Pada zaman modern ini kebutuhan masyarakat terasa sekali bagaimana mencari kepuasan batin dibalik hingar bingarnya kesibukan mencari harta dan hidup
mengejar materi sehingga lupa apakah jalan memperolehnya dan pembelanjaannya sesuai dengan petunjuk Alquran dan Hadis Nabi. Diantara masyarakat juga sudah
merasakan hampa menjalani hidup tanpa mengisi kepuasan rohani. Untuk itu penafsiran sufistik terhadap ayat Alquran merupakan tuntutan supaya memenuhi
keinginan masyarakat modern. Penafsiran sufistik yang lebih realistis dan mudah dipahami tentunya yang diharapkan dan dapat dilaksanakan. Sa
‘id H{awwa dalam tafsirnya yang penulis teliti ini merupakan salah satu corak tafsir sufi yang muncul
pada abad modern ini.
B. Contoh Macam–macam Corak Tafsir Sufi
Untuk melihat corak sufistik dalam penafsiran sangat terkait dengan perkembangan paham tasawuf. Adh
–Dhahabi membagi corak tafsir sufi berdasarkan kategori tasawuf yang dikemukakannya menjadi tasawuf amali dan tasawuf naz}ari.
Kedua aliran tasawuf ini membentuk jenis tafsir sufi ishari dan tafsir sufi naz}ari.
56
1. Tafsir sufi ishari
Tafsir sufi ishari merupakan pengungkapan makna ishari ayat oleh para sufi. Secara definitif dinyatakan bahwa;
س ا ب أ ظت يفخ ا ش ىضتق ب م ظي م فاخ ى ع مي ا ا ق ا يا ي أت ه ,
ي دا ا ها ظ ا يب يب قي طت ا
.
57
Definisi diatas dapat dipahami bahwa tafsir sufi ishari adalah menjelaskan ayat Alquran dengan jalan menakwilkan ayat diluar makna zahirnya yang dipahami
56
Adh –Dhahabi,at–Tafsir wa al-Mufassirun Kairo: Tp, 13961976,juz 2, 251. Tafsir
ishari disebut juga tafsir fayd}iy ىضيف , artinya berlimpah, mengalir sendiri ibarat berita tersebar
dengan sendirinya, muncul ide dari hatinya. Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia Jakarta: Yayasan penyelenggara Penterjemah Alquran, 1973, 327. Maksud kata tersebut dikaitkan dengan
tafsir berarti tafsir ishari adalah penafsiran yang muncul, mengalir dari hati para sufi karena latihan dan pengalaman kerohaniannya bukan berdasarkan nalar semata. Penafsiran mereka bisa berupa
pemahaman ayat yang disesuaikan dengan pengalaman kerohanian dalam ibadah yang dilakukan atau bisa juga penafsiran lewat ilham yang diterima.
57
Adh –Dhahabi,at–Tafsir wa al-Mufassirun Kairo: Tp, 13961976,juz 2, 261
oleh pelaku tasawuf suluk melalui isyarat yang terkandung terselubung didalam susunan ayatnya. Disamping itu selain memahami ayat secara ishari diambil juga
makna zahirnya. Proses menafsirkan ayat baginya berangkat dari hati dengan latihan rohani dan memperoleh pengetahuan rabbani, sehingga ia mampu menangkap
isyarat suci dari ayat. Bila dicermati penggunaan makna zahir dalam tafsir sufi, tidak sama dalam implementasinya. Ada yang menggunakan makna zahir serta makna
isharinya, ada yang dominan pendekatan makna zahirnya bahkan ada yang mengabaikan makna zahirnya.
Diantara penafsiran sufistik yang dikenal sebagai corak ishari adalah at- Tustari w.283 H
58
dengan tafsirnya Tafsir al –Quran al–‘Az}im, as–Sullami
330 –412 H
59
dengan tafsirnya H{aqaiq at –Tafsir, Shairazi w.666 H dengan
tafsirnya ‘Arais al–Bayan fi H{aqaiq al–Quran, Najmuddin Dayah w.654
H dengan tafsir at –Ta’wilat an–Najmiyyah, Naisaburi + abad VIII H dengan
Gharaib al –Quran wa Raghaib al–Furqan, al–Alusi w.1270 H dengan
Ruh{ al –Ma‘ani fi Tafsir al–Quran al–‘Az}im wa as–Sab‘i al-Mathani.
60
Contoh, penafsiran Tustari ayat 92 Ali Imran 3. حت م ا قف ت ىتح اا ت
.. Artinya, Kamu sekali
–kali tidak sampai kepada kebajikan sebelum menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.
Dinyatakan dalam tafsirnya;
حت م عبا قف تف م سف أ ا ب حت ىتح ك قت ا ا غ ت أ
61
Tafsirannya, kamu tidak akan dapat mencapai ketaqwaan sempurna sebelum kamu memerangi dirimu sendiri. Untuk itu infakkanlah sebagian harta yang kamu
cintai. Dalam memberikan infak harus ikhlas semata –mata mencari keridhaan
58
Sufi yang mengakui ada makna zahir dan menggunakannya juga dalam penafsirannya seperti at-Tustari dan Najmuddin Dayah
59
Tokoh Sufi yang dalam penafsirannya tidak menonjolkan makna zahir seperti; as –Sullami,
Shairazi, artinya mereka lebih tampak menggunakan makna ishari.
60
Dua tafsir terakhir merupakan tafsir yang tetap berpegang pada makna zahir dalam pendekatan isharinya. Demikian disimpulkan oleh adh-Dhahabi, at
–Tafsir wa al-Mufassirun Kairo: Tp, 13961976,juz 2, 281
61
At –Tustari, Tafsir at–Tustari, Beirut:Darul Kutub al–Ilmiyah, 20021423, Cet. Ke–I, 49
Allah.
62
Orang yang hatinya ragu-ragu dalam memberikan sebagian harta yang disukainya menurut Tustari orang tersebut belum bisa terlepas dari keterikatan
dengan harta. Karena taqwa yang sempurna harus bisa mencintai orang lain dari pada mencintai harta sendiri.
يعش ا ى ع ا ي اص ا ص ب ا يعتسا
al –Baqarah: 45 .
Artinya; Mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya yang demikian itu sunguh berat kecuali bagi orang yang
khushu ‘.
ص ا ه ه ص ا ,
ف ع ا ص اص ا
63
Tafsirannya, sabar yang dimaksud dalam ayat ini adalah puasa s}aum sedangkan s}alat adalah media untuk menuju ma
‘rifah. Bagi orang yang benar dalam mendirikan salat maka ia akan sampai kepada ma
‘rifah. Untuk sampai kepada ma
‘rifah memang tidak mudah seperti diisyaratkan dalam ayat. S{alat, untuk sampai kepada ma
‘rifah sungguh berat kecuali bagi orang yang khushu‘.
64
S{alat yang khushu
‘ bisa mengantarkan seseorang mencapai ma‘rifah seperti yang pernah dilakukan oleh para sufi. Orang yang sampai pada
ma‘rifah menurut pandangan sufi berarti sudah merasa dekat dengan Allah. Oleh sebab itu doa yang dimohonkan
kepada Allah sudah tidak ada lagi penghalang antara hamba dengan Khaliq. Dalam pandangan sufi, ma’rifah merupakan satu indikator yang membuktikan hubungan
yang dekat antara hamba dengan Tuhan. Contoh penafsiran as
–Sullami, surat ar–Ra‘d 13 ayat 3. ا
أ سا يف عج أا م ا ه
, Artinya; Dialah Allah yang telah membentangkan bumi dan menjadikan
gunung –gunung serta sungai–sungai padanya.
Menurut para ahli hakikat, ىف ض ف ج ا م ب أج ا م ي ف ي ع م د س هئ ي أ م اد ت أ يف عج
أا طسب ا ه ج
ف مه صقي أا
, سخ خ مه يغ هيتغب ك م
.
62
At –Tustari, Tafsir at–Tustari, Beirut:Darul Kutub al–Ilmiyah, 20021423, Cet. Ke–I, 49
63
At –Tustari, Tafsir at–Tustari, Beirut:Darul Kutub al–Ilmiyah, 20021423, Cet. Ke–I, 31
64
At –Tustari, Tafsir at–Tustari, Beirut:Darul Kutub al–Ilmiyah, 20021423, Cet. Ke–I, 31
Allah telah menghamparkan bumi dan dijadikan pula pilarnya dari para wali orang pilihan. Mereka menjadi tempat berlindung dan penyelamat bagi manusia.
Siapa yang berjalan dimuka bumi menuju mereka maka ia akan beruntung dan selamat, kemudian siapa yang memusuhinya maka ia akan merugi.
65
As –Sullami
mengungkapkan pandangan dari para sufi dalam tafsirnya bahwa Allah memilih dari hambanya yaitu para wali untuk membimbing manusia di muka bumi. Wali Allah
merupakan tiang bumi yang diciptakan Allah sebagai menjaga keseimbangan bumi. Posisi wali menurut penafsiran as
–Sullami diatas berfungsi bagaikan gunung yang menjadi penyangga bumi. Demikian contoh penafsiran ishari oleh as-Sullami yang
jauh dari makna zahir ayat sehingga sulit dipahami orang awam. Makna seperti ini yang menjadikan tafsirnya disamakan dengan tafsir batiniyah.
Penafsiran ini termasuk menggunakan makna ishari yang tidak berlandaskan pada makna zahir dan tidak didukung pula oleh pengertian ayat lain atau Sunnah.
Sa‘id Hawwa pernah menyatakan bahwa para sufi amali ada yang sejalan dengan Sunnah dan ada pula yang melanggar Sunnah.
66
Bila diperhatikan makna gunung dengan para wali sebagai penyeimbang bumi barangkali sulit dimengerti. Karena itu
sinyalemen Sa‘id H{awwa diatas boleh jadi ada benarnya.
2. Tafsir sufi naz}ari