Siklus II Pelaksanaan Tindakan

3 Kegiatan Akhir a Peneliti dan siswa melakukan evaluasi bersama mengenai materi yang telah dipelajari. b Peneliti dan siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. c Peneliti menutup dengan doa dan menyampaikan salam. b Siklus II Pertemuan II Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 Februari 2016. Materi yang diajarkan pada siklus II yaitu, mengenai kehidupan awal masyarakat di dunia yang berpengaruh terhadap peradaban Indonesia. Indikator pada pertemuan ini yaitu, mendeskripsikan pengertian peradaban dan proses awal pembentukan peradaban, mendeskripsikan kebudayaan Bacson, Hoa Binh, dan Dongson terhadap perkembangan budaya masyarakat awal di kepulauan Indonesia, mendeskripsikan peradaban lembah sungai Indus, lembah sungai Gangga, lembah sungai Hoang. 1 Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilakukan guru dan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut. a Guru membuka pembelajaran dengan berdo’a. b Guru melakukan presensi. c Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini. d Peneliti menjelaskan metode Pembelajaran Tipe Rotating Trio Exchange . e Peneliti melakukan apersepsi. 2 Kegiatan Inti Kegiatan inti yang dilakukan guru dan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut. a Pada pertemuan pertama pada siklus II peneliti menjelaskan inti atau point-pint penting materi pokok pelajaran tentang mendeskripsikan pengertian peradaban dan proses awal pembentukan peradaban, mendeskripsikan kebudayaan Bacson, Hoa Binh, dan Dongson terhadap perkembangan budaya masyarakat awal di kepulauan Indonesia, mendeskripsikan peradaban lembah sungai Indus, lembah sungai Gangga, lembah sungai Hoang. b Peneliti melaksanakan metode Rotating Trio Exchange , diawali dengan langkah pertama, melakukan pembagian kelompok yang terdiri dari 3 orang siswa dan memberi nomor 0, 1, dan 2 pada setiap trio. Kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainya dikiri dan kananya Lihat lampiran 7 halaman 142. c Langkah kedua, setelah kelompok terbentuk peneliti memberikan pertanyaan yang sama pada setiap trio untuk didiskusikan sesuai dengan materi pelajaran. d Langkah ketiga, masing-masing kelompok diberikan tugas untuk saling berdiskusi dengan anggotanya sesuai pertanyaan yang telah disampaikan. e Langkah keempat, setelah diskusi kemudian guru memerintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan bertugas untuk mencari informasi ke kelompok lain dan nomor 2 berpindah berlawanan searah jarum jam dan bertugas mencari informasi. Sedangkan nomor 0 tetap ditempat yang memiliki tanggung jawab untuk menerima dan memberi informasi kepada kelompok lain yang berkunjung ke tempatnya. f Langkah kelima, kemudian siswa kembali ke kelompok masing-masing untuk menyampaikan atau mendiskusikan hasil kerjanya g Peneliti meminta siswa untuk mendiskusikan hasil sharing nya. Siswa diajak untuk berdiskusi secara klasikal untuk membahas permasalahan yang belum jelas atau yang kurang dimengerti. h Peneliti memberikan kesempatan ke beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan siswa yang lain memperhatikan apakah sama atau tidak hasil diskusinya. 3 Kegiatan Akhir a Peneliti dan siswa melakukan evaluasi bersama mengenai materi yang telah dipelajari. b Peneliti dan siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. c Peneliti melakukan post test pada siklus II. d Peneliti membagikan angket keaktifan setelah menggunakan metode Rotating Trio Exchange kepada siswa untuk dikerjakan, untuk mengetahui sejauh mana berfungsinya metode tersebut untuk meningkatkan keaktifan siswa. e Peneliti menutup dengan doa dan menyampaikan salam. 3 Observasi Pengamatan Selama pelaksanaan penelitian pada siklus II peneliti melakukan pengamatan sama halnya seperti siklus I dari hasil pengamatan yang dilakukan pada proses pembelajaran siklus II, secara umum pembelajaran sudah sesuai dengan yang direncanakan dan sudah mengalami peningkatan yang baik dalam kegiatan pembelajaran baik dari segi prestasi maupun keaktifan siswa. Selain itu, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan observer guru pembimbing dan partner peneliti pada siklus II diperoleh kesimpulan sebagai berikut. a Pengamatan Terhadap Kegiatan Pembelajaran 1 Siklus II Pertemuan I Secara umum kegiatan pembelajaran menggunakan metode Rotating Trio Exchange pada siklus II berjalan sesuai yang direncanakan. Seperti halnya saat peneliti melakukan apersepsi dengan menayakan “Apakah yang dimaksud dengan peradaban”, beberapa siswa mencoba untuk menjawab. Hal ini tentunya menunjukan siswa sudah siap mengikuti kegiatan pembelajaran dan sudah mencoba membaca materi yang akan diajarkan pada pertemuan hari ini. Peneliti pada siklus II mencoba memperbaiki kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I yaitu dari segi materi dan pembagian kelompok. Pada materi sesuai evaluasi di siklus I dan saran dari guru pembimbing, peneliti memutuskan untuk mempersempit materi yang diajarkan menjadi tiga indikator. Berbeda dengan siklus I yaitu enam indikator materi. Walaupun demikian sebenarnya, menurut peneliti dan guru materi pada siklus II ini meskipun hanya tiga indikator. Di dalamnya materi jauh lebih banyak dan sulit dari pada yang dipelajari di siklus I. Pembagian kelompok pada siklus II peneliti mencoba membagi kelompok secara acak melalui penghitungan siswa, berbeda dengan pembagian kelompok pada siklus I berdasarkan pedoman nilai siswa sebelumnya, siswa yang memiliki nilai baik dikelompokan dengan siswa yang nilai masih kurang Lihat lampiran 7 halaman 142. Tetapi pada siklus II ini peneliti mencoba membagi secara acak, ternyata dengan adanya pembagian yang acak ini siswa lebih aktif berdiskusi. Terlihat dari ada beberapa kelompok yang ternyata diisi oleh siswa yang memiliki nilai kurang, mereka lebih memiliki tanggung jawab untuk menjawab pertanyaan oleh guru dan saling bekerjasama dalam diskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling melengkapi, tidak ada siswa yang hanya bergantung pada siswa lainya. Beberapa kelompok semangat untuk memperesentasikan hasil diskusinya di depan kelas Lihat lampiran 45 halaman 228. Sedangkan kelompok lainya, aktif memberikan pendapat kepada kelompok yang sedang maju di depan. Tanggapan yang disampaikan berkaitan dengan materi yang disampaikan ataupun mengenai sikap siswa saat melakukan presentasi di depan kelas. Saat peneliti memberikan apresiasi kepada kelompok, siswa terlihat sangat senang. 2 Siklus II Pertemuan II Secara umum pada siklus II pertemuan II ini hampir sama dengan siklus II pertemuan I. Pertemuan kali ini terlihat bahwa proses pembelajaran semakin membaik. Siswa yang saling bertukar pendapat dan aktif bertanya ditemui pada siklus II ini. Mereka seperti berlomba-lomba untuk aktif dalam proses pembelajarannya. Selain itu pada pertemuan kedua ini kelompok tetap diupayakan untuk dipertahankan, sesuai dengan pembagian yang dilaksanakan pada pertemuan pertama siklus II, walaupun terdapat beberapa kelompok yang berubah karena siswa yang tidak hadir Lihat lampiran 7 halaman 142. Berbeda dengan pertemuan kedua siklus I kelompok dirubah, karena terkendala banyak siswa yang terlambat masuk ke kelas, pada pertemuan ini siswa yang terlambat tidak ada. Tetapi masih ada dua siswa yang ijin tidak berangkat sekolah karena sakit. Proses diskusi berjalan semakin baik, karena mereka semakin bertanggung jawab untuk dapat memecahkan persoalan yang sedang di diskusikan. Selain itu pada pertemuan kedua di siklus II ini masih memakai materi yang sama sehingga mereka mencoba semakin mematangkan hasil diskusinya dengan saling bertukar pendapat dengan kelompok yang lain. Proses diskusi yang berjalan lancar, menyebabkan proses pertukaran posisi semakin banyak dapat dilakukan, dikarenakan tidak terkendala waktu seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya. Proses presentasi juga mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari beberapa kelompok yang semangat untuk memperesentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Sedangkan kelompok lainnya, aktif memberikan pendapat kepada kelompok yang sedang maju di depan. b Pengamatan Terhadap Peneliti Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus II dan berdiskusi dengan observer, ditemukan hasil sebagai berikut. 1 Peneliti telah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dengan baik, RPP telah dibuat dengan lengkap dan sesuai dengan standar kompetensi SK maupun kompetensi dasarnya KD Lihat lampiran 41 halaman 208. 2 Pelaksanaan metode Rotating Trio Exchange , peneliti telah melakukan seluruh langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan metode tersebut Lihat lampiran 10 halaman 147. 3 Peneliti telah memberikan kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat atau menanggapi materi pembelajaran dan memecahkan masalah berupa pertanyaan untuk didiskusikan 4 Peneliti telah melaksanakan perbaikan atas kendalaa- kendala yang dihadapi pada siklus I dengan berpedoman pada hasil evaluasi bersama guru pembimbing, partner , dan siswa. 5 Peneliti mencoba membuat kelompok dengan cara diacak, dengan melalui penghitungan 1 sampai 3. Dan hasil disetiap kelompok lebih baik dalam berdiskusi dan berpendapat dari pada siklus I. Selain itu juga tidak memerlukan waktu yang banyak. 6 Peneliti dalam memberikan pembelajaran, disertakan dengan pemberian motivasi kepada siswa untuk saling bertukar pendapat mengenai persoalan yang sedang dikerjakan. Selain itu juga memberikan motivasi untuk meraih prestasi disemua mata pelajaran termasuk mata pelajaran sejarah. 7 Peneliti telah memberikan apresiasi kepada kelompok yang maju ke depan, dengan memberi tepuk tangan. Dan terlihat siswa senang diberikan apresiasi. c Pengamatan Terhadap Siswa 1 Keaktifan Siswa Keaktifan siswa pada siklus II diukur melalui cara yang sama dengan siklus I, selain dilihat dari pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung, juga diukur dengan memberikan angket keaktifan kepada siswa. Berdasarkan pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung, terdapat beberapa sikap yang ditunjukan siswa yaitu, siswa bersemangat dalam setiap proses pembelajaran dengan menggunakan metode Rotating Trio Exchange . Proses diskusi sangat baik, beberapa siswa saling bertukar pendapat, mereka tidak malu untuk saling berpendapat Lihat lampiran 45 halaman 228. Berbeda jika guru yang berperan dalam pembelajaran, siswa terkesan malu apabila disuruh bertanya. Beberapa siswa seperti halnya menjadi seorang guru yang menjelaskan kepada muridnya, dikarenakan pemahaman materi mereka yang lebih baik dari pada temannya. Proses presentasi juga menunjukan adanya peningkatan, kelompok sudah dengan sukarela maju kedepan untuk mempresentasikan hasil diskusinya tanpa harus ditunjuk oleh guru. Selain hal tersebut, dengan penggunaan metode Rotating Trio Exchange ini menyebabkan siswa wajib untuk bergerak mencari informasi. Sehingga mau tidak mau, siswa yang sebelumnya tidak fokus dalam pembelajaran dan lebih senang bermain handphone maupun mengobrol dengan temannya, harus mau untuk mengikuti proses pembelajaran yang ada. Sehingga hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan selama proses pembelajaran dapat diminimalisir bahkan dihilangkan. Sedangkan dari hasil angket keaktifan siswa menunjukan bahwa, sebelum adannya tindakan pada siklus II diperoleh angka sebesar 63,06 Lihat lampiran 15 halaman 157, sedangkan setelah adanya tindakan pada siklus II keaktifan siswa meningkat menjadi 81,33 atau mengalami peningkatan sebanyak 18,27 Lihat lampiran 16 halaman 159. Tentunya, hal tersebut menunjukan bahwa dengan adanya metode Rotating Trio Exchange dapat membantu siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. 2 Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar siswa peneliti ukur melalui pemberian pre test dan post test . Pre test diberikan diawal pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal dari siswa Lihat lampiran 23 halaman 170. Sedangkan post test diberikan diakhir tindakan setiap siklusnya Lihat lampiran 26 halaman 175. Berikut ini prestasi belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran sejarah menggunakan metode Rotating Trio Exchange pada siklus II. Tabel 15. Prestasi Belajar Siklus II NO NAMA Pre Test 2 T TT Post Test 2 T TT 1 Adelia Putri Agustin 70 TT 80 T 2 Adella Octa Savitri 60 TT 80 T 3 Adnan Briantoni - - 80 T 4 Agung Pradenta W. A 70 TT 90 T 5 Ahsanul Hakim 70 TT 80 T 6 Annisa Salma Rizkita 60 TT 80 T 7 Ario Hanif Prakoso 60 TT 80 T 8 Aurellia Candra M 60 TT 80 T 9 Azzahra Zauza Inniswa 80 T 90 T 10 Deineira Diga Zahra W. 50 TT 80 T 11 Dirgantara Syah A 50 TT - - 12 Erti Listyorini 70 TT 90 T 13 Fitri Nur Laily 60 TT 90 T 14 Fuad Taufiqurrachman 30 TT 70 TT 15 Indras Prastita Riyanda 60 TT 90 T 16 Insan Roso Kawedhar 50 TT - - 17 Kafka Kadhe D - - 70 TT 18 Melani Fithrotun Nisa 60 TT 100 T 19 Muhammad Haris S 60 TT 90 T 20 Nur Maryam Hidayah 70 TT 90 T 21 Nuril Bulan Marsyah 70 TT 100 T 22 Ramadhania Vinca R 80 T 80 T 23 Rezza Cahya Andini 50 TT 90 T 24 Sabrina Putri Azzahra 60 TT 90 T 25 Safira Puspitasari 70 TT 80 T 26 Sekha Dhiya Ulhaq - - 70 TT 27 Siti Mahmudah Nur H 80 T 90 T 28 Sri Arum Wulansari 80 T 90 T 29 Thalita Rahma Ardania 50 TT 80 T 30 Triaji Putra W 60 TT 80 T 31 Yudhistira Bayu S 50 TT 90 T 32 Zulkha Ika Fanni 80 T 90 T JUMLAH 1820 2540 RATA-RATA 62,7 84,6 Sumber: Data Primer 2016 Keterangan: T = Tuntas TT = Tidak Tuntas Tabel 16. Rekapitulasi Ketuntasan Prestasi Belajar Pre Test Siklus II Kategori Frekuensi Persentase Tuntas 5 17,24 Tidak Tuntas 24 82,76 Jumlah 29 100 Sumber: Data Primer 2016 Tabel 17. Rekapitulasi Ketuntasan Prestasi Belajar Post Test Siklus II. Kategori Frekuensi Persentase Tuntas 27 90 Tidak Tuntas 3 10 Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer 2016 Berdasarkan tabel rekapitulasi data prestasi belajar siswa siklus II diatas, pada saat pre test terdapat 5 siswa 17,24 yang berada pada kategori tuntas dan sebanyak 24 siswa 82,76 berada pada kategori tidak tuntas. Nilai rata-rata pada pre test yaitu sebesar 62,75. Sedangkan pada saat post test terdapat 27 siswa 90 berada pada kategori tuntas dan sebanyak 3 siswa 10 pada kategori tidak tuntas. Nilai rata-rata pada post test yaitu sebesar 84,67. Dari data prestasi di atas kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui daya serap Tabel 18. Daya Serap Pre Test Siklus II Nilai N Jumlah Peserta Didik S Jumlah NxS Keterangan 100 1. Rata-rata= 62,75 2. KKM= 78 3. Daya Serap = = = 41,37 90 80 5 400 70 7 490 60 10 600 50 6 300 40 30 1 30 20 Jumlah 29 1820 Lihat lampiran 25 halaman 174 Tabel 19. Daya Serap Post Test Siklus II Nilai N Jumlah Peserta Didik S Jumlah NxS Keterangan 100 2 200 1. Rata-rata= 84,66 2. KKM= 78 90 13 1170 80 12 960 3. Daya Serap = = = 100 70 3 210 60 50 40 30 20 Jumlah 30 2540 Lihat lampiran 28 halaman 179 Berdasarkan perhitungan daya serap di atas diperoleh hasil bahwa daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah pada saat pre test sebesar 41,37 sedangkan untuk post test atau setelah menggunakan metode Rotating Trio Exchange meningkat menjadi 100. Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya metode Rotating Trio Exhange dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan daya serap siswa sehingga akan berpengaruh pada prestasi siswa yang semakin meningkat. 4 Refleksi Setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan metode Rotataing Trio Exchange , selanjutnya peneliti melakukan refleksi terhadap siklus II. Setelah tindakan telah selesai dilaksanakan, peneliti dan partner serta guru pembimbing mendiskusikan bersama hasil pengamatan yang telah dilaksanakan pada siklus II. a Proses Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Metode Rotating Trio Exchange Proses kegiatan pembelajaran pada siklus II secara umum berjalan sesuai yang telah direncakan. Selain itu peneliti pada tahap refleksi ini, menanyakan kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran pada guru dan siswa. Kelebihan dan kekurangan tersebut diantaranya . 1 Kelebihan a Siswa menjadi lebih aktif dan merasa tidak bosan dengan adanya metode pembelajaran baru yang selama ini siswa belum pernah adakan, yaitu metode Rotating Trio Exchange . b Siswa terlihat lebih fokus dan bertanggung jawab selama diskusi. Mereka saling melengkapi, tidak hanya bergantung kepada siswa yang lain. Sehingga lebih banyak yang aktif dalam berdiskusi. c Semakin banyak siswa yang menanggapi penjelasan materi, dan memberikan pendapatnya. Hal ini berbeda dengan siklus sebelumnya. Dimana siswa masih jarang untuk mengemukakan pendapat. d Siswa terlihat senang saat melakukan diskusi, dikarenakan mereka tidak takut bertanya kepada teman sewaktu tidak memahami materi. Berbeda jika, pembelajaran seperti biasanya yang hanya mereka bertanya kepada guru. Tentunya mereka ada rasa malu, sedangkan saat diskusi dan saling tanya jawab sewaktu diskusi dengan temannya mereka terlihat lebih nyaman mengutarakan pertanyaan maupun pendapat. e Selama diskusi pada siklus II, masing-masing siswa diwajibkan menulis hasil diskusinya. Hal ini membuat siswa semakin memahami materi yang dibahas. Karena baik membaca, mendengar, maupun menulis mereka lakukan. f Siswa lebih memahami metode Rotating Trio Exchange sehingga proses berjalan lancar, baik saat diskusi, berpindah tempat maupun presentasi. g Prestasi siswa semakin membaik, dengan semakin banyak siswa yang sudah tuntas nilainya Lihat lampiran 27 halaman 178. 2 Kekurangan Kegiatan pembelajaran sejarah mengggunakan metode Rotating Trio Exhange pada siklus II masih terdapat kekurangan, yaitu masih ada siswa yang terlambat berangkat bahkan tidak berangkat. Selain itu masih ada tiga siswa dengan prestasi belajar dalam kategori tidak tuntas. b Hasil Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Metode Rotating Trio Exchange Hasil dari siklus II yang mencakup keaktifan dan prestasi siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 20152016 akan dibandingan dengan hasil siklus I. Adapun perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut. Tabel 20. Perbandingan Keaktifan Siklus I dan Siklus II Variabel Siklus Sebelum Tindakan Setelah Tindakan Peningkatan Keaktifan I 60,53 79,13 18,6 II 63,06 81,33 18,27 Sumber: Data Primer 2016 Gambar 4. Grafik Perbandingan Keaktifan Siswa Kelas X- 5 Siklus I dan II Pre Test Post Test 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 Siklus I Siklus II 60,53 63,06 79,13 81,33 Pre Test Post Test Tabel dan Grafik tersebut menunjukan bahwa terjadi peningkatan keaktifan siswa pada setiap siklusnya berdasarkan hasil angket, selain dari data-data tersebut juga terlihat dari beberapa sikap yang ditunjukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa pada umumnya baik siklus I maupun siklus II semakin bersemangat dalam proses pembelajaran menggunakan metode Rotating Trio Exchange Lihat lampiran 32 halaman 186. Hal yang berbeda dari siklus I dan II yaitu pada saat proses pertukaran dan presentasi. Pertukaran di siklus I masih terkendala siswa yang masih bingung dalam berpindah posisi sedangkan di siklus II hal tersebut tidak dijumpai. Sedangkan untuk presentasi di siklus I masing-masing kelompok saling tunjuk kelompok lain untuk maju ke depan untuk mempresentasikan hasilnya, berbeda dengan siklus I pada siklus II masing-masing kelompok berlomba-lomba untuk maju kedepan untuk melakukan presentasi tanpa harus ditunjuk oleh guru, dan kelompok yang lainnya aktif memberikan pendapat kepada kelompok yang sedang maju ke depan kelas untuk melakukan presentasi. Selain keaktifan, terdapat pula hasil perbandingan prestasi siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2052016, dengan indikator nilai rata-rata prestasi belajar, daya serap siswa, dan berdasarkan nilai ketuntasan siswa diatas KKM dari siklus I dan siklus II dapat kita lihat dari tabel dan grafik berikut ini. Tabel 21. Perbandingan Nilai Rata-rata Prestasi Belajar Siswa Kelas X-5 Siklus I dan Siklus II Sumber: Data Primer 2016 Gambar 5. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Prestasi Belajar Siswa Kelas X-5 Siklus I dan Siklus II Tabel 22. Perbandingan Daya Serap Siswa Kelas X- 5 Siklus I dan Siklus II SIKLUS Pre Test Post Test Peningkatan I 40 93,10 53,1 II 41,37 100 58,63 Sumber: Data Primer 2016 SIKLUS Pre Test Post Test Peningkatan I 59,66 77,58 17,92 II 62,75 84,67 21,92 Pre Test Post Test 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Siklus I Siklus II 59,66 62,75 77,58 84,67 Pre Test Post Test Gambar 6. Grafik Perbandingan Daya Serap Siswa Kelas X-5 Siklus I dan Siklus II Tabel 23. Perbandingan Peningkatan Nilai Ketuntasan Siswa Kelas X-5 Siklus I dan Siklus II SIKLUS Pre Test Post Test Peningkatan I 16,7 75,87 59,17 II 17,24 90 72,76 Sumber: Data Primer 2016 Gambar 7. Grafik Perbandingan Peningkatan Nilai Ketuntasan Siswa Kelas X-5 Siklus I dan Siklus II Pre Test Post Test 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Siklus I Siklus II 40 41,37 93,10 100 Pre Test Post Test Pre Test Post Test 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 Siklus I Siklus II 16,70 17,24 75,87 90 Pre Test Post Test Berdasarkan tabel perbandingan tersebut di atas, terlihat dengan jelas bahwa keaktifan dan prestasi belajar siswa siklus II sudah mengalami peningkatan dari siklus I dan telah melampaui target keberhasilan. Data tersebut menunjukan bahwa keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta telah mengalami peningkatan. Hasil keaktifan siswa pada siklus I diperoleh hasil 79,13, dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 81,33. Terlihat juga selama proses pembelajaran, siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, aktif dalam bertukar pendapat dan mencari informasi, serta senang dalam mengikuti pembelajaran Lihat lampiran 32 halaman 180. Sedangkan untuk hasil prestasi belajar siswa dengan indikator rata-rata nilai ulangan pada siklus I yaitu 77,58 melalui kegiatan pembelajaran menggunakan metode Rotating Trio Exchange pada siklus II dapat mencapai 84,67. Jika ditinjau dari daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah pada siklus I diperoleh hasil 93,10 termasuk dalam kategori sangat tinggi dan pada siklus II daya serap siswa meningkat menjadi 100 termasuk dalam kategori sangat tinggi. Dengan ketuntasan nilai siswa yang diperoleh pada siklus I yaitu 75,87 meningkat menjadi 90 hal ini menunjukan bahwa rata-rata nilai yang telah dicapai siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta yang telah melampaui target sebesar 78 semakin banyak jumlah siswanya. Sementara itu, berdasarkan refleksi yang berkaitan dengan proses dan hasil kegiatan pembelajaran menggunakan metode Rotating Trio Exchange dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum proses pembelajaran siklus II sudah berjalan sangat baik dan berhasil sesuai yang telah direncanakan, baik dari pembagian kelompok, proses diskusi, pelaksanaan langkah metode, keaktifan siswa dalam diskusi, semua siswa yang dapat menuliskan hasil diskusinya, dan pada siklus II suasana pembelajaran lebih kondusif dan tertata. Secara keseluruhan kendala-kendala pada siklus sebelumnya sudah teratasi dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya perbaikan pembelajaran pada setiap siklusnya. Berdasarkan pelaksanaan tindakan tersebut, penerapan metode Rotating Trio Exchange dalam pembelajaran sejarah telah dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta. Melihat dari hasil tindakan pada siklus II, maka peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian sampai siklus II.

C. Pembahasan

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas Classroom Action Reasearch . Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang memaparkan terjadinya sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan dampak dari perlakuan tersebut Suharsimi Arikunto, 2015: 4. Peneliti tindakan kelas terdiri dari empat tindakan utama yang dilakukan dalam siklus yang berulang. Empat tindakan utama yang ada pada setiap siklus yaitu perencanaan plan , tindakan act , pengamatan observe , dan refleksi reflect Suharsimi Arikunto, 2006: 16. Berkaitan dengan tahapan tersebut, penelitian yang dilaksanakan di kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajarah 20152016 ini terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar sejarah siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 20152016 dengan menggunakan metode Rotating Trio Exchang . Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, menunjukan bahwa keaktifan dan prestasi belajar siswa pada siklus II telah mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Pada siklus I, diperoleh angka keaktifan sebesar 79,13 dan meningkat menjadi 81,33 di siklus II. Siswa lebih bersemangat dalam setiap proses yang ada menggunakan metode Rotating Trio Exchange , mereka dituntut untuk bergerak aktif dalam mencari informasi dan memecahkan persoalan yang diberikan oleh guru. Proses diskusi, pertukaran tempat, dan presentasi berlangsung dengan baik. Selain itu, beberapa hal yang biasanya dilakukan siswa seperti mengobrol dengan teman, bermain handphone , dan tidak memperhatikan pembelajaran dapat diatasi dengan adannya metode ini Lihat lampiran 37-39, halaman 192-194. Selanjutnya untuk prestasi belajar dengan indikator rata-rata nilai ulangan, siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta juga mengalami peningkatan, dari indikator rata-rata ulangan pada siklus I yaitu 77,58 dengan daya serap sebesar 93,10, melalui tindakan pada siklus II menggunakan metode Rotating Trio Exchange dapat melampaui target yang telah ditetapkan yaitu 78, dan pada siklus II ini diperoleh rata-rata nilai sebesar 84,66 dengan daya serap sebesar 100. Sedangkan untuk prestasi belajar siswa dengan indikator persentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I yaitu 75,87, melalui kegiatan pembelajaran siklus II menggunakan metode Rotating Trio Exchange dapat melampaui target yang ditetapkan. Dimana persentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus II adalah 90. Menunjukan semakin banyak siswa yang mendapat nilai diatas KKM pada siklus II. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Rotating Trio Exchange yang tepat dan sesuai dengan langkah-langkahnya dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 20152016. Selain faktor metode, juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seperti suasana pembelajaran, jenis materi yang diajarkan, dan pengaruh guru dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, bahwa penelitian ini mampu membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa penerapan metode Rotating Trio Exchange mampu digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar sejarah siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 20152016. Penggunaan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan dan prestasi belajar siswa. Seperti halnya penggunaan metode Rotating Trio Exchange dalam pembelajaran sejarah di kelas. Model pembelajaran pertukaran trio memutar Rotating Trio Exchange adalah sebuah cara mendalam bagi peserta didik untuk berdiskusi tentang berbagai masalah dengan beberapa namun biasanya tidak semua teman kelasnya. Pertukaran ini dapat dengan mudah dilengkapi dengan materi pelajaran. Silberman, 2006: 85. Metode Rotating Trio Exchange juga mengembangkan sebuah lingkungan belajar yang aktif dengan menciptakan siswa bergerak secara fisik untuk saling berbagi pikiran secara terbuka untuk memperoleh pengetahuan. Pada penelitian ini, peneliti menemui kelebihan maupun kekurangan dari penggunaan metode Rotating Trio Exchange . Adapun kelebihan dari metode ini, yaitu melatih siswa untuk berani berpendapat; mengembangkan pemikirian kritis dari siswa dalam memecahkan soal; saling bekerjasama dan bertukar pendapat; melatih siswa untuk berdiskusi dan aktif. Selain itu siswa juga akan lebih mudah mengingat materi, karena mereka selain mendengar saat berdiskusi mereka juga akan membaca materi dan menulis hasil diskusinya. Sehingga tentunya akan memudahkan mereka dalam mengingat materi yang sedang dipelajari. Sedangkan untuk kekurangan dari metode Rotating Trio Exchange ini yaitu, guru dituntut dapat mengendalikan atau mengkondisikan siswanya selama proses diskusi maupun pertukaran tempat, agar jalannya pembelajaran sesuai yang diinginkan; pengkondisian letak atau posisi duduk setiap kelompok, agar dapat memudahkan sewaktu berpindah posisi. Terlepas dari kelebihan dan kekurangan metode Rotating Trio Exchange ini, penggunaan suatu metode pembelajaran tentunya akan memberikan dampak positif maupun negatif. Namun dalam penelitian ini, secara umum peneliti memperoleh dampak positif dengan penggunaan metode tersebut, dilihat dari peningkatan keaktifan dan prestasi belajar sejarah siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 20152016 dari siklus I ke siklus II.

D. Pokok-pokok Temuan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan beberapa pokok temuan penelitian sebagai berikut. 1. Sebagian besar siswa kelas X-5 lebih memfokuskan kepada mata pelajaran IPA, karena mereka ingin masuk ke jurusan IPA. Sehingga mereka tidak terlalu antusias dalam mengikuti pembelajaran sejarah. Sehingga keaktifan dan prestasi mereka masih rendah dari pada kelas X yang lain. 2. Diperlukan metode yang tepat untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar sejarah siswa. Dalam hal ini peneliti mencoba metode Rotating Trio Exchange , untuk dapat meningkatkannya. Selain itu metode ini juga belum pernah diterapkan guru di kelas. 3. Implementasi model Rotating Trio Exchange untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar sejarah siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 20152016 dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Pada siklus I terdapat 2 pertemuan dan pada siklus II terdapat 2 pertemuan. Dua siklus ini dilaksanakan selama empat minggu, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a perencanaan, b pelaksanaan, c observasipengamatan, d refleksi. 4. Hambatan dari metode Rotating Trio Exchange ini yaitu, siswa yang terlambat, sehingga terkadang mengganggu proses pembelajaran. Pada siklus I beberapa siswa masih bergantung dengan temannya, sehingga mereka sibuk sendiri dengan urusanya. Proses pertukaran posisi di siklus I masih kurang lancar, karena ada siswa yang masih bingung dengan metode.