Tafsir sufi naz}ari

Allah telah menghamparkan bumi dan dijadikan pula pilarnya dari para wali orang pilihan. Mereka menjadi tempat berlindung dan penyelamat bagi manusia. Siapa yang berjalan dimuka bumi menuju mereka maka ia akan beruntung dan selamat, kemudian siapa yang memusuhinya maka ia akan merugi. 65 As –Sullami mengungkapkan pandangan dari para sufi dalam tafsirnya bahwa Allah memilih dari hambanya yaitu para wali untuk membimbing manusia di muka bumi. Wali Allah merupakan tiang bumi yang diciptakan Allah sebagai menjaga keseimbangan bumi. Posisi wali menurut penafsiran as –Sullami diatas berfungsi bagaikan gunung yang menjadi penyangga bumi. Demikian contoh penafsiran ishari oleh as-Sullami yang jauh dari makna zahir ayat sehingga sulit dipahami orang awam. Makna seperti ini yang menjadikan tafsirnya disamakan dengan tafsir batiniyah. Penafsiran ini termasuk menggunakan makna ishari yang tidak berlandaskan pada makna zahir dan tidak didukung pula oleh pengertian ayat lain atau Sunnah. Sa‘id Hawwa pernah menyatakan bahwa para sufi amali ada yang sejalan dengan Sunnah dan ada pula yang melanggar Sunnah. 66 Bila diperhatikan makna gunung dengan para wali sebagai penyeimbang bumi barangkali sulit dimengerti. Karena itu sinyalemen Sa‘id H{awwa diatas boleh jadi ada benarnya.

2. Tafsir sufi naz}ari

Tafsir sufi naz}ari yaitu menjelaskan ayat Alquran dari aspek tasawuf berdasarkan kajian teori dan ajaran filsafat. Secara definitif disebutkan; ي ظ ثح م ى ع هف صت ى ب م ه , يفس ف مي عت , ا ق ا ى ف صت ا ءا ه ظ ي أ ىه ا م ف م ي عت م ت ي ظ عم ى تت ظ . 67 Proses memahami ayat baginya beranjak dari nalar dan pengetahuan teoritisnya yang kemudian diwujudkan dalam menafsirkan ayat. Adapun tafsir sufistik yang termasuk kategori ini seperti yang dinisbahkan kepada Ibnu Arabi 65 Adh –Dhahabi,at–Tafsir wa al-Mufassirun Kairo: Tp, 13961976,juz 2, 287 66 Sa’id H{awwa, Tarbiyatuna ar–Ruh}iyyah Kairo: Darussalam, 1428 H2007 M, Cet. Ke –9, 11 67 Adh –Dhahabi,at–Tafsir wa al-Mufassirun Kairo: Tp, 13961976,juz 2,251-2 w.638 H 68 dengan kitabnya Tafsir Ibnu Arabi , ‘Alauddaulah as–Samnani 659– 736 H yang bergabung dalam tafsir Najmuddin Dayah yang berjudul; at – Ta’wilat an–Najmiyyah as-Samnani melanjutkan jilid terakhir mulai dari surat adh-Dhariyat sampai an-Nas. Contoh penafsiran Ibnu Arabi, surat Maryam 19 ayat 57. ي ع م عف . Artinya; Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. Makna ayat ini dijelaskan sebagai berikut: س ا ك ف ه افأا م ع ىح هي ع ت ا ا مأا ى عأ , هي ع سي د ي ح قم هيف اس ا . ع سم ا ه افأ ع س هق ف افأ ع س هتحت . 69 Tempat-tempat yang paling tinggi adalah tempat yang dikelilingi garis edar gugusan bintang-bintang, disitulah tempat matahari. Disitu terdapat keberadaan rohani Idris as. Di bawah tempat matahari ada tujuh tempat peredaran bintang dan di atasnya tujuh pula peredaran bintang-bintang. Semuanya ada lima belas dengan matahari. Uraian ini menjelaskan tentang keberadaan rohani Idris as yang berada pada tempat tertinggi. Dalam pandangan Ibnu Arabi tempat tertinggi yang dimaksud adalah alam aflak افأا م ع tempat matahari yang dikelilingi bintang-bintang. Ini bagian dari tafsir sufi naz}ari yang dipengaruhi oleh teori filsafat ketika menjelaskan tentang keberadaan roh. Penafsiran sufistik diatas tidak mudah memahaminya apalagi dengan penggabungan pemikiran tasawuf dengan filsafat. Makna ishari yang dikemukakan Ibnu Arabi terlihat jauh dari makna zahir ayat. Dominannya penggunaan nalar sufistik dalam penafsiran tersebut, digolongkanlah tafsirnya ke dalam tafsir sufi naz}ari. Contoh penafsiran as –Samnani, surat ash–Shams ayat 11. ها غطب د ث تب ك – ه قشأ ثع ا – ه يقس ها تق ها س م قف , Artinya; Kaum Tsamud telah mendustakan Rasulnya karena mereka telah melampaui batas. Ketika bangkit orang yang paling celaka diantara mereka, 68 Sufi yang lebih melihat makna ayat secara isyari saja berdasarkan kajian teoritis filsafat seperti Ibnu Arabi dan ‘Alauddaulah as–Samnani 69 Ibnu Arabi, Fus}us} al-H{ikam: Syarh oleh: Abu al- ‘Ala Afifi Beirut: Darul Kitab al- Arabi, 19801400,75. lalu Rasulullah nabi Shaleh berkata kepada mereka, “ Biarkanlah unta betina Allah dan minumannya”. – ه قشأ ثع ا : فيط ا ث ى ع سف ا ق ىقشأ ثع ا يغ ط ا ى تع سأ فيط ا ت ع ا ى عي ح ص ا . 70 As –Samnani menjelaskan, ketika perasaan halus itu muncul dan segera menuju orang yang melampaui batas, kemudian timbullah kekuatan nafsunya mengalahkan perasaan baiknya kemudian ia menyemblih unta tersebut. Dalam jiwa kita ada unsur yang halus bersih dapat dikalahkan oleh kekuatan nafsu yang sama – sama halus. Sebagaimana diutarakan diatas bahwa makna ishari yang terdapat dalam penafsiran as –Samnani dipengaruhi oleh filsafat sufi dan memang sulit dipahami. Makna ishari yang dikemukakan tersebut, bernuansa nalar sufistik yang membicarakan tentang daya nafsu. Penafsiran as –Samnani diatas salah satu bentuk dari tafsir sufi naz}ari dengan karakter memasukkan ajaran filsafat dalam penafsiran sufistiknya. Paham filsafat merupakan yang pertama masuk dalam kajian tasawuf dan penafsiran dengan teori filsafat membawa tafsir sufi kepada penafsiran sufi teoritis atau dikenal dengan tafsir sufi naz}ari. Penafsiran sufi naz}ari yang berpegang pada ajaran filsafat seperti terlihat diatas menimbulkan istilah tafsir sufi falsafi. Karena awalnya teori –teori filsafatlah yang berkembang dalam ajaran tasawuf maka dapat dikatakan tafsir sufi falsafi merupakan bagian dari tafsir sufi naz}ari. 71 Pandangan diatas memberi pengertian bahwa tafsir sufi naz}ari berdasarkan konsep tasawuf serta kajian filsafat sufistik. Kajian filsafat sufistik ini cenderung menggunakan takwil memahami ayat diluar makna zahir dengan mengutamakan aspek penalaran. Dari uraian tentang contoh macam tafsir sufi dapat ditegaskan bahwa tafsir sufi teoritis naz}ari sufi falsafi bersandar pada nalar pengetahuan teoritis untuk memahami ayat. Disini para sufi naz}ari menakwilkan ayat berdasarkan teori 70 Adh –Dhahabi,at–Tafsir wa al-Mufassirun Kairo: Tp, 13961976,juz 2, 295 71 Bila didasarkan pada asalnya berarti dapat juga disebut tafsir sufi naz}ari falsafi atau juga tafsir sufi naz}ari orientasi filsafat. Untuk menyederhanakan namanya cukup disebut dengan tafsir sufi falsafi. pengetahuannya. Sedangkan tafsir sufi praktis ishari bersandar pada hati yang memperoleh ma ‘rifah untuk menafsirkan ayat dan makna yang diungkapkannya lebih praktis untuk diamalkan. Kendatipun berdasarkan amalan praktis, bukan berarti tafsir sufi ishari tanpa berlandaskan ilmu tapi lebih menekankan dimensi penerapannya. Ia meyakini makna ishari terkandung dari zahir ayat. Untuk menjelaskan makna zahir ayat tentu membutuhkan aspek ilmiah disamping aspek rasa. Karena itu tafsirnya dikenal dengan pendekatan ishari. Artinya kedua macam corak tafsir sufi tersebut naz}ari dan ishari pada dasarnya menggunakan takwil, hanya berbeda dalam pendekatan. 72

C. Perdebatan tentang tafsir Sufi