69 Pada umumnya, nilai dual price dapat digunakan untuk menggambarkan
berapa potensi keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan dengan menambah ketersediaan sumberdaya yang memiliki nilai dual price positif serta mengurangi
ketersediaan sumberdaya yang memiliki nilai dual price yang negatif. Analisis dual
pada penelitian ini dilakukan untuk melihat pemanfaatan bahan baku utama dan bahan baku penolong serta sumberdaya lainnya yang digunakan untuk
memproduksi yoghurt pada kondisi model aktual.
6.3.1.1 Penggunaan Bahan Baku Susu Segar
Rinadya Yoghurt berupaya untuk menyediakan bahan baku susu segar dengan jumlah yang cukup sebagai persediaan dalam setiap kegiatan produksi.
Sistem produksi yang diterapkan pada Rinadya Yoghurt berdasarkan pesanan membuat Rinadya Yoghurt berproduksi tidak sesuai dengan kapasitas yang ada.
Perbandingan pemanfaatan bahan baku susu segar pada Rinadya Yoghurt selama periode waktu enam bulan dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26.
Pemanfaatan Bahan Baku Susu Segar Menjadi Yoghurt pada Rinadya
Yoghurt pada Kondisi Model Aktual
Bulan Alokasi Susu Segar
Untuk Yoghurt Pemanfaatan Susu
Segar Pada Kondisi Aktual
Persentase Terhadap Alokasi
November 768,75
622,965744 81,036194
Desember 762,56
617,902114 81,030017
Januari 812,50
658,052994 80,991138
Februari 725,00
587,535019 81,039313
Maret 831,31
673,555541 81,023436
April 918,75
744,256088 81,007465
Rata-rata 803,14
650,711250 81,021261
Penggunaan susu segar pada kondisi aktual diperoleh dari perhitungan susu segar yang dialokasikan untuk produksi yoghurt dikurangi dengan nilai
slacksurplus yang tertera pada analisis dual model LP. Persentase pemanfaatan
70 susu segar diperoleh dari pembagian penggunaan susu segar pada kondisi aktual
dengan jumlah susu segar yang dialokasikan Rinadya Yoghurt setiap bulannya. Hasil perhitungan menurut model LP menunjukkan bahwa pada kondisi saat ini
Rinadya Yoghurt rata-rata baru dapat memanfaatkan 81,02 persen dari total susu segar yang dialokasikan untuk produksi yoghurt. Hal ini menunjukkan 18,98
persen susu segar yang dialokasikan untuk yoghurt tidak digunakan. Pemanfaatan susu segar menjadi yoghurt ini menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Pemanfaatan
susu segar tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan persentase pemanfaatan sebesar 81,04 persen. Sementara, pemanfaatan susu segar menjadi yoghurt
mencapai angka terendah pada bulan Januari yaitu sebesar 80,99 persen. Pada bulan tersebut alokasi susu segar untuk diolah menjadi yoghurt mencapai angka
yang relatif tinggi dibandingkan bulan lainnya. Sehingga persentase pemanfaatan bahan baku susu segar menjadi lebih rendah dibandingkan dengan persentase
pemanfaatan pada bulan lainnya.
6.3.1.2 Penggunaan Bahan Baku Penolong