  Ini  menunjukkan  bahwa penerjemah  sedikit  melakukan  perubahan  sudut  pandang  dalam  menerjemahkan
karena dapat menimbulkan perubahan makna ke dalam BSa dan penggunaan dua teknik  penerjemahan  lebih  sedikit  digunakan  oleh  penerjemah  dari  pada  teknik
penerjemahan tunggal.
4.2.1 Adaptasi