Pengembangan Kurikulum CI Pembahasan

90 untuk 4 siswa. Keadaan ini membuat kondisi kelas kurang fleksibel. Guru kurang dapat menerapkan metode belajar yang bervariasi karena hambatan tersebut. Setelah siswa kelas XII melaksanakan Ujian Nasional baru siswa kelas X CI menempati kelas yang sama dengan kelas Reguler. Jadi, kendala yang ada pada proses belajar di kelas CI adalah fasilitas ruang belajar yang belum sama seperti kelas Reguler, karena harus menempati ruang Laboratorium.

4. Pengembangan Kurikulum CI

Eko Supriyanto 2012:55 menyatakan kurikulum Cerdas Istimewa harus berbeda dengan kurikulum Reguler, yang disebut kurikulum diferensisasi, yaitu: a. Menghilangkan deleting materi kurikulum yang sudah dikuasai siswa. b. Menambahkan materi baru yang dengannya menjadikan kurikulum berbeda. c. Menambahkan bahan kerja bagi siswa CI. d. Menuliskan bahan baru yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa CI. Davis dan Rimm dalam Deden Saepul Hidayat 2013:47-49 menyebutkan bahwa diferensiasi yang dilakukan dalam kurikulum Cerdas Istimewa terdiri dari diferensiasi materi, proses, dan lingkungan belajar. Diferensiasi materi ditunjukkan dengan mempertimbangkan tingkat abstraksi materi, kompleksitas materi, variasi materi, pengorganisasian nilai belajar, dan memasukkan unsur studi manusia. Diferensiasi proses dengan 91 mempertimbangkan penggunaan ranah kognitif, tugas yang divergen, penemuan baru, bukti penalaran, kebebasan untuk memilih kegiatan, interaksi kelompok, dan variasi kecepatan belajar. Diferensiasi lingkungan meliputi belajar dalam lingkungan yang aktual, batasan waktu fleksibel, lingkungan memungkinkan pelaksanaan penelitian, peserta didik bekerja sama dengan mentor. Kurikulum dikembangkan secara mandiri oleh guru yang mengajar di kelas CI SMA N 1 Wonogiri, mengingat kurikulum yang dipakai adalah kurikulum 2013 maka draf kurikulum sudah ada dari pemerintah pusat. Sekolah sendiri juga tidak memberikan peraturan secara khusus bagi pengembangan kurikulum kelas CI. Berdasarkan teori yang disebutkan di atas, pihak guru telah melakukannya. Guru telah mengurangi beberapa materi dengan hanya memberikan materi rangsangan agar dikembangkan secara mandiri oleh siswa sesuai dengan kebutuhan siswa. Proses belajar mengajar juga disesuaikan dengan minat siswa. Siswa akan banyak mendapatkan tugas mandiri ataupun kelompok sehingga lebih memahami materi yang sedang dipelajari. Siswa juga terbiasa mengerjakan soal-soal yang lebih beragam, misalnya dari soal SBMPTN. Pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru berdasarkan kemampuan siswa yang dilihat oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru akan banyak melakukan perluasan materi dan pengayaan dikarenakan siswa sudah siap dan memang mampu untuk meng explore materi pembelajaran tersebut. Selain itu, sekolah memang tidak menentukan standar 92 kelulusan tertentu bagi siswa kelas CI, jadi KKM antara kelas CI dengan kelas Reguler ini sama. Kesamaan KKM ini kemudian disikapi oleh guru, guru memiliki otoritas untuk memberikan batas minimal siswa kelas CI yang memang lebih tinggi dibandingkan siswa kelas Reguler. Kompetensi yang harus dicapai oleh siswa kelas CI berdasarkan peraturan di sekolah masih sama dengan siswa kelas Reguler, hanya saja dalam pencapaiannya memang lebih tinggi dibandingkan kelas Reguler. Guru juga memiliki otoritas dalam hal kompetensi yang harus dicapai siswa walaupun dengan KKM yang sama. Guru memiliki standar nilai tertentu walaupun tidak tertulis. Jadi, kurikulum yang ada di SMA N 1 Wonogiri secara umum masih sama dengan kelas Reguler, tidak ada instruksi dari Kepala Sekolah untuk melakukan pengembangan. Dalam hal ini guru mencoba melakukan pengembangan walaupun masih dalam hal sederhana.

5. Program Kegiatan Pendukung Pelaksanaan Kebijakan Kelas CI