lainnya, seperti juara 1 Lomba karate tingkat nasional, juara 1 dan 2 lomba essay tata kota Yogyakarta, dan masih banyak lagi.
Kedisiplinan siswa sangat ditekankan di SMA Negeri 7 Yogyakarta, terdapat peraturan mengenai jam masuk sekolah dan
bagaimana siswa yang terlambat baru diijinkan masuk. Pada pukul 07.00 WIB gerbang SMA Negeri 7 Yogyakarta telah
tertutup, menandakan bahwa pembelajaran akan segera dimulai. Bagi siswa yang datang terlambat harus menunggu diluar
gerbang, dan baru diijinkan masuk setelah pergantian jam berikutnya. Selain itu mereka juga harus melapor ke guru
Bimbingan Konseling BK terlebih dahulu dan mendapat point sangsi dari keterlambatannya Lihat lampiran 3 halaman 136.
Sebelum pembelajaran dimulai, terlebih dahulu akan ada tadarus bersama yang dipimpin oleh perwakilan rohis di ruang
pengumuman melalui pengeras suara yang terhubung di setiap ruangan, sedangkan siswa lainnya dan didampingi guru
melakukan tadarus di kelas masing-masing. Setelah tadarus selesai, semua siswa, guru, karyawan dalam posisi berdiri
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan iman dan taqwa, serta memupuk rasa nasionalisme
dalam pribadi siswa maupun keluarga besar SMA Negeri 7 Yogyakarta Lihat lampiran 3 halaman 136.
3 Kegiatan Kesiswaan
Kegiatan kesiswaan yang dilaksanakan di SMA Negeri 7 Yogyakarta adalah MPK, OSIS, ekstrakulikuler umum dan
keagamaan. Semua kegiatan itu bertujuan sebagai wahana penyaluran dan pengembangan minat dan bakat serta intelektual
siswa-siswinya. Kegiatan ekstrakurikuler umum yang dilaksanakan
disekolah ini antara lain: Pramuka, tae kwon do, karate, tari, teater, sepak bola, tenis meja, bola voli, bola basket, karya ilmiah
remaja KIR, PMR, bimbingan peserta olimpiade sains BPO Sains, paskibratonti, teknologi informatika, mading. Sedangkan
untuk ekstrakulikuler keagamaan yang terdapat di SMA Negeri 7 Yogyakarta terdapat Kerohanian Islam ROHIS, dimana setiap
paginya sebelum memulai pembelajaran. Siswa-siswi dan guru melaksanakan Tadarus bersama yang dipimpin oleh pengurus
ROHIS Lihat lampiran 3 halaman 136.
4 Kurikulum Sekolah
Kurikulum sebagai salah satu perangkat untuk mencapai tujuan pendidikan. SMA Negeri 7 Yogyakarta telah menerapkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Kurikulum di SMA Negeri 7 Yogyakarta pada tahun 2014 sempat berubah
Kurikulum dari Kurikulum KTSP ke Kurikulum 13 K 13. Namun, karena banyak pertimbangan untuk tahun 2015
kurikulum berganti ke Kurikulum KTSP sampai saat ini. Dan kabarnya pada tahun ajaran baru 2016 akan berganti kembali ke
kurikulum 2013 Lihat lampiran 3 halaman 136.
B. Hasil Penelitian
1. Kegiatan Pra Tindakan
Sebelum peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 7 Yogyakarta, terlebih dahulu peneliti meminta izin secara lisan kepada
pihak sekolah dalam hal ini Amudiono, S.Pd selaku wakil kepala kurikulum dan Nugroho Teguh A, S.Pd selaku guru mata pelajaran
sejarah. Setelah pihak sekolah memberikan izin untuk melakukan penelitian, kemudian peneliti mengurus surat-surat perizinan sesuai
dengan prosedural yang telah ditetapkan oleh pemerintah Yogyakarta. Peneliti mengurus surat perizinan mulai dari jurusan
pendidikan sejarah Fakultas Ilmu Sosial, UNY. Kemudian mengrimkan surat perizinan dari Fakultas ke wilayah Yogyakarta di kantor Balai
kota biro perizinan penelitian. Dari balai kota dikeluarkan surat perizinan melakukan penelitian yang ditujukan kepada kepala sekolah
SMA Negeri 7 Yogyakarta, Kepala Dinas Pendidikan Yogyakarta, Bagian Umum di Balai Kota Yogyakarta, dan Dekan Fakultas Ilmu
Sosial, UNY. Peneliti memulai penelitian setelah surat telah sampai dan disetujui oleh kepala sekolah SMA Negeri 7 Yogyakarta.
Setelah selesai mencari dan mengurus surat penelitian, barulah peneliti melakukan diskusi dan percakapan dengan guru pembimbing
mengenai perencanaan pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode Kooperatif Tipe
Rotating Trio Exchange.
Adapun proses pra tindakan yang dilakukan peneliti selanjutnya yaitu.
a. Pengenalan Model Pembelajaran Menggunakan Metode
Kooperatif Tipe
Rotating Trio Exchange
Peneliti melakukan perbincangan dengan guru mata pelajaran sejarah mengenai proses pembelajaran sejarah di SMA
Negeri 7 Yogyakarta. Selama ini pembelajaran sejarah yang diterapkan di SMA Negeri 7 Yogyakarta dalam prakteknya masih
menggunakan metode ceramah walaupun juga terkadang diselingi dengan metode yang lainnya. Selain itu mata pelajaran sejarah yang
cenderung bersifat hafalan dan membaca buku, membuat siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Untuk mengatasi
permasalah tersebut tentunya harus ada model pembelajaran baru yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran. Model pembelajaran baru yang dipilih dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Metode Kooperatif Tipe
Rotating Trio Exchange.
Peneliti menjelaskan kepada guru pembimbing mengenai langkah-langkah pembelajaran sejarah menggunakan Metode
Kooperatif Tipe
Rota ting Trio Exchange,
keunggulan dari
penggunaan metode Kooperatif Tipe
Rotating Trio Exchange,
dan menjelaskan fokus utama dari penelitian dimana penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa. Selanjutnya setelah peneliti memperkenalkan metode tersebut
kepada guru pembimbing, peneliti melakukan diskusi mengenai pembagian materi maupun jadwal mengajar.
b. Observasi Kelas yang Akan Digunakan untuk Penelitian
SMA Negeri 7 Yogyakarta memiliki 24 kelas untuk proses belajar siswa, yaitu terdiri dari 8 kelas X, 8 kelas XI, dan 8 kelas XII.
Dalam menentukan kelas yang akan digunakan sebagai tempat penelitian, peneliti melakukan diskusi dengan guru pembimbing.
Atas saran dan pertimbangan dari guru pembimbing, peneliti memutuskan untuk memilih kelas X-5 yang digunakan untuk
penelitian. Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan
meminta hasil nilai Ujian Tengah Semester I semua kelas X, data tersebut menunjukan bahwa kelas X-5 masih rendah untuk
prestasinya yaitu 76,12 Lihat lampiran 2 halaman 135. Walaupun terdapat kelas yang prestasinya lebih rendah dari kelas X-5, namun
berdasarkan observasi dilapangan dan saran guru sejarah menunjukan bahwa kelas X-5 lebih sulit diatur dalam proses
pembelajaran sejarah. Peneliti juga melihat RPP guru dan dokumen
data pribadi peserta didik untuk melihat keadaan sosial ekonomi
keluarga melalui profesi orang tua. Hasilnya yaitu, pekerjaan Ayah siswa kelas X-5 dikelompokan menjadi empat yaitu PNS Guru,
BUMN,POLRI, Perawat terdapat 9 orang 28,12, Wirausaha sebanyak 13 orang 40,62, Pegawai atau Karyawan sebanyak 7
orang 21,87, dan yang tidak bekerja atau Pensiunan sebanyak 3 orang 9,37. Sedangkan untuk pekerjaan Ibu dari siswa kelas X-5
untuk yang berprofesi sebagai PNS Guru, Perawat terdapat 11 orang 34,37, Wirausaha sebanyak 5 orang 15,62, Ibu rumah
tangga atau tidak bekerja sebanyak 16 orang 50, untuk yang berprofesi sebagai Pegawai atau Karyawan tidak ada 0 Lihat
lampiran 4 halaman 139. Keadaan sosial ekonomi keluarga juga dapat turut andil
dalam keaktifan maupun prestasi belajar yang diperoleh siswa. Menurut Sugihartono 2012: 30-31 status sosial ekonomi orang tua,
meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua. Tingkat pendidikan orang tua berbeda satu
dengan lainnya. Meskipun tidak mutlak, tingkat pendidikan ini dapat mempengaruhi sikap orang tua terhadap pendidikan anak serta
tingkat aspirasinya terhadap pendidikan anak. Demikian juga dengan pekerjaan dan penghasilan orang tua yang berbeda-beda. Perbedaan
ini akan membawa implikasi pada berbedanya aspirasi orang tua terhadap pendidikan anak, aspirasi anak terhadap pendidikannya,
fasilitas yang diberikan pada anak, dan mungkin waktu yang disediakan untuk mendidik anak-anaknya.
Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu,
sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa tidak percaya diri
bergaul dengan teman lain, hal ini pasti akan mengganggu belajar anak. Bahkan mungkin anak akan harus bekerja mencari nafkah
sebagai pembantu orang tuanya, walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja. Tidak dapat dipungkiri lagi jika adanya
kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, justru keadaan begitu menjadi
cambuk baginnya untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar. Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai
kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang- senang dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan
perhatiannya kepada belajar dan mengganggu belajar anak. Slameto, 2013: 63-64.
c. Persamaan Persepsi antara Guru dan Peneliti
Persamaan persepsi antara guru dan peneliti sangatlah perlu untuk dilakukan. Hal ini bertujuan agar nantinya tidak ada
kesalahpahaman disaat pelaksanaan tindakan. Berdasarkan hasil diskusi bersama guru pembimbing diputuskan bahwa guru sebagai