30
f. Ironi Ironi adalah suatu gaya bahasa yang ingin menyatakan sesuatu
dengan maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata- katanya. Gaya bahasa ironi biasanya digunakan untuk menyindir.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah bahasa yang di gunakan oleh pengarang yang bertujuan untuk memperoleh efek
tertentu.
e. Versifikasi
Menurut Jabrohim 2001: 53 versifikasi meliputi ritma, rima, dan metrum. Ritma dikenal sebagai irama atau irama, yakni pergantian turun naik,
panjang pendek, terasa lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi pada akhir baris puisi
atau pada keseluruhan baris dan bait puisi. Sedangkan metrum adalah irama yang tetap, menurut pola tertentu.
Rima adalah istilah lain untuk persamaan bunyi. Rima merupakan pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi.
Menurut Suhaharianto 2005:57-59 rima dibedakan atas beberapa jenis yaitu berdasarkan bunyinya dan berdasarkan letaknya dalam kata dan dalam baris.
Sedangkan irama yang sering disebut ritme adalah tinggi rendahya, panjang pendek, keras lembut atau cepat dan lambatnya kata atau baris- baris suatu
puisi tersebut di baca. Baik rima maupun irama mempunyai peranan yang sangat penting
dalam suatu puisi bantuan kedua unsur tersebut baik nada maupun suasana
31
suatu puisi dapat terciptakan lebih nyata dan lebih dapat menimbulkan kesan pada benak pembaca. Suharianto 2005:45.
f. Tipografi
Keindahan puisi tidak terlepas dari cara penulisan atau tipografi sesuai dengan makna puisi. Keindahan tipografi dilihat secara visual dapat digunakan
untuk menampilkan peranan aspek artistik dan menciptakan nuansa warna dan suasana tertentu.
Suharianto 1981:37 mengatakan bahwa tipografi disebut juga ukuran bentuk ialah susunan baris-baris atau bait-bait suatu puisi-puisi. Maksud
penyusunan tipografi beraneka ragam yaitu a sekedar untuk keindahan indrawi, maksudnya sekedar agar susunan puisi tersebut nampak indah di
pandang, b untuk membantu lebih mengintensifkan makna dan rasa atau suasana puisi yang bersangkutan Suharianto 1981:39.
Menurut Jabrohim 2001:54 tipografi adalah pembeda yang paling awal untuk membedakan prosa fiksi dan puisi. Baris- baris puisi dalam puisi
tidak diawali dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan, tetapi sebelah kiri maupun kanan sebuah puisi tidak harus di penuhi oleh tulisan, tidak seperti
halnya jika menulis prosa. Dengan kata lain tidak aturan tertentu yang mengatur tipografi yang sesuai dengan nada, suasana dan makna puisi.
Tipografi merupakan benyuk tata wajah sebuah puisi Waluyo 1991:97 Untuk pengertian yang sama, ada yang menyebutkan dengan istilah “
ukiran bentuk” yaitu cara penyair menuliskan puisinya penyair lebih bebas di bandingkan dengan para penulis fiksi. Pada penulis fiksi sudah ada aturan
32
bakunya: yaitu setiap kalimat harus diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik. Setiap alinea ditulis menjorok kedalam sekian ketukan. Tetappi
pada penulisan puisi tidak ada aturan seperti itu. Penulisan puisi sepenuhnya di serahkan kepada masing- masing penyair. Oleh karena itu, ada penyair yang
menuliskan puisinya dengan huruf kecil semua dan tanpa tanda baca apapun. Ada penyair yang menuliskan puisinya dengan selalu memulai dengan huruf
capital pada setiap baris. Ada yang menggunakan tanda baca, tetapi untuk keperluan- keperluan tertentu saja. Dapatlah dikatakan bahwa tipografi sangat
pribadi tetapi tidak permanen atau sangat goyah : artinya seorang penyair tidak selalu setia pada salah satu jenis pilihan atau kegemaranya.
Menurut Suharianto 2005:53-54 dilihat dari kemanfaatanya, tipografi dapat di bedakan atas dua macam:
a. Untuk keindahan visual, maksudya hanya sekedar untuk menjadikan puisi
yang bersangkutan indah di pandang. b.
Untuk mengintensifkan makna dan rasa atau suasana puisi bersangkutan.
2.2.2.2.2 Unsur Batin
a. Tema