Evolusi Tanggung Jawab Sosial Corporate Social Responsibility

23

C. Definisi Tanggung Jawab Sosial Corporate Social Responsibility

1. Evolusi Tanggung Jawab Sosial Corporate Social Responsibility

Awal pembahasan mengenai CSR dimulai pada tahun 1953. berdasarkan literature dan penelitian terdahulu, Howard R Bowen dipercaya sebagai peneliti yang mengawali pembahasan tentang CSR secar ilmiah lewat karyanya yang berjudul “Social Responsibility of The Businessman”. Dalam karyanya itu, Bowen mengatakan bahwa CSR adalah “…Obligation of businessman to pursue those policies, to make those decision or to follow those lines of action which are desinable in term of the objectives and values of our society Bowen, 1953” sejak karya Bowen mengenal CSR muncul, pada tahun 1950an banyak peneliti yang berusaha untuk memberikan definisi yang lebih formal mengenai CSR. David 1971 mengutarakan Iron law of Responsibility yang mengatakan bahwa : “ in the long run, those who don’t use power in a way that society considers to be responsible will tend to have their power taken from them.” Yang intinya adalah tanggung jawab social perusahaan berbanding lurus dengan power kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut Wibisono, 2007. Dengan kata lain, semakin besar power yang dimiliki oleh perusahaan maka harapan Stakeholder terhadap pelaksanaan CSR perusahaan tersebut juga akan semakin besar. Oleh sebab itu, perusahaan yang tidak menggunakan kekuasaannya dengan cara yang disetujui olek masyarakat maka perusahaan tersebut akan kehilangan kekuasaannya. Selain itu, memberi cara pandang dari sudut yang berbeda, David menggunakan istilah corporate atau perusahaan pada 24 masa ini. McGuire 1963, dalam penelitiannya memberi istilah corporate citizenship yang menyatakan “ the idea of social responsibilities supposes that the corporation has not only economic and legal obligations but also certain responsibilities to society which extent beyond there obligations.” dengan kata lain, kewajiban perusahaan tidak hanya terbatas dalam profit ekonomi dan legalitas usaha namun perusahaan juga harus bertanggung jawab pada seluruh permasalahan sosial kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu perusahaan harus bertindak dan berkelakuan “baik”, sebagaimana warga Negara citizent yang baik Dalam pandangan McGuire, perusahaan dianggap sebagai warga negara. Pembahasan yang signifikan sehubungan dengan konsep profit, people, and planet yang disingkat 3P disumbangkan oleh Elkington 2005 dituangkan dalam bukunya yang berjudul “cannibal with forks, the triple bottom line of twentienht century business”. Pendapat dari elkington sebenarnya hamper sama dengan pendapat Thurow, namun Elkongton menyebutkan faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam menjalankan CSR. Pertumbuhan dari konsep CSR dari waktu ke waktu tidaklah berjalan semulus itu. Terdapatbeberapa golongan yang tidak setuju dengan pengadaan aktivitas CSRpada perusahaan. Pandangan ini mengatakan bahwa masalah sosial bukanlah tujuan utama dari berhasil atau tidaknya sebuah bisnis. Preston dan O’bannon 1997 :22 berpendapat bahwa golongan tersebut mengatakan bahwa CSR akan mengurangi maksimalisasi laba karena biaya yang akan digunakan 25 untuk melakukan investasi membutuhkan modal awal yang sangat besar, dengan mengurangi biaya untuk investasi maka akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk bersaing dalam alokasi biaya yang dapat diinvestasikan. Selain itu, in efisiensi dalam penggunaan sumber daya modal sering kali muncul ketika manager berusahan memuaskan kepentingan. Stakeholders yang sangat beragam. Pada akhirnya hal ini dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan menurut Aupperle dan Carroll 1999 : 30. Ducker 1984 mengusulkan Win-Win Solution bagi perusahaan dengan mengubah masalah social menjadi economic opportunity dan benefit. Dengan kata lain menggunakan CSR sebagai strategi untuk mendapatkan economic profit.

2. Penerapan Tanggung Jawab Sosial di Indonesia