Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan pendidikan Indonesia. Berbagai upaya dari pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan kemudian diterapkan di satuan pendidikan atau sekolah. Inovasi pendidikan yang pernah dicanangkan oleh pemerintah dan diterapkan di sekolah-sekolah Indonesia, mulai dari perubahan metode belajar, mengadakan kelas Akselerasi, mengadakan kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional RSBI, dan lain-lain merupakan upaya pemerintah dan sekolah dalam mengoptimalkan kualitas peserta didik. Keterbatasan fasilitas dan sumber daya membuat tidak semua sekolah mampu melaksanakan program atau inovasi dari pemerintah ini. Beberapa sekolah yang mampu menerapkan inovasi ini diharapkan dapat membawa peserta didiknya menjadi orang yang berkualitas dan mampu bersaing dalam perkembangan zaman. Segala inovasi program peningkatan kualitas pendidikan ini tentunya berasal dari kebijakan pendidikan yang diterapkan oleh sekolah. Kebijakan pemerintah yang belum lama ini diterapkan adalah penghapusan kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional RSBI. Mahfud MD selaku ketua Mahkamah Konstitusi pada saat itu, memutuskan untuk menghapus kelas RSBI karena membuka potensi diskriminasi dan menyebabkan terjadinya kastanisasi dalam bidang pendidikan Tribunnews, 2013. 2 Penghapusan kebijakan RSBI ini kemudian digantikan oleh pemerintah dengan kebijakan lain yang dapat diterapkan oleh sekolah, misalnya dengan pengadaan kelas Cerdas Istimewa CI ataupun kelas Unggulan. Kebijakan ini diperlukan oleh sekolah, utamanya oleh sekolah yang memang memiliki sumber daya lebih seperti siswa yang berprestasi, fasilitas belajar mengajar yang mencukupi, dan guru yang berkompeten untuk meningkatkan kualitas pendidikan di satuan pendidikan. Kebijakan pengganti RSBI yang saat ini diterapkan di beberapa sekolah adalah kebijakan kelas Cerdas Istimewa CI. Kelas CI ini ada untuk memberikan ruang belajar yang sesuai bagi peserta didik yang memiliki keistimewaan. Keistimewaan yang dimaksud adalah istimewa dalam hal kecerdasan dan bakat lainnya. Syarat utama peserta didik dari kelas CI ini adalah memiliki Intelligence Quotient IQ very superior secara akademik dan keterampilan lainnya secara non akademik. Kemampuan akademik yang unggul ini dalam arti daya serapnya lebih tinggi dan kemampuannya memang diatas rata-rata, sehingga membutuhkan pelayanan lebih untuk mengoptimalkan kemampuannya. Keterampilan lain yang dapat dimasukkan dalam kategori kelas Cerdas Istimewa adalah kemampuan non akademik, seperti bakat Olah Raga ataupun yang lainnya. Hasil penelitian dari Amril Muhammad, Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyelengaraan, Pengembangan, dan Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas Berbakat Istimewa Asosiasi CIBI yang dipublikasikan Kompas, 2009 menunjukkan bahwa ada 2,2 anak usia sekolah yang berkualifikasi cerdas istimewa. 3 Tuntutan pengadaan fasilitas pendukung kelancaran kelas CI ini memang berbeda dengan kelas Reguler. Sekolah dituntut untuk dapat mengoptimalkan potensi siswa dengan segala kelebihan yang dimiliki. Siswa yang memiliki keunggulan akademik dan non akademik ini harus didukung dengan segala sarana prasarana fasilitas sekolah yang memadai. Faktor guru juga menjadi penting dalam mengembangkan potensi peserta didik, guru harus menjadi fasilitator yang baik bagi para siswa sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki siswa. Materi pembelajaran atau kurikulum pendidikan yang akan disampaikan kepada siswa tentunya akan berbeda dengan peserta didik pada umumnya. Adanya beberapa aspek yang perlu ditingkatkan dari siswa kelas Cerdas Istimewa ini dibandingkan dengan siswa Regular. Pernyataan dari pihak Direktorat Pembinaan Pendidikan Luar Biasa PLB yang dikutip oleh Ruwiyati, dkk dalam jurnal ilmiah “Manajemen Program Kelas Cerdas Istimewa CI pada SD Muhammadiyah 2 Pontianak” menunjukkan bahwa ciri-ciri penyelenggaraan pendidikan khusus bagi peserta didik kelas Cerdas Istimewa, antara lain: 1. Masukan intake yaitu peserta didik, perlu diadakan seleksi secara benar dan tepat untuk memenuhi kriteria dan prosedur siswa kelas Cerdas Istimewa yang dapat dipertanggung jawabkan. 2. Guru yang mengajar di kelas Cerdas Istimewa diseleksi dengan kriteria tertentu. 3. Sarana dan prasarana yang menunjang bagi kelancaran belajar peserta didik. 4 4. Lingkungan belajar yang baik, mendukung secara fisik, sosial, dan psikologis, semuanya harus kondusif. 5. Peserta didik di kelas Cerdas Istimewa membutuhkan adanya deferensiasi kurikulum. 6. Kegiatan belajar peserta didik kelas Cerdas Istimewa dapat difungsikan sebagai sarana penguatan menuju level berfikir yang lebih tinggi, sehingga peserta didik mengalami peningkatan cara berpikir. 7. Waktu belajar yang dibutuhkan diberikan untuk peserta didik kelas Cerdas Istimewa belajar di sekolah lebih lama daripada peserta didik kelas Reguler. 8. Pendidikan khusus bagi peserta didik kelas Cerdas Istimewa merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. 9. Sekolah yang menyelenggarakan program kelas Cerdas Istimewa, diproyeksikan sebagai pusat keunggulan bagi sekolah-sekolah lain yang ada di sekitarnya. Ruwiyati, 2013: 3-4 Pernyataan dari Direktorat Pembina PLB tersebut merupakan ciri ideal dari adanya kelas Cerdas Istimewa di sekolah. Hanya saja pelaksanaan sekolah belum tentu optimal sehingga dikhawatirkan kelas Cerdas Istimewa ini sekedar dijadikan pengganti RSBI yang telah dihapuskan tetapi belum melaksanakan pelayanan yang sesuai bagi siswa cerdas istimewa. Berdasarkan hasil pra observasi yang peneliti lakukan di SMA N 1 Wonogiri, dari aspek masukan intake yaitu peserta didik belum dilakukan tes psikologi sehingga Intelligence Quotient IQ minimal 125 yang 5 dinyatakan pihak Direktorat Pembina PLB ataupun IQ minimal 130 yang dinyatakan para ahli sebagai standar IQ minimal peserta didik kelas CI belum teridentifikasi. SMA N 1 Wonogiri dalam pembukaan kelas CI ini memiliki dasar perumusan serta teknis pelaksanaan kebijakan mandiri. Sementara dalam proses pembukaan kelas CI itu sendiri sebenarnya telah diatur oleh pedoman serta panduan teori dari para ahli CI. Hal tersebut membuat peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai implementasi kebijakan kelas CI di SMA N 1 Wonogiri yang memiliki dasar serta teknis pelaksanaan dibuat oleh pihak sekolah jika dibandingkan dengan pedoman yang ada, baik dari pemerintah maupun teori ahli. Kemudian untuk layanan bagi siswa kelas CI dari segi waktu belajar dan fasilitas belajar belum berbeda dengan siswa kelas Reguler. Jika penerapan kelas CI ini tidak disesuaikan dengan pedoman yang ada, dikhawatirkan kebijakan ini akan seperti kebijakan sebelumnya RSBI dan Akselerasi yang banyak diterapkan di satuan pendidikan akan tetapi tidak optimal.

B. Identifikasi Masalah